Makan Sate Lalat? Hiiii!

MAKAN sate lalat? Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Namun sate lalat bukan memakai lalat yang ditusuk dan dibakar. Sama sekalitidak!

Laman Arah Destinasi menuliskan, sate lalat bukan dari lalat, tetapi dari daging ayam dan kambing. Disebut sate lalat karena potongannya kecil-kecil, jadi ketika dibakar, sekilas jadi mirip lalat.

Di Madura, tepatnya di Kota Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, dapat dengan mudah dijumpai penjual sate lalat. Para penjual biasanya membuka tenda dengan tempat duduk lesehan di sepanjang Jalan Niaga, pusat makanan yang letaknya berdekatan dengan Monumen Arek Lancor dan Masjid Asy-Syuhada. Warung-warung sate lalat buka mulai pukul 17.00 hingga terkadang sampai tengah malam.

Masing-masing penjual punya pelanggan dan rezeki masing-masing. Di antaranya yang ramai dikunjungi adalah Sate Lalat Pak Mat. Tempatnya sederhana, namun hampir selalu ramai.

Sate Lalat Pak Mat memang kecil-kecil mirip lalat. Satu porsi berisi 21 tusuk. Silakan pilih, sate kambing, sate ayam atau sate campur kambing dan ayam. Sate itu bisa dimakan dengan nasi, bisa juga dengan lontong dengan bumbu kacang.

Bagaimana soal rasa? Sangat tergantung selera. Namun, secara umum racikannya tidak berbeda jauh dengan sate ayam pada umumnya. Hanya saja, cita rasanya lebih manis. Karena kecil-kecil beberapa tusuk sate bisa habis dengan cepat. Banyak orang jadi tak sabar, terkadang langsung mengomsumsi dua tusuk sekaligus.

Harga satu porsi sate lalat Rp10 ribu. Untuk nasi atau lontong satu porsinya Rp3.000. Mungkin banyak yang bertanya, apakah bisa puas makan dengan lauk sate lalat yang kecil-kecil itu? Pasti kenyang! Bagaimana tidak, biar kecil-kecil satu porsi sate lalat isinya 21 tusuk. Apalagi ditambah nasi atau lontong cukup mengenyangkan. (*)