Mengenal Linto Baro, Pakaian Adat Aceh yang Dikenakan Presiden Joko Widodo


Linto baro, pakaian adat Aceh untuk pria dewasa. (foto: Instagram @yas_photografhy)
PRESIDEN Joko Widodo menghadiri upacara peringatan HUT ke-73 Republik Indonesia dengan mengenakan baju adat Aceh, di Istana Merdeka, Jumat (17/8). Seperti dilansir Antara, Presiden mengatakan baju adat Aceh yang ia kenakan khusus dijahit untuk perayaan HUT ke-73 RI.
Pakaian adat Aceh terdiri dari linto baro dan daro baro. Linto baro merupakan pakaian adat Aceh yang dikenakan oleh pria dewasa saat menghadiri upacara adat atau upacara kepemerintahan. Diperkirakan, pakaian itu mulai dikenal sejak zaman kerajaan Perlak dan Samudra Pasai.

Ada beberapa elemen dalam baju linto baro. Baju atasan yang disebut baju Meukasah, celana panjang siluweu, selembar kain sarung bernama ija krong, sebilah siwah atau rencong yang menjadi senjata tradisional khas Aceh, serta tutup kepala bernama Meukeutop.
Yuk, kenali lebih jauh elemen dalam baju linto baro berikut ini.

1. Baju Meukeusah
Terlihat seperti beskap, baju meukeusah terbuat dari tenunan kain sutra yang biasanya dibuat dalam warna dasar hitam. Warna hitam dalam kepercayaan adat Aceh merupakan perlambang kebesaran. Oleh karena itulah baju meukeusah ini dianggap sebagai baju kebesaran adat Aceh.
Pada baju meukeusah terdapat sulaman benang emas yang mirip seperti kerah baju Tiongkok. Bentuk kerah itu diperkirakan muncul karena adanya asimilasi budaya aceh dengan budaya Tiongkok yang dibawa para pelaut dan pedagang di masa silam.
2. Celana Sileuweu
Sama seperti baju, celana panjang yang dikenakan pada pakaian adat Aceh untuk laki-laki juga berwarna hitam. Namun, celana yang dalam bahasa Aceh disebt sileuweu ini dibuat dari bahan kain katun. Nama lain celana ini ialah celana cekek musang, yakni celana khas adat Melayu.
Sebagai penambah kewibawaan, celana cekak musang dilengkapi lilitan sarung dari kain songket berbahan sutra. Kain sarung yang bernama ija lamugap, ija krong, atau ija sangket tersebut diikatkan ke pinggang dengan panjang sebatas lutut atau 10 cm di atas lutut.
3. Tutup Kepala

Sebagai provinsi yang kental dengan napas agama, Aceh pun menerapkan budaya Islam dalam pakaian adat mereka. Linto baro tak akan lengkap tanpa kopiah sebagai penutup kepala pelengkap pakaian adat Aceh.
Kopiah itu disebut meukeutop. Meukotop adalah kopiah lonjong ke atas yang dilengkapi dengan lilitan tangkulok. Lilitan tangkulok terbuat dari tenunan sutra berhias bintang persegi delapan dari bahan emas atau kuningan.
4. Senjata Tradisaional
Sama seperti adat dari provinsi lainnya, pakaian adat Aceh juga dilengkapi dengan senjata tradisional. Senjata tradisional Aceh rencong umumnya diselipkan pada lipatan sarung di bagian pinggang dengan bagian gagang atau kepala menonjol keluar.(dwi)