Melacak Jejak Legenda Banten Ki Abdullah Anggadirepa


Jejak Makam Ki Abdullah Anggadirepa (MP/Sucitra)
Ki Abdullah Anggadirepa, tidak banyak yang mengetahui sosoknya sebagai salah satu tokoh dalam perlawanan kesultanan Banten terhadap VOC. Merahputih.com, melacak jejaknya, Rabu (8/2) di Kampung Drangong Kelurahan Curug Manis Kecamatan Curug Kota Serang.
Tidak mudah menemukan jejak Ki Abdullah Anggadirepa yang terletak di sisi tenggara Kota Serang tersebut karena posisinya berada ditengah-tengah lahan pesawahan, dan harus menjelajahi jalanan berliku dengan kualitas infrastruktur jalan buruk, meski masuk wilayah administratif kota Serang, namun suasananya lebih tepat disebut perkampungan.
Saat mendekati lokasi, merahputih.com bertanya kepada lelaki setengah baya yang tengah menghisap kretek, duduk didalam pos ronda. Beruntungnya, ternyata yang ditanya adalah salah satu tokoh masyarakat setempat bernama Indra Jaya Kusuma. Ia mengantar sendiri sampai lokasi yang dituju.
Dari bibir perkampungan sudah terlihat dari kejauhan, ada orang-orang sedang mengerjakan bangunan bertingkat yang mirip kapal kargo ditengah lautan, bendera merah putih berkibar disana sini di tanah yang dikelilingi sawah.
"Nanti jalan (sempit) ini dilebarkan supaya bisa parkir mobil," kata Indra Jaya Kusuma.
Ya, disanalah lokasi jejak Ki Abdullah Anggadirepa, dulu diatas tanah itu ada rongsokan kapal VOC yang terikat pada sebuah pohon. Karenanya, masyarakat setempat menyebutnya Kapal Bososk (Kapal Busuk). Sisa-sisa besi yang ada, telah dicampurkan dalam adukan semen pada monumen yang tengah dibangun itu.

Ternyata, orang-orang yang mengerjakan bangunan itu adalah para santri dari kiyai bernama Muhammad Nur, dari kyai itu merahputih.com mendapatkan keterangan-keterangan unik tentang bagaimana membangun monumen Kapal Bosok. Misalnya, ketika menjawab pertanyaan darimana biaya pembangunan yang bisa dipastikan menelan biaya yang tidak sedikit.
"Dari Allah, saya hanya mengerjakan saja, jangan diukur dengan akal, saya juga tidak mengerti. Yang saya tahu setiap kali membutuhkan bahan bangunan, selalu saja ada," katanya.
Ketika ditanya bagaimana mendesain bangunan, ia mengatakan bahwa desain bangunan berdasarkan tuntunan dari Ki Abdullah Anggadirepa sendiri. Menurutnya sosok legenda yang makamnya berada di kompleks yang sama adalah seorang wali.
"Beliau sendiri yang mengirim isyarat tentang bagaimana ia menginginkan bentuk bangunan," ujarnya.
Ia juga mengaku sempat dikira gila oleh masyarakat setempat, karena kawasan makam Sang Ulama itu dikenal sebagai tempat yang tidak bisa dibangun. Tercatat mantan bupati Serang Bunyamin membangun kompleks makam yang dikeramatkan itu, namun bangunannya roboh. Selain itu, pihak Pangdam Siliwangi yang menilai bahwa Ki Abdullah Anggadirepa juga pernah membangun di era 70-an, namun selalu roboh.
"Jaman (Tb Chaerul Jaman; Walikota Serang) sendiri pernah datang dan menawarkan bantuan keuangan, tetapi berdasarkan isyarah (dari Ki Abdullah Anggadirepa) kami tolak" katanya.
Tulisan ini berdasarkan liputan Sucitra De, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Banten dan sekitarnya.