Melajang Bukan “Kutukan”, Ayo Jauhi Pikiran ini!

Rina GarminaRina Garmina - Kamis, 15 Februari 2018
Melajang Bukan “Kutukan”, Ayo Jauhi Pikiran ini!

Perempuan lajang. (Foto: Pixabay)

Ukuran:
14
Audio:

MENJADI lajang seolah "kutukan" bagi sebagian orang. Single shame acap kali dirasakan oleh mereka yang belum menemukan tambatan hati.

Berbagai istilah buruk kerap dialamatkan ke orang-orang yang memilih sendiri. Mulai dari "jomlo ngenes", "perawan tua", hingga "bujang lapuk"merupakan julukan yang kerap disematkan ke orang-orang yang belum memiliki pasangan.

Single shaming tidak hanya dilakukan oleh orang-orang terdekat. Namun, sering pula dilakukan oleh sekeliling. Seperti bos, rekan kerja atau bahkan petugas sipil.

"Seorang petugas imigrasi pernah bertanya ke saya dengan nada tidak percaya, umur 30-an belum menikah? Saya rasa itu sudah masuk ke ranah privasi," beber penulis ‘69 Things to be Grateful about being Single’, Feby Indirani.

Mungkin kita merasa jika hal itu untuk memotivasi mereka yang masih sendiri supaya secepatnya menemukan pasangan. Padahal nyatanya tidak. Tuntutan dari masyarakat membuat mereka yang masih melajang akan "sembarangan" dan terburu-buru dalam memilih pasangan.

"Hanya karena usia yang tidak lagi muda, seseorang bisa memilih pasangan secara asal-asalan. Memilih pasangan secara sembrono bisa membuat individu akan terjebak dalam pernikahan dan berakhir pada perceraian," ujar penulis Tabula Rasa, Ratih Kumala.

Memiliki pasangan tak sesuai dengan harapan tidak membuat orang menjadi bahagia. Mereka justru akan merasa kesepian meski sudah memiliki pasangan. Perasaan kesepian mendorong seseorang untuk menggugat cerai pasangannya.

Tak hanya meningkatkan risiko perceraian, single shaming dapat menurunkan kepercayaan diri seseorang dan membuatnya menjadi tak produktif. Mereka yang melajang akan meratapi nasib mereka yang tidak memiliki pasangan dan tak melakukan hal lain yang lebih bermanfaat.

Meratapi nasib yang tak kunjung memiliki pasangan juga dinilai Feby menjadi sugesti buruk bagi seseorang. "Ketika kita mencari barang yang kita anggap hilang maka barang tersebut takkan ketemu. Karena alam bawah sadar kita mengatakan jika barang tersebut hilang. Itu juga terjadi jika kita berpikir jodoh kita tidak ada," jelas Feby saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.

Feby cukup menyayangkan berbagai gerakan yang mengampanyekan nikah muda. Menurutnya, itu akan membuat mereka yang masih sendiri merasa tertekan karena belum menikah. "Menikah itu bukan segala-galanya kok. Kalau memang menilai menikah ibadah, segala hal yang diniatkan dengan ketulusan hati juga merupakan ibadah," ucapnya.

Feby membagikan tips menghadapi single shaming. "Lakukan berbagai aktivitas yang ingin kita lakukan selama ini. Syukuri apa pun yang kita miliki dan bawa fun aja," katanya.

Feby berharap dukungan juga perlu diberikan untuk mereka yang masih melajang. "Support teman kita yang masih melajang. Kalau ingin jadi mak comblang tetap harus minta izin yang bersangkutan. Apabila berkenan baru boleh dilanjutkan," tambahnya.

Nah, mulai sekarang ayo buang jauh-jauh pikiran kalau melajang adalah kutukan. (Avia)

Simak pula pendapat Feby Indirani pada artikel Novelis Feby Indirani Menolak Istilah Jomlo.

#Feby Indirani
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Bagikan