Makin Bahaya, Racun dalam Polusi Udara Perpendek Umur Anak-Anak

Dwi AstariniDwi Astarini - Senin, 08 April 2019
Makin Bahaya, Racun dalam Polusi Udara Perpendek Umur Anak-Anak

Polusi udara kini jadi lebih berbahaya. (foto: pixabay/juergenPM)

Ukuran:
14
Audio:

POLUSI udara sudah jadi masalah di banyak negara berkembang. Tak sekadar masalah, polusi kin terbukti jadi ancaman bagi kesehatan. Bahkan kelangsungan hidup generasi mendatang.

Laporan terbaru State of Global Air (SOGA) menyebut polusi udara memperpendek umur anak-anak hingga rata-rata 20 bulan. Yang lebih mengkhawatirkan, anak-anak di negara berkembang, seperti India dan Pakistan, jadi yang paling rentang merasakan akibatnya.

Negara-Negara Asia dan Afrika Paling Rentan

lokomotif
Bidang transportasi menyumbang racun dalam polusi udara. (foto: pixabay/wikiimages)


Laporan yang dirilis Rabu (3/4) itu menyebut polusi udara menjadi faktor pembunuh kelima di seluruh dunia. Polusi udara membunuh lebih banyak kematian ketimbang alkohol, malanutrisi, dan penyalahgunaan narkoba. Negara-negara di Benua Asia dan Afrika punya risiko kematian paling tinggi. Di negara-negara tersebut, tingkat partikel penyumbat paru-paru (PM 2,5) tergolong tinggi. PM 2,5 adalah polusi yang disebabkan polusi udara dengan partikel berukuran diameter lebih kecil dari 2,5 mikrometer.

Selain itu, penggunaan harian bahan bakar, seperti batu bara dan arang, untuk keperluan memasak di rumah, menyebabkan harapan hidup yang menurun drastis. "Peningkatan beban akibat penyakit yang disebabkan polusi udara salah satu tantangan besar yang dihadapi pemerintah nasional dan pekerja di bidang kesehatan masyarakat," sebut studi itu seperti dilansir CNN.

Dalam jangka panjang, implikasi kondisi tersebut memengaruhi ekonomi nasional dan kesehatan manusia. Problem tersebut terutama disebut di negara-negara seperti India, Pakistan, dan Bangladesh. Dalam beberapa tahun belakangan, negara-negara tersebut diselimuti kabut udara beracun selama berhari-hari.

Umur Anak-Anak Jadi Lebih Pendek

child
Harapan hidup anak-anak terpangkas karena racun dalam polusi udara. (foto: pixabay/kassoum_kone)


Secara rata-rata, laporan SOGA menyebut polusi udara membuat anak yang lahir saat ini di Asia Selatan akan meninggal 30 bulan lebih awal ketimbang di tempat lain. Angka global pengurangan hidup akibat polusi udara ialah 20 bulan. "Sumber PM 2,5 di India meliputi penggunaan bahan bakar padat di rumah tangga, debu dari aktivitas konstruksi, dan jalanan. Aktivitas lainnya juga menyumbang, seperti pembakaran batu bara, produksi batu bata, transportasi, dan peralatan berbahan bakar diesel," jelas laporan itu.

Untuk memperkirakan rata-rata harapan hidup, peneliti menghitung perbedaan antara harapan hidup dan kemungkinan seseorang meninggal akibat sebab-sebab lain pada usia tertentu. Hasilnya, negara-negara Afrika seperti Nigeria, Kamerun, dan Niger juga merasakan dampak udara yang beracun. Bahkan, udara beracun di negara itu memangkas dua tahun harapan hidup seseorang.

Frank Kelly, profesor lingkungan di King's College London mengatakan selama hanya ada sedikit data tentang polusi udara di sub-Sahara Afrika. Laporan tersebut memberi informasi terkini dalam hal tren kualitas udara, termasuk impaknya terhadap kesehatan secara global.

Ia juga mengatakan laporan tersebut mengonfirmasi bahwa India dan Tiongkok menyumbang 50% dari 5 juta kematian di dunia yang disebabkan polusi udara.(dwi)

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan