Mengenal Protokol Casper dalam Teknologi Blockchain


Casper merupakan evolusi ethereum (Foto: draglet.com)
ETHEREUM telah mengalami pertumbuhan dan kesuksesan yang fenomenal sejak diluncurkan 2015 lalu. Belakangan, Ethereum tengah melawan Ripple untuk posisi cryptocurrency kedua yang paling berharga. Namun, tidak dapat dimungkiri lagi. Etherum merupakan yang kedua setelah bitcoin. Jika dilihat dari segi kepentingan semata.
Tiap harinya, ribuan dApps beroperasi di Ethereum. Ribuan token baru juga bermunculan karenanya. Intinya ethereum itu keren banget. Tapi tetap saja memilki keterbatasan. Kendala utamanya ialah skalabilitas. Hal ini membuat tim pengembang enggak punya pilihan. Kecuali membuat jalan alternatif atau melakukan perbaikan.
Masalah lainnya ialah mekanisme konsensus Proof-of-Work (POW). Meski digunakan oleh banyak platform crypto lainnya seperti Ethereum, kelemahan-kelemahannya mulai bermunculan.Seperti masalah keamanan dan jumlah listrik yang digunakan untuk beroperasi terlalu banyak.
Tim Ethereum sudah lama merencanakan sebuah evolusi. Misalnya dengan melakukan pembaruan jaringan. Yaitu Impelemantasi dari algoritma konsesus baru yang menjadi sumber tenaga etherum 2.0.
Di pusat perubahan ini ada yang namanya Casper, atau lebih tepatnya Protokol Ethereum Casper. Demikian melansir laman Coinvestasi.
1. Casper menyediakan kemampuan skalabilitas yang sudah dikembangkan

Casper merupakan sebutan general untuk pembaruan besar Ethereum yang berikutnya. Casper merupakan hard-fork dari Ethereum. Protokol ini akan menyediakan kemampuan skalabilitas yang sudah dikembangkan. Ditambah mampu melawan risiko dari sentralisasi yang seringkali dihubungkan dengan konsensus PoW.
Sama seperti Bitcoin, Ethereum saat ini menggunakan mekanisme konsensus PoW. Dengan menggunakan algoritma ini, pengguna jaringan yang dikenal dengan sebutan miners harus menyelesaikan puzzle kriptografis untuk memvalidasi transaksi.
2. Mengapa Casper dibutuhkan?

Casper akan memastikan Ethereum berpindah dari PoW ke PoS. Terdapat perbedaan yang sangat besar antara kedua hal tersebut. Contohnya, miners akan digantikan oleh “validators”. Validators tersebut akan memperoleh konsensus dengan bergantian mengajukan dan voting terhadap block berikutnya.
Seperti namanya, bobot dari votingan masing-masing validators tergantung dari ukuran stake (deposit) validator tersebut. Awalnya, Casper akan menjalankan mekanisme konsensus hybrid. Serta menggabungkan PoW dan PoS. Sehingga proses transisi platform akan berjaland dengan stabil.
3. Ada dua Versi Casper

Casper terdiri dari dua proyek riset. Ada dua versi dari Casper, yang pertama disebut disebut Casper the Friendly Finality Gadget (FFG). Kemudian yang kedua bernama Casper the Friendly Ghost: Correct by Construction (CBC).
FFG akan memastikan berjalannya fungsi mekanisme hybrid. Transisi dari PoW ke PoS juga akan berjalan mulus dengan adanya mekanisme hybrid. Block-block baru tetap akan dibuat melalui PoW. Untuk FFG sendiri akan ditempatkan di atasnya menggunakan sebuah smart contract.
Sistem casper memang dirancang agar lebih aman dari pow. Meskipun begitu, casper tetap memiliki risiko. Casper hanya akan menampung hingga 250 validators. Artinya, hal ini dapat mengancam jaringan bila sebuah serangan terjadi. (ikh)
Baca juga: Aman Melakukan Transaksi Cryptocurrency dengan Menggunakan Platform Baru Ini