Melihat Alquran dari Aluminium dan Pelepah Pisang Milik Ponpes Al Shiryyah Nurul Iman


Alquran besar yang terbuat dari pelepah pisang karya anak Sunan Bonang. (Foto: Merahputih.com/Noer Ardiansjah)
UDARA sore di Jalan Nurul Iman, Desa Waru, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, begitu sejuk terasa. Meski demikian, kondisi itu tak menurunkan intensitas para santri di Pondok Pesantren (ponpes) Al Shiryyah Nurul
Iman untuk berkegiatan. Mereka tetap menjalankan puasa dengan khidmat.
Aktivitas salat berjamaah dan membaca ayat suci tetap dilakukan di dalam masjid besar bernama Toha, berada di bagian tengah lahan ponpes. Menggunakan peci, sarung, baju koko, dan sajadah, para santri mulai berdatangan ke masjid tersebut.
Ya, mereka hendak menunaikan salat asar dan membaca kitab suci sambil menunggu waktu berbuka tiba. Semua santri yang datang khusyuk melaksanakan kegiatan itu secara bersama-sama.
Usai melaksanakan salat, salah satu dari mereka berdiri dan keluar dari dalam masjid. Lelaki yang mengenakan baju koko biru tua dan sarung kotak-kotak serta kopiah putih ini pun duduk di depan halaman masjid.
Beberapa santri yang datang ke dalam masjid itu menyapa dan menyalami pria muda itu. Rupanya pria tersebut adalah seorang ustaz yang cukup dikenal bernama Saefuddin (25). Selain baru selesai menjadi sarjana, dirinya merupakan pengajar di ponpes itu.
Senyumnya yang ramah kepada santri, membuatnya cukup dikenal. Dari lelaki inilah terbuka apa sebenarnya yang menjadi daya tarik dari ponpes yang terletak disudut kabupaten Bogor, Jawa Barat itu. Sehingga nama yayasan tersebut santer ke mancanegara.
Saefuddin mengaku, terkenalnya nama Ponpes Al Shiryyah Nurul Iman di mancanegara karena memiliki Alquran super jumbo alias besar. Bahkan, di belahan dunia mana pun hanya ponpes ini yang memilikinya. Kata dia, Alquran terbesar dari almunium itu dibuat oleh pendiri ponpes (alm) Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim. Sedangkan, Alquran dari pelepah daun pisang ini dibuat oleh putra dari Sunan Bonang (salah satu dari Wali Songo).

"Benar, ada dua Alquran yang dimiliki ponpes ini dan tidak ada lagi yang punya. Pembuatannya pun memiliki sebuah tujuan yang sangat mulia," ungkap Saefuddin kepada merahputih.com.
Sambil terus berkisah, Saefuddin menjelaskan kisah perjalanan pembuatan Alquran berbahan lempengan ratusan almunium itu. Kata dia, pada akhir 1984 Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim yang juga pendiri ponpes itu berkeinginan membuat sebuah Alquran dalam ukuran besar.
Keinginan lelaki keturunan Arab itu diutarakan kepada delapan tokoh agama yang juga sahabat karibnya. Mendengar keinginannya itu sontak membuat delapan ulama terkejut. Akan tetapi, hal itu tetap diyakini sang pendiri ponpes bisa bermanfaat.
"Untuk mewujudkan impiannya Habib Saggaf, mereka salat memohon petunjuk Allah SWT." Hal tersebut, kata Saefuddin, dilakukan sembilan sahabat ulama itu untuk menghindari kesombongan dan musyrik. Hingga pada akhirnya, pada 1985 kesembilan orang itu mulai melakukan pembuatan Alquran berbahan baku almunium tersebut.
Seiring berjalannya waktu, pada 1990 kitab suci umat muslim ini selesai dikerjakan. Perjalanan pembuatan kitab suci terbesar dan terberat ini memakan waktu selama lima tahun. "Itu juga membutuhkan pengorbanan yang cukup besar," katanya. Saefuddin pun menjelaskan, sembilan tokoh agama itu harus melaksanakan ibadah puasa penuh selama 5 tahun dan suci berwudhu.

Sebab, kata Saefuddin, jika tidak dilakukan lelaku tersebut maka kesempurnaan Alquran itu tidak sama dengan yang tertera pada cetakan asli. Kitab suci tersebut dibuat di daerah Bintaro dan Tangerang Selatan selama 5 tahun, dengan biaya mencapai Rp 500 juta.
"Kitab suci ini terdiri dari 30 juz, 6.666 ayat, dan 114 surat. Saat ini masih tersimpan rapi di dalam Masjid Toha. Tujuaannya agar santri bisa menghafal Alquran dengan baik tanpa terkecuali. Alquran berwarna hijau, terdiri dari 270 lempeng alumunium dengan ukuran 1,2 meter x 1,5 meter dengan ketebalan 3 milimeter dengan berat 1,2 ton," ungkap Saefuddin.
Menurut Saefuddin, Alquran terberat di dunia itu dibuat untuk memudahkan para santri yang jumlahnya mencapai 18 ribu orang untuk belajar menghafal Alquran dengan benar. Hal itu pun mulai diterapkan di ponpes yang berdiri pada 1998.
Hampir seluruh siswa bisa menggunakan Alquran terberat ini untuk belajar menghafal kitab suci itu. "Sampai saat ini Alquran tersebut digunakan para santri yang baru mendalami ilmu agama," katanya dengan semangat.
Selain Alquran lempeng almunium, Ponpes Al Shiryyah Nurul Iman juga memiliki delapan kitab suci besar berukuran dari 3X2 meter sampai 3X8 meter. Adapun bahan baku Alquran itu terbuat dari pelepah pisang. Dan yang lebih mengejutkan, Alquran pelepah pisang terbesar itu dibuat langsung oleh salah satu putera Sunan Bonang. "Ada sebuah kebanggan jika menghafalnya dengan menggunakan kitab ini," katanya.

Mengenai keberadaan Alquran tersebut, kata Saefuddin, dikirim langsung oleh Suku Moro yang ada di Filipina. Kedatangannya pun langsung disambut pendiri ponpes dengan mengucap syukur. Tak hanya itu, ragam Alquran unik yang terbuat dari kayu dan yang lain dimiliki (alm) Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim masih tersimpan dan tak terpublikasi.
"Maklum saja, sang pendiri Ponpes Al Shiryyah Nurul Iman merupkan kolektor Alquran unik," kata Saefuddin. Setelah bercerita dua keunikan serta ukuran Alquran yang hanya ada satu dunia ini, Saefuddin melihat jam tangan. Kemudian, dia bertutur, akibat keberadaan kedua kitab unik itu membuat nama ponpes terkenal hingga negara tetangga. Ratusan santri yang ada di dalam ponpes datang dari Malaysia dan Singapura.
"Selain menjadi tempat mendidik santri, adanya Ponpes Al Shiryyah Nurul Iman juga menjadi tempat wisata turis asing. Bahkan, dari kunjungan itu ponpes ini memiliki beberapa guru asing yang menetap dan memberikan pendidikan kepada santri. Mereka datang dari Tiongkok yang mengajar bahasa Mandarin serta taekwondo. "Sementara dari Amerika dan Inggris pun memberikan pelajaran bahas asing," tandasnya. (Ard)
Bagikan
Berita Terkait
Menelusuri Perbedaan Penentuan Awal Puasa di Indonesia: Sejarah, Tradisi, dan Keberagaman

Peran Kaum Sufi dalam Islamisasi Kepulauan Nusantara, Harmoni Budaya dan Agama
