Liu Men, Pintu Gerbang Menjelajah Keberagaman Budaya Melaka


Hotel Liu Men menawarkan ketenangan dalam balutan budaya Peranakan. (foto: istimewa)
MENJELAJAH Malaysia enggak akan lengkap tanpa kunjungan ke Melaka. Tak seperti Kuala Lumpur yang sibuk, Melaka menawarkan ketenangan. Sebuah pelarian dari kesibukan kota. Di balik ketenangan yang ditawarkan, Melaka bak pelangi budaya yang berakar dari budaya peranakan.
Mengunjungi Melaka akan menjadi sebuah pengalaman budaya sekaligus penawar jiwa yang lelah. Lengkapi juga kunjungan kamu ke kota warisan dunia UNESCO ini dengan menginap di hotel cantik yang mengangkat budaya lokal, Liu Men.
1. Bangunan Kuno nan Cantik, seperti Gambaran di Novel Romantis

Hotel Liu Men berlokasi di Jalan Tokong. Di sana, bertahun-tahun sebelum perang berkecamuk di Melaka, enam rumah toko berdiri megah. Keenam rumah toko itu ditinggali enam keluarga dengan latar belakang budaya yang berbeda. Namun, sekitar 1939, mereka meninggalkan rumah tersebut.
Sebagai gantinya, sebuah keluarga baru datang merenovasi bangunan tersebut. Enam bangunan dijadikan satu untuk menampung keluarga tersebut. Kini, bangunan kuno tersebut tak lagi menjadi rumah bagi satu keluarga saja, tapi bertransformasi menjadi sebuah hotel butik nan cantik.
Liu Men, demikian nama hotel yang terletak di jalan kota dengan dihiasi pernak-pernik lokal ini. Ketika melihat hotel ini, kamu akan sepakat bahwa tampilan luar hotel dan sekitarnya tampak layaknya gambaran romantis di novel cinta.
2. Menghadirkan Harmonisasi Timur dan Barat

Nama Liu Men yang disematkan pada hotel di bawah manajeman Tauzia ini berarti enam pintu. Nama itu punya makna spesial. Dalam budaya Tionghoa, enam atau liu merupakan angka yang menguntungkan.
Dari namanya, jelas sekali bahwa hotel butik dengan 30 kamar ini membawa napas budaya Tionghoa. Liu Men Melaka seperti sebuah harmonisasi Timur dan Barat. Kemegahan dari 1930 terlihat jelad dari pengaruh seni dekorasi kolonial yang berpadu ciri khas budaya Timur. Warna merah jadi perwakilan budaya Timur yang diartikan kebahagiaan atau
keberuntungan di situasi kisruh yang menyenangkan. Warna itu juga mendominasi budaya Melaka yang dikenal dengan budaya Peranakan.
Budaya Peranakan menjadi napas di Melaka. Di Liu Men, budaya Peranakan ditampilkan dalam kamar-kamar mereka yang menawan. Ada sembilan jenis kamar yang ditawarkan. Setiap kamar punya cerita tersendiri, yakni Lekir, Kapitan, Jebat, Hang Tuah, Lekiu, Li Po, Mansor, Ceng Ho Suite, dan Parameswara Suite.
Menginap di Liu Men seperti melarikan diri ke taman yang tenang. Jauh dari kebisingan kota besar. Meskipun demikian, hotel ini menawarkan kenyamanan.
3. Jelajah Kota Melaka dari Liu Men

Sebagai kota warisan dunia UNESCO, Melaka enggak kehabisan daya tarik untuk dieksplorasi. Kota ini punya sejarah yang panjang. Di bawah jajahan pemerintah kolonial Inggris, Melaka berkembang menjadi kota pelabuhan yang ramai. Hal itu menjadi dasar kebangkitan komunitas kota di 1930-an.
Berbagai komunitas menetap di Melaka sejak itu. Komunitas Kristangs tinggal di permukiman Portugis. Di sana, memancing menjadi salah satu mata pencaharian. Ada juga komunitas India. Mereka merupakan keturunan para pedagang rempah dan tekstil. Kini, kamu masih bisa menjelajahi toko kain di sepanjang Jalan Bendahara. Jangan lewatkan juga mencicip rasa eksotis dari masakan autentik India Selatan, tentunya dengan rempah-rempah lokal Malaysia.
Para imigran Tiongkok datang sebagai pekerja yang tinggal di Jonker, Melaka. Toko Tionghoa Peranakan Baba dan Nyonya di Melaka merupakan bukti asimilasi gaya kolonial dengan budaya
Tionghoa dan Malaysia. Hal itu jelas terlihat dari pilar kolonial berwarna putih dan kayu
yang berwarna gelap. Keduanya sempurna berpadu dengan warna merah membara. Khas budaya Tionghoa.
Agar penjelajahan kamu di Melaka makin seru, Liu Men jadi pilihan unik hotel. Penginapan ini memiliki suasana yang khas sesuai dengan sejarah lokal yang menarik di sekitarnya. Liu men Melaka juga menonjolkan keunikan, keaslian, dan daya tarik Melaka.“Kami sungguh senang untuk menerima setiap tamu melalui keistimewaan dari keenam pintu dengan tangan terbuka seperti anggota keluarga semestinya,” ujar General Manager Liu Men Melaka Dadang Setiawan dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com.
Dadang menyebut Liu Men sebagai gerbang budaya Peranakan. Di sini tempat bagi kamu yang ingin mencari sesuatu yang membuat kamu hanyut dalam dunia warna, seni, dan budaya. "Tidak ada orang asing di Liu Men Melaka. Semua ialah bagian dari keluarga jauh yang harus diperlakukan dengan kebanggaan, kehangatan, dan diberikan jasa dengan bijak,” imbuh Dadang.
Siap bertualang di Melaka?(*)