Musik

Marak Do it Yourself di Kalangan Musisi, Apakah Label Rekaman Masih Relevan?

Febrian AdiFebrian Adi - Jumat, 25 November 2022
Marak Do it Yourself di Kalangan Musisi, Apakah Label Rekaman Masih Relevan?

Perwakilan JUNI Records, Sun Eater, dan Warner Music Indonesia hadir dalam diskusi ini. (Foto: Merahputih/Ronggo)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SEBUAH pertanyaan sederhana terlontar dari Jimi Multazam di dalam Room: LIVE yang berada di kawasan Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta pada Jumat (25/11). Satu pertanyaan yang terdengar mudah, tapi membuat kita berpikir menyibak segala fenomena yang terjadi dalam industri musik Indonesia.

“Ketika musisi di Indonesia saat ini sudah banyak menganut paham do it yourself (DIY), apakah label rekaman masih relevan?,” tanya Jimi dalam IDEAFEST 2022 saat menjadi moderator dalam diskusi ‘In the Era of Self-Made, Is Record Label Still Relevant for Music Ecosystem?’

Selain Jimi, narasumber yang dihadirkan dalam sesi diskusi ini adalah Barry Maheswara, A&R Director for Warner Music Indonesia; Adryanto Pratono, CEO JUNI Records, dan Kukuh Rizal Arfianto, Director of Sun Eater.

Melihat industri musik Indonesia yang berkembang pesat dengan kemajuan teknologi dan informasi nan cepat, membuat para musisi begitu cepat belajar serta mandiri dalam melakukan segala hal yang bisa dipelajari lewat internet.

Baca juga: Takashi Murakami Bakal Hadir di IdeaFest 2022

Jimi Multazam menjadi moderator untuk diskusi ‘In the Era of Self-Made, Is Record Label Still Relevant for Music Ecosystem?’ (Foto: Merahputih.com/Ronggo)

Mulai dari bagaimana cara menulis lirik, merekam lagu sendiri, sampai bagaimana cara mempromosikan sebuah karya agar lebih dikenal oleh khalayak.

Dari kenyataan tersebut, beberapa orang atau bahkan musisi itu sendiri pasti bertanya, “Apakah hari ini label diperlukan? Toh semuanya sudah bisa dikerjakan secara mandiri.”

Melihat fenomena tersebut, Barry Maheswara mengutarakan bahwa banyak sekali hal relevan yang masih bisa label rekaman lakukan di tengah cepatnya arus DIY ini.

“Kita sebagai major label memang harus terus berinovasi, kita melihat label rekaman hari ini bukan hanya sebagai hanya ‘label rekaman’ saja tapi melebihi itu. Hari ini kita harus menjadikan musisi/artis sebagai mitra untuk bantu mereka mengejar mimpinya, bukan sebagai sesuatu ‘objek dagangan’ yang kita signed terus kita sekadar jualan saja,” ungkap Barry.

Banyak stigma kurang mengenakkan yang berakar dari masa lampau industri musik. Bahwa musisi/artis yang masuk major label harus mengikuti apa kata sang label. Mulai dari musik, dandanan, atau produk turunan lainnya.

Baca juga:

Stacey Ryan Bocorkan Set Lagu untuk Soundrenaline 2022

Label rekaman hari ini tak bisa disamakan dengan zaman dulu. (Foto: Merahputih.com/Ronggo)

Barry menambahkan, apabila label rekaman masih menganut paham tersebut dan terus dipraktikkan hari ini hanya tinggal menunggu kebangkrutan dari label tersebut. Inilah yang coba Warner Indonesia ubah di industri rekaman,” lanjutnya.

Senada dengan Barry, Adryanto Pratono juga menuturkan bahwa peranan label rekaman dalam industri musik akan terus relevan.

To the point aja, kalau lo merasa mau fokus dengan karya lo dan punya kekuatan tambahan, ya ada kita (label rekaman) di sini. Kalau enggak pun, ya enggak masalah juga. Kalau ingin berusaha sendiri, enggak ada masalah dengan gue. Paling kosekuensinya adalah lo harus berusaha seribu kali lebih keras, lo harus berinvestasi lebih banyak waktu lo. Lalu, apakah relevan? Pasti, menurut gue label akan selalu relevan,” ucap Adryanto.

Saat ini, label rekaman hadir untuk membantu mimpi para musisi/artis. Bukan sekadar cari pundi-pundi uang. Begitu pun dengan para musisi/artis, hari ini mereka memiliki visi ketika menetapkan masuk ke industri musik. Kukuh Rizal Arfianto pun memiliki paham yang sama.

“Sun Eater mencoba bukan hanya jadi sebuah label rekaman semata. Pas awal kita bangun ini, kita sepakat untuk menyebutnya sebagai ‘Music Company for 21st Century’. Kita juga membantu dalam hal bisnis representatif untuk membantu mereka tumbuh ke depannya,” kata Kukuh Rizal Arfianto.

Jadi apakah musisi/artis masih membutuhkan sebuah label rekaman ketika masuk dalam industri musik? Atau cukup dengan sumber daya yang ada saja dengan paham DIY, cukup mewakilkan seluruh hal yang bisa label rekaman lakukan? (Far)

Baca juga:

Semangat Kolaborasi dalam IdeaFest 2022

#Musik #Ideafest
Bagikan
Ditulis Oleh

Febrian Adi

part-time music enthusiast. full-time human.

Berita Terkait

Lifestyle
Starrducc Rilis EP Starrducc III Lewat Label Jepang, Cocok Buat Teman Nangis di Pegunungan
Secara artistik, Starrducc III menyajikan nuansa pop romantis yang dibalut lapisan gema (reverb) yang luas
Angga Yudha Pratama - Jumat, 19 Desember 2025
Starrducc Rilis EP Starrducc III Lewat Label Jepang, Cocok Buat Teman Nangis di Pegunungan
ShowBiz
Eliza Nobel Debut di Musik dalam Negeri lewat Single Bermakna 'Pilih Teman'
Lewat 'Pilih Teman', Eliza Nobel menyampaikan pesan yang ringan, tapi bermakna mengenai pentingnya selektif dalam berteman.
Dwi Astarini - Kamis, 18 Desember 2025
Eliza Nobel Debut di Musik dalam Negeri lewat Single Bermakna 'Pilih Teman'
ShowBiz
Lintas Pop dan Elektronik: Cawa Laoki, Sonia, dan Ali Azca Hadirkan Single 'Amare'
Amare adalah karya kolaboratif Pink Noise, mengangkat tema krisis identitas, cinta, dan pencarian keseimbangan diri.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 18 Desember 2025
Lintas Pop dan Elektronik: Cawa Laoki, Sonia, dan Ali Azca Hadirkan Single 'Amare'
ShowBiz
Sagara Rajut Rindu dan Doa dalam Lagu Puitis 'Tentang Doa-doa yang Disemogakan'
Tentang Doa-doa yang Disemogakan punya lirik puitis dan aransemen hangat, menghadirkan nuansa reflektif tentang doa, rindu, dan perjalanan dalam pop Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 18 Desember 2025
Sagara Rajut Rindu dan Doa dalam Lagu Puitis 'Tentang Doa-doa yang Disemogakan'
ShowBiz
Rol3ert Rilis (how could i be) honest?, Eksplorasi Paling Agresif dalam Karier Bermusiknya
Rol3ert merilis single (how could i be) honest?, eksplorasi alternative dance-rock paling agresif dengan muatan emosi tentang kecemasan dan kesepian.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 18 Desember 2025
Rol3ert Rilis (how could i be) honest?, Eksplorasi Paling Agresif dalam Karier Bermusiknya
ShowBiz
Nabila Ellisa Gandeng Bianura di Single 'Capek Banget', Kisahkan tentang Lelahnya Hubungan
Nabila Ellisa berkolaborasi dengan Bianura dalam single Capek Banget, lagu yang menggambarkan kelelahan emosional dan konflik dalam hubungan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 18 Desember 2025
Nabila Ellisa Gandeng Bianura di Single 'Capek Banget', Kisahkan tentang Lelahnya Hubungan
ShowBiz
The Rasmus Hadirkan 'WEIRDO', Album Gelap dengan Pesan Kuat tentang Keberbedaan
The Rasmus resmi merilis album WEIRDO, album ke-11 dengan nuansa gelap dan pesan keberbedaan. Simak detail kolaborasi, single, dan rencana tur dunia 2025.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 18 Desember 2025
The Rasmus Hadirkan 'WEIRDO', Album Gelap dengan Pesan Kuat tentang Keberbedaan
ShowBiz
'Kaka Gandeng', Single Manis Kolaborasi KapthenpureK dan Juan Reza: Simak Lirik dan Makna Lagunya
Juan Reza berkolaborasi dengan Kapthenpurek merilis lagu Kaka Gandeng, karya bernuansa manis dengan cerita cinta ringan yang mudah diterima pendengar.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 18 Desember 2025
'Kaka Gandeng', Single Manis Kolaborasi KapthenpureK dan Juan Reza: Simak Lirik dan Makna Lagunya
ShowBiz
'So Rise, Cerita Melangkah Sendiri di Awal Babak Baru dari Ear Candy
So Rise mengisahkan fase seseorang yang melangkah ke babak baru dalam hidup.
Dwi Astarini - Kamis, 18 Desember 2025
'So Rise, Cerita Melangkah Sendiri di Awal Babak Baru dari Ear Candy
ShowBiz
Raissa Anggiani Rilis Album 'Kepada Yang Terhormat', 'Baik Aku Mundur Pelan-Pelan' Jadi Lagu Paling Personal
Raissa Anggiani merilis album Kepada Yang Terhormat dan siap menggelar tur Desember 2025 hingga Januari 2026 di sejumlah kota besar Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 18 Desember 2025
Raissa Anggiani Rilis Album 'Kepada Yang Terhormat', 'Baik Aku Mundur Pelan-Pelan' Jadi Lagu Paling Personal
Bagikan