Mengenal Leukemia, Penyakit yang Diderita Anak Denada

Dwi AstariniDwi Astarini - Kamis, 19 Juli 2018
Mengenal Leukemia, Penyakit yang Diderita Anak Denada

Leukemia umum terjadi pada anak-anak dan remaja. (foto: pixabay/free-photos)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

ARTIS Denada Tambunan tengah bersedih. Anak semata wayangnya, Shakira Aurum, tengah terbaring sakit. Sudah 1,5 bulan ini gadis cantik berusia 5 tahun itu menjalani pengobatan untuk leukemia yang ia derita.

denada
Shakira Aurum tengah menjalani perawatan akibat leukemia. (foto: Instagram @denadaindonesia)


Leukemia atau kanker darah memang paling sering menyerang anak-anak dan remaja. Pada penderita kanker darah, sumsum tulang belakang memproduksi sel darah putih yang abnormal. Itulah yang dikenal dengan leukemia. Sel-sel leukemia tersebut kemudian berkembang dan bertumbuh dengan sangat cepat, hingga melebihi jumlah yang dianjurkan. Kondisi itu membahayakan tubuh karena meningkatkan risiko tubuh terpapar infeksi, anemia hingga pendarahan.

Ada beberapa jenis leukemia yang rentan terjadi pada usia anak-anak, antara lain:

- Leukemia lympoblastic akut (ALL)

Tiga dari 4 kasus leukemia pada anak merupakan leukemia jenis ini. Jenis ini biasanya menyerang sel darah putih limfosit. Berdasarkan data American Cancer Society, lebih dari 85% anak pengidap leukemia jenis ini bertahan hidup selama 5 tahun setelah dirawat.

- Leukemia myelogenous akut (AML)

Selain ALL, leukemia jenis ini juga sering dijumpai dan biasanya menyerang sel darah putih myelosit.

- Hybrid atau lineage leukemia adalah leukemia dengan gejala menyerupai ALL dan AML

- Leukemia kronis


Kanker darah jenis ini sulit terdeteksi. Pasalnya, sel-sel kanker berkembang dengan lambat dan gejala-gejalanya tidak langsung dirasakan. Meski sulit didiagnosis, perlahan tapi pasti, keadaan penderita bisa saja tiba-tiba memburuk. Hal ini disebabkan leukemia ini baru memunculkan gejala saat jumlah selnya telah meningkat dalam darah.

- Leukemia myelomonocytic juvenile

Sayangnya, meski kasus kanker darah pada anak acap terjadi, para ahli di bidang kesehatan belum nememukan penyebab pasti penyakit ini. Memang ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan potensi anak terpapar leukemia, semisal adanya penyakit keturunan (seperti down syndrome atau gangguan imun), punya saudara kandung atau kembaran dengan leukimia, serta ada riwayat medis tertentu seperti paparan radiasi, kemoterapi, benzena dengan takaran tinggi, dan transplantasi organ.

Shakira Aurum. (foto: Instagram @denadaindonesia)

Untuk itu, jika memiliki riwayat ataupun faktor risiko kanker pada keluarga, ada baiknya para orangtua memperhatikan kondisi kesehatan anak dengan lebih seksama. Deteksi dini mampu meningkatkan keberhasilan pengobatan. Umumnya, gejala leukemia pada anak muncul saat jumlah sel darah putih mulai meggangu sel normal lain. Gejala tersebut meliputi anak lemas dan pucat, mengalami infeksi dan demam, mudah berdarah atau terluka, muncul lebam atau memar, nyeri pada otot, batuk, mual, muntah, hilang selera makan, sakit kepala, dan napas tersengal-sengal.

Jika menemukan gejala tersebut pada diri buah hati, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter ya. Penanganan medis umumnya akan diberikan setelah mengetahui jenis leukemia yang menyerang anak. Pengobatan bisa berupa kemoterapi, terapi radiasi, hingga transplantasi sumsum tulang belakang jika kemoterapi dan radiasi tak memberikan hasil.(dwi)

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan