Merasakan Berlayar Bersama KRI Dewaruci, Kapal Legendaris Indonesia

KRI Dewaruci yang masih mengarungi samudera. (MP/Muchammad Yani)
ADA kapal yang menjadi kebanggaan TNI-AL. Kapal tersebut memang terbilang tua. Usianya tujuh tahun lebih muda dari umur Indonesia merdeka. Namun kapal itu masih cukup kuat untuk mengarungi samudera.
Bernama KRI Dewaruci, kapal latih bagi taruna Akademi Angkatan Laut ini sudah berlayar ke berbagai negara. Ketangguhan kapal ini bahkan sudah diakui oleh dunia. Ratusan penghargaan telah ia terima.
Terakhir kapal buatan Jerman ini berlayar ke Palembang dalam rangka menyambut hari Kemerdekaan Indonesia dan mendukung Asian Games 2018. KRI Dewaruci juga ikut dalam memeriahkan kirab obor Asian Games 2018 di Makassar.
Mengarungi lautan bersama KRI Dewaruci
Merahputih.com berkesempatan berlayar bersama KRI Dewaruci dari Jakarta ke Palembang dari tanggal 11 hingga 14 Agustus lalu. Jarak antara Jakarta Palembang sekitar 300 mil. Sebenarnya waktu tempuhnya hanya sekitar 1 hari setengah, namun kali ini sengaja diperlambat sampai empat hari.
Mindset seorang tentara terlihat sangar seakan sirna saat berlayar. Layaknya masyarakat biasa, para ABK berbaur dengan peserta pelayaran. Kebetulan pelayaran ini adalah yang pertama kali mengajak masyarakat sipil.
Beberapa kegiatan dibuat untuk mengakrabkan peserta dan para kru. Contohnya lomba yang dilakukan saat KRI Dewaruci lego jangkar sebelum memasuki Sungai Musi. Kegiatan ini diikuti hampir seluruh orang yang ada di dalam kapal termasuk nahkoda kapal Letkol Laut (P) Waluyo, SH, M Tr Hanla.
Bagi penumpang, berlayar dengan kapal KRI Dewaruci sama seperti kapal lainnya. Namun bagi awak kapal, mengarungi lautan bersama Dewaruci memiliki tantangan tersendiri. Hal ini lantaran sistem pengendalian kapal adalah semi manual.
Pengendalian mesin tidak sepenuhnya berada di anjungan. Dari tempat tersebut, nahkoda akan memberikan komando ke ruang mesin apakah harus berjalan dengan kecepatan penuh, setengah atau pelan. Kemudian orang yang ada di ruangan itu baru mengatur kerja mesin.
Satu hal yang hebat adalah ABK bagian mesin harus stand by di tempat tersebut selama 4 jam. Padahal suara di ruang mesin amatlah bising. Bahkan suara mesin bisa tembus meskipun kamu menggunakan pelindung telinga. Belum lagi hawa panas di dalam ruangan, membuat siapa saja akan berkeringat.
Di geladak ada tiga tiang utama bernama Bima, Yudhistira dan Arjuna. Setiap tiang memiliki tinggi dan jumlah layar berbeda. Misalnya Bima dengan tinggi 35,25 meter dan layar berjumlah 9 buah. Kemudian tiang Yudhistira dengan tinggi 35,87 meter dan layar berjumlah lima buah. Terakhir tiang Arjuna setinggi 32,50 meter dengan layar berjumlah dua buah.
Untuk membentangkan semua layar butuh usaha yang sangat keras dari setiap ABK. Kebetulan saat merahputih.com berlayar, hanya sebentar layar dibentangkan. Itupun hanya untuk sesi pengambilan gambar.
Meski ukurannya terlihat kecil namun kapal yang kini berstatus purna tugas itu bisa memuat ratusan orang. KRI Dewaruci memiliki beberapa ruangan seperti ruang kadet, ABK, dapur, kamar mandi dan ruang kesehatan. Di ruang kadet dan ABK memiliki tempat tidur bersusun tiga dengan setiap kasurnya memiliki fungsi lain sebagai lemari.
Tradisi di KRI Dewaruci
Ada sebuah tradisi yang dilakukan hampir setiap KRI saat melewati garis khatulistiwa termasuk KRI Dewaruci. Tradisi cukup unik karena beberapa kru akan memakai kostum pewayangan. Bagi yang belum pernah mengikuti mandi khatulistiwa diwajibkan menjalani tradisi tanpa terkecuali.
Saat Merahputih.com berlayar kebetulan kapal tidak melewati garis khatulistiwa, namun karena ingin memberikan edukasi ke peserta dilaksanakanlah sebuah kegiatan yang mirip dengan mandi khatulistiwa.
Jika mandi khatulistiwa mulai dilaksanakan pada tengah malam kali ini peserta menjalaninya setelah sarapan atau sekitar pukul 07.00 pagi. Terdengar bunyi burung pada setiap pengeras suara diiringi kata-kata seorang kru yang ditugaskan menjadi voice-over. Saat itu suasana KRI Dewaruci seperti kapal bajak laut.
"Ayo cepat dewa lautan sudah lapar," ucap voice-over yang menggema di pengeras suara.
Para peserta diminta untuk mengelilingi geladak. Menariknya, dari puluhan peserta ada beberapa orang dari kru kapal yang ikut dalam simulasi mandi khatulistiwa. Setelah berputar sebanyak satu kali peserta dikumpulkan di geladak H atau geladak tengah.
Kemudian semua peserta di siram air laut sambil dibalur dengan oli dan solar. Setiap nama panggil sambil mengucapkan kesediaannya untuk ikut mandi khatulistiwa. Terakhir kepala setiap peserta di celupkan ke sebuah cairan kental. kru kapal tak memberi tahu cairan apa itu, namun dari baunya kemungkinan itu adalah oli dicampur solar.
Setelah prosesi selesai, peserta kemudian disiram air untuk membersihkan kotoran yang ada di badannya. Meski seperti perpeloncoan semua peserta menjalaninya dengan riang. Bahkan banyak yang merasa bahagia telah mengikuti tradisi mandi khatulistiwa meskipun hanya simulasi. Nantinya setiap peserta akan diberikan sertifikat dengan tanda tangan komandan kapal.
Kini KRI Dewaruci tidak lagi ditugaskan untuk berlayar ke luar negeri. Tugas tersebut telah digantikan oleh kapal layar terbaru bernama KRI Bima Suci. Meski demikian, kapal yang telah menelurkan ribuan perwira ini masih cukup kuat untuk mengarungi samudera. (yani)