Lingkar Barda "Si Buta" Mandrawata Sebelum Jadi Pengelana

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Rabu, 29 September 2021
Lingkar Barda

Barda dan Marni sedang berdua sebelum Mata Malikat merenggut segalanya. (Foto: Si Buta Gua Hantu, Bumilangit)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

HAMBALI bangkit melerai ketegangan. Saudara tertua di perguruan Elang Putih tersebut berusaha mencegah sang pewaris tunggal agar tak langsung berhadapan dengan Mata Malaikat. "Dengarlah Barda! Aku murid tertua ayahmu," tukas Hambali menera tugasnya saat mahaguru tak lagi di tempat berarti seluruh tanggungjawab berada di tangannya.

Baca juga:

Siapa Si Buta Dari Gua Hantu?

Barda kembali menyarungkan golok di pinggang. Tangan kanannya memegang gelas begitu kencang hingga hancur berkeping lantaran tak tahan memendam amarah saudara seperguruan juga calon istrinya, Marni Dewianti, beserta calon besannya, Gandra Lelayang tewas di tangan Mata Malaikat.

Keluarga dan orang tercintanya telah hilang. Bagi Barda, saudara seperguruan di Elang Putih telah menjadi keluarga. Mereka sehari-hari berlatih silat, berladang, makan, minum, sampai istirahat selalu bersama-sama di bawah asuhan Paksi Sakti Indrawatara, ayahnya. Seluruh anggota perguruan Elang Putih meski tidak sedarah telah menjadi keluarga bagi Barda. Begitu pula sebaliknya. Pun masyarakat Desa Eretan, Banten, merasa keberadaan Elang Putih menjadi pengayom sekaligus penjaga kelompok pengacau jawara lain.

si buta
Kebengisan Mata Malaikat. (Foto: Si Buta Gua Hantu, Bumilangit)

Sementara, Marni bagi Barda hanya satu-satunya sosok perempuan di hatinya bahkan telah sama-sama berjanji naik pelaminan begitu ayahnya, Paksi Sakti Indrawatara, pulang. Marni dan Barda, seturut cerita Si Buta Dari Gua Hantu, Volume 2, Rajamandala, garapan Bumilangit, sedari kecil merupakan teman sepermainan.

"Cerita Rajamandala memang dari sudut pandang Sapujagat," kata Goklas Teguh Sujiwo atau akrab disapa Oyasujiwo, Senior Editor, Bumilangit Comic, kepada Merahputih.com.

Baca juga:

Mengajak Barda 'Si Buta' Mandrawata Bicara Empat Mata

Di antara Marni dan Barda, malahan terselip Maung Lugai atau Sapujagat. Ketiganya teman sepermainan, mulai lempar bola sampai rumah-rumahan di Kampung Lembah Pangeran (Eretan, Banten, bila di cergam Ganes TH).

si buta
Paski Sakti Indrawatara menghentikan Barda menyerang langsung Mata Malaikat. (Foto: Si Buta Gua Hantu, Bumilangit)

Diam-diam Lugai ada rasa pada Marni. Namun, putri Gandra Lelayang tersebut sedari kecil lebih perhatian pada Barda bahkan sampai remaja hingga cukup umur sedia mengikat janji bersama. Meski begitu jalinan pertemanan tak berubah hingga Mata Malaikat merenggut semuanya.

Runtah atau Mata Malaikat tak saja merenggut semua lini kehidupan Barda, termasuk lingkarnya, mulai Marni, Gandra Lelayang, saudara seperguruannya, selanjutnya Hambali, lalu ayahnya, Paksi Sakti Indrawatara, kampungnya, juga-di dalam Volume 2 Sapujagat-merusak hubungannya dengan Lugai.

"Lihat Barda! Ini semua gara-gara kamu," gumam Lugai ketika mengobati Marni di bak besar menggunakan ramuan khusus sesaat setelah rebah di tangan Mata Malaikat. Lugai menganggap segala kesusahan termasuk derita Marni akibat Barda sebagai pendekar tak becus bekerja menghalau ancaman.

si buta
Si Buta Dari Gua Hantu. (Foto: Si Buta Gua Hantu, Bumilangit)

Meski pada akhirnya Barda menjelma menjadi Si Buta Dari Gua Hantu dan berhasil menuntut balas dendam terhadap Mata Malaikat, kehidupannya tak lagi normal seperti sedia kala. Ia memutuskan menjadi pengelana menumpas kebatilan. Temannya, hanya seekor monyet bernama Wanara atau Kliwon.

Wanara (Kliwon) mulai menjadi teman seperjalanannya setelah Barda menyelamatkan primata tersebut nyaris menjadi mangsa harimau. "Mungkin ia merasa senasib dengannya (Monyet)," kata narator pada cergam Ganes TH. Sejak itu, Wanara (Kliwon) selalu hinggap di bahu Badra menjadi teman setia berkelana. "Si Kliwon itu sebenarnya perpanjangan matanya Si Buta" kata Oyasujiwo. (Far)

Baca juga:

Rahasia Senjata Si Buta Dari Gua Hantu

#Si Buta Dari Gua Hantu #September Jagoan Tangguh Negeri Aing
Bagikan
Ditulis Oleh

Febrian Adi

part-time music enthusiast. full-time human.

Berita Terkait

Bagikan