Luther Bindosano: Survivor Tragedi Operasi Trikora di Laut Aru


MerahPutih Nasional- Masih ingat dengan Tragedi pertempuran laut Aru? Bersama gugurnya Laksamana Yosaphat Soedarso masih ada kisah lain yang tertinggal dari tenggelamnya KRI Macan Tutul. Ya, peristiwa yang berlatar Operasi Trikora susah dilupakan oleh Luther Bindosano, salah satu seorang ABK yang luput dari serangan torpedo Belanda tanggal 13 Januari 1962. Bagaimanakah kisah Luther sehingga bisa luput dari maut yang sudah ada di depan mata?
Kisah Si Penembak Jitu yang Terapung-apung, Diinjak sebagai Tawanan Perang
Ia masih mengingat masa perjuangan dahulu. Memorinya seakan terbuka kembali ketika bangsa Indonesia merayakan Hari Pahlawan, 10 November lalu.
“Bocah, kamu ke sini. Kamu asal mana,” kata Luther yang teringat ucapan Yos Sudarso dalam pertemuan pertama mereka.
Sebagai anak, ia menjawab dengan tegas, “ Putra Waropen, Papua, Bapa.”
“Apa kamu sudah siap, korbankan kepala dan dada kamu, “ tanya Yos Sudarso lagi. Si bocah yang berasal dari Papua ini kembali menjawab tegas, Bapa, “Saya sudah siap”.
Kini, pesan yang masih diingatnya adalah Tanah sepotong digenggam di tangan, bawa pulang ke indonesia. Ketika itu tutur tersebut dilontarkan Yos Sudarso di tengah ancaman peluru di 3-4 jam terakhir KRI Macan Tutul.
Matanya buta karena kuatnya radiasi bom. Ia dipukuli, dimasukkan ke dalam karung, di injak-injak dan tiga bulan dijadikan sandera tawanan perang. Namun si penembak jitu ini tak menyesali saat 3-4 jam yang paling berpengaruh dalam hidupnya.
“Kita lawan terus. Kita pasti menang. Betul toh, sekarang kita menang,” kata pensiunan itu tanpa bisa dihentikan tutur katanya.
Kini, ia bermukim di jalan KH. Mas Mansyur No. 63, Jakarta Pusat. Setahun setelah ikut perang ia sudah di tempatkan di Jakarta. Ia terlihat segar ketika ditemui oleh merahputih.com di acara Veteran Republik Indonesia. Bahkan ia menyumbangkan suara emasnya.
Seharusnya Ditembak Mati
Walaupun ia sudah berusia 75 tahun, memori ingatannya sangat baik. Lagi-lagi ia semangat memberikan pengalamannya ketika itu. Di pulau yang berada di Samudera Pasifik itu, ia dan 49 rekannya seharusnya ditembak mati Belanda. Namun berkat perjuangan Presiden Soekarno, mereka akhirnya dikembalikan ke Indonesia.
"Soekarno berbicara di depan Perserikatan Banga-Bangsa, bahwa kami adalah warga Indonesia yang harus dibebaskan. Maka, kembalilah kami," ucapnya.
Ketika ditanya, bagaimanakah nasib veteran Indonesia. Jawabnya hanya simpel, “ya beginilah nasib 'kita', jarang diperhatikan.”
Veteran yang Terpilih Bertemu SBY
Setahun yang lalu, ia terpilih untuk berbicara dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan hari veteran. Ia memohon perbaikan kesejahteraan bagi legiun veteran. Keinginannya mendapat sambutan baik Presiden. SBY menandatangani Peraturan Presiden 67/2014 sebagai aturan pelaksana UU 15/2012 tentang Veteran RI.
"Kini setiap bulan saya akan dapat dana kehormatan Rp 1,4 juta, karena saya golongan c. Dulu saya cuma dapat 250 ribu per bulan," kata Luther. Memang sudah sepantasnya Negara memperhatikan para veteran pejuang-pejuang ini. Jangan sampai terlupakan jasa-jasanya waktu dahulu.
Bagikan
Berita Terkait
Harga Minyak Goreng Kemasan Tingkat Nasional Naik di Atas Rp 20 Ribu
