Krisis Real Madrid: Mungkinkah Pemecatan Julen Lopetegui Jadi Solusi?


Pelatih Real Madrid Julen Lopetegui (Foto: Marca)
MerahPutih.Com - Real Madrid dan krisis bukanlah dua hal yang saling mendefinisikan. Real Madrid adalah klub besar dengan catatan prestasi mentereng plus pemegang rekor juara Liga Champions terbanyak di Eropa. Krisis? Kata itu paling dibenci para pendukung dan pemilik Real Madrid.
Siapa pun yang mencoba-coba mengindentikan Real Madrid dan krisis harus disingkirkan, begitu pakem 'hebat' yang selalu menjadi litani raksasa Spanyol tersebut.
"Real Madrid telah melalui lima laga tanpa kemenangan di seluruh kompetisi (empat kali kalah, sekali imbang). Hanya sekali mencetak gol dan kebobolan tujuh kali. Melalui 481 menit tanpa mencetak gol."
Statistik itu dikeluarkan oleh Squawka di akun Twitter mereka pasca Real Madrid, secara mengejutkan, kalah dari tim yang berada di papan tengah klasemen LaLiga, Levante, dengan skor 1-2 di Santiago Bernabeu. Ya, di Santiago Bernabeu.

Parahnya lagi, Levante unggul cepat 2-0 kala laga belum genap memasuki menit 20 melalui gol Jose Luis Morales Nogales dan penalti Roger Marti, yang hanya dapat diperkecil via gol Marcelo (72'), yang notabene berposisi sebagai bek kiri. Pertanyaan muncul? Ke mana pemain-pemain ofensif Madrid?
Sekedar catatan, Julen Lopetegui memainkan Mariano Diaz, Marco Asensio, Lucas Vazquez, Luka Modric, Isco, Karim Benzema, Gareth Bale, dan Dani Ceballos di pertandingan tersebut. Di antara mereka, dengan statistik penguasaan bola 71 persen dan melepaskan 34 tendangan (12 tepat sasaran), tidak ada satupun yang berbuah gol - kecuali gol Marcelo.
Melihat keterpurukan El Real yang melanjutkan rentetan hasil minor sebelumnya, sudah sepantasnya label krisis diberikan kepada tim peraih 13 titel Liga Champions itu. Masalahnya pun jauh lebih kompleks dan rumit dari sekedar menyalahkan Lopetegui semata.
Mudah saja memang menyudutkan pelatih ketika segalanya tidak berjalan baik. Contoh sederhananya bisa dilihat dari perbandingan publik dan media yang cepat beredar akan nasib Lopetegui, yang diprediksi sama seperti Rafael Benitez di musim 2015-16: dipecat sebelum musim berakhir.
"Apa yang terjadi dengan Rafael Benitez sekarang jadi kasus bagi Julen Lopetegui dan kesempatannya ada di Estadio Santiago Bernabeu hingga akhir musim tidak besar," begitu tulis Marca.
Masalah memilih taktik dan pemain memang menjadi urusan serta tanggung jawab pelatih. Namun, apakah Lopetegui bisa memprediksi hasil akhir laga? Tentu tidak. Patut diingat, akar permasalahan Madrid sedianya sudah bisa dilihat sejak awal musim ini.

Problematika Real Madrid Bukan Hanya Pelatih
Empat faktor masalah Madrid jika dirangkum, tanpa menyalahkan Lopetegui, adalah: bursa transfer musim panas yang buruk, kegagalan mendapatkan pengganti Cristiano Ronaldo, proses adaptasi tanpa Zinedine Zidane, dan minimnya penyegaran skuat.
Semua itu ada benang merahnya. Bursa transfer Madrid terbilang buruk karena mereka yang datang ke Bernabeu (tanpa mengurangi rasa hormat), bukanlah tipikal pemain yang dapat jadi pembeda dalam sebuah pertandingan, atau juga pemain-pemain yang dapat mengangkat kualitas dari tim yang sudah kuat.
Satu kesalahan terbesar mereka adalah tidak mendatangkan Cristiano Ronaldo. Ingat, Ronaldo acapkali jadi penyelamat mereka dengan kemampuannya sebagai pencetak gol ulung. Jikalaupun tidak dapat mesin pendulang gol, Madrid setidaknya dapat pemain dengan level bermain mendekati Ronaldo seperti Eden Hazard - sayang ini tidak terjadi.
Belum selesai dua masalah itu, publik juga seharusnya mengingat, tidak mudah bagi pelatih baru untuk langsung memberikan sentuhannya di musim pertama melatih tim. Apalagi, Lopetegui datang dengan bayang-bayang kesuksesan satu titel LaLiga dan tiga raihan titel Liga Champions beruntun di era Zidane.

Keberanian Lopetegui untuk mengambil pekerjaan itu saja sudah cukup baik. Selain itu, faktor lainnya adalah minimnya penyegaran dalam skuat Madrid. Skuat terkini memang sudah saling mengenal permainan satu sama lain. Begitu juga tim-tim lawan yang sudah memahami persis permainan mereka.
Sementara Madrid masih tetap mengandalkan muka-muka lama seperti Modric, Toni Kroos, Benzema, Bale, yang permainannya sudah diketahui lawan. Itulah kenapa tidak ada unsur kejutan yang diberikan kepadan lawan.
Vinicius Junior bisa dijadikan opsi untuk memberikan unsur kejutan tersebut: tidak banyak yang tahu permainannya dan sangat bersemangat untuk unjuk gigi di Eropa.
Jadi, sekali lagi, apakah memecat Lopetegui jadi solusi terbaik? Menyelesaikan segala masalah? Belum tentu. Paling tidak, Lopetegui harus dievaluasi sampai El Clasico melawan Barcelona pada Minggu, 28 Oktober 2018 pukul 22.15 WIB.(bolaskor.com)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Hoaks, Ramalan Gempa Surabaya-Madura yang Beredar di Media Sosial
Bagikan
Berita Terkait
Gareth Bale Umumkan Kembali ke Sepak Bola, Main Bareng Para Legenda!

Diminati Real Madrid, Ibrahim Konate Sebut Kylian Mbappe Telepon Setiap 2 Jam

Lirik 'Cibeles', Lagu Debut Sergio Ramos Angkat Kisah Perpisahannya dengan Real Madrid

Bikin Drama Lagi, Real Madrid Pertanyakan Keputusan Wasit saat Lawan Mallorca

Real Madrid Jumpa Liverpool, Trent Alexander-Arnold Bakal Dapat 'Sambutan Dingin' di Anfield

Hasil Undian Fase Liga Ajang Liga Champions: Real Madrid Akan Hadapi Manchester City dan Liverpool

Real Madrid Pantau Situasi Kobbie Mainoo, Manchester United Mungkin Bakal Menyesal!

Vinicius Junior Tunda Perpanjang Kontrak dengan Real Madrid, Masih Minta Digaji Rp 567 Miliar per Musim

Masa Depan Makin Suram, Konflik Vinicius Junior dan Real Madrid Belum Temui Titik Terang

Ibrahim Konate Mau Perpanjang Kontrak di Liverpool, tapi Minta Gaji Rp 4,3 Miliar per Minggu
