Mengenal Bodo Ende, Kampung Adat di Jantung Kota Waikabubak

Kampung adat Bodo Ende (Instagram/karinafauziah)
TAK jauh dari jantung Kota Waikabubak terdapat sebuah kampung adat. Bangunan-bangunan di sana sangat tradisional. Terbuat dari kayu dengan puncak tinggi yang ditutupi ilalang. Bangunan itu adalah rumah adat Sumba Uma Mbatangu atau Rumah Berpuncak.
Bernama Bodo Ende dibangun di atas bukit sehingga cukup mudah terlihat meskipun dari kejauhan. Di sekitar perkampungan ditumbuhi pohon-pohon besar sehingga memberikan kesan asri. Sesekali kamu adan mendengar gonggongan anjing peliharaan para warga Bodo Ende.

Bodo Ende berada sekitar 200 meter dari lapangan Waikabubak. Kamu akan menemukan sebuah gerbang batu di pinggir jalan. Gerbang itu adalah pintu masuk ke Bodo Ende. Di di jalan kecil terdapat kubur batu berbentuk altar. Beberapa diantaranya sangat besar.
Kubur batu ini sangat berat. Bahkan untuk memasang tutup batu dibutuhkan bantuan banyak orang. Caranya dengan menarik menggunakan tali dari pilinan akar tertentu. Kubur batu sendiri bisa digunakan berkali kali dalam satu keluarga sedarah.
Tak jauh dari kubur batu terdapat sebuah tangga. Tangga itu sudah berlumut karena udara Waikabubak yang sejuk. Sesampainya di ujung tangga, terlihat rumah-rumah tradisional. Terdapat 14 rumah dengan 3 bangunan inti.

Warga kampung ini hidup sangat rukun. Mereka masih memeluk agama asli yakni Merapu, sebuah kepercayaan dengan Tuhan bertelinga dan mata besar. Ia mampu mendengar atau melihat segala sesuatu meski tersembunyi. Jika ada warga yang memeluk agama selain Merapu maka harus pindah dari desa.
Bodo Ende sebenarnya bukan satu-satunya kampung adat di Waikabubak. Ada kampung adat lainnya seperti Tarung, Waibaka dan Pardhe Lembung. Lokasi setiap desa tak jauh. Pekerjaan sehari-hari warga adalah penenun, berkebun dan bertani.