Makna dan Tanda Playing Victim


Ilustrasi sikap playing victim. (Pexel/Andrea Piacquadio)
Merahputih.com - Mencoba membuat orang lain berempati dengan membuat diri seakan menjadi korban merupakan bentuk playing victim. Playing victim dilakukan untuk menganulir kesalahan diri dan melimpahkannya ke orang lain.
Playing victim merupakan perilaku buruk yang tidak menguntungkan sama sekali. Kendati pun ia mendapatkan posisi aman, namun itu tidak akan bertahan lama.
Pelaku playing victim sering menempatkan dirinya sebagai korban. Perilakunya ditunjukan dengan membesar-besarkan atau mengarang suatu peristiwa, pengalaman, atau emosi untuk menggambarkan dirinya sebagai korban dalam suatu situasi, padahal sebenarnya mereka bukanlah korban.
Playing vintim juga termasuk mengendalikan cerita dan memanipulasi peran seseorang dalam suatu situasi agar tampak sesuatu telah terjadi pada orang tersebut. Padahal pada kenyataannya orang tersebut memainkan peran yang lebih besar dalam menciptakan apa yang terjadi dari yang diakuinya.
Baca juga:
Pelaku playing victim melancarkan aksinya bertujuan untuk menghindari tanggung jawab atas sesuatu, dan dapat dianggap sebagai cara mengasihani diri sendiri.
Dilansir dari thrivelife.com, ada lima tanda seseorang tengah melakukan aksi playing victim. Apa saja?
1. Terus mengeluh tanpa mengambil langkah untuk memperbaiki situasi mereka.
2. Berbicara seolah-olah situasi mereka selalu lebih buruk daripada situasi orang lain, yang dapat mencakup perasaan hampir mencoba untuk “mengalahkan” atau “mengungguli” rasa sakit atau kesulitan orang lain
3. Keadaan “celakalah aku” yang sering terjadi, atau terkadang tampak konstan
4. Tampaknya berpikir semua orang menentang mereka atau bahkan “berusaha untuk mengalahkan” mereka
5. Tidak mau bertanggung jawab atas banyak hal, jika ada, dan secara konsisten memandang bahwa orang lain harus disalahkan atas apa yang terjadi dalam hidup mereka
Kondisi psikologis lainnya yang bisa menjelaskan perilaku playing victim ini adalah gaslighting. Di mana membuat seolah-olah orang yang mereka aniaya sebenarnya adalah orang yang "salah" dan pelaku kekerasan adalah orang yang dirugikan.
Dalam kasus serupa, seseorang berpura-pura menjadi korban dapat menarik simpati sekaligus memberikan keuntungan tambahan karena membuat orang yang sebenarnya dianiaya tampak seperti orang yang bermasalah.
Faktor yang mendorong orang melakukan gaslighting adalah rendahnya empati dan kecenderungan terbatas untuk melakukan refleksi diri. Jadi ia lebih cenderung terlibat dalam perilaku bermain sebagai korban. Ia juga seseorang yang egois. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Makna dan Tanda Playing Victim

Apa Itu Playing Victim? Memahami Istilah yang Sering Digunakan Anak Muda
