Meski Badannya "Pating Nggreges", Sukarno Tetap Membacakan Proklamasi!


Ir. Soekarno (Bung Karno) didampingi Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) sedang memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi di Pegangsaan Timur 56, Jaka
SUKARNO meninggalkan kediaman Maeda pagi buta pada 17 Agustus 1945 bersama Hatta. "Saya pamitan dan ucapkan terima kasih kepada tuan rumah, saya pulang dengan menggonceng bersama Bung Karno," tulis Hatta dalam Sekitar Proklamasi (1981).
Setiba di rumahnya jalan Pegangsaan Timur 56, Sukarno tak langsung tidur. Ia menyampaikan kabar gembira kemerdekaan kepada sang istri tercinta, Fatmawati. Setelah itu ia sibuk modar mandir masuk keluar kamar.
"Barulah sekitar pukul 06:00 pagi Sukarno berbaring dan berusaha untuk memejamkan mata," kata Fatmawati dalam aoutobiografinya bertajuk Fatmawati Soekarno, Ibu Negara.
Hari baik, bulan baik, namun kondisi kesehatan Bung Karno justru memburuk. Ia pun tidur berkawan panas badannya nan tinggi.
Waktu beranjak, Dokter Suharto (dokter pribadi Bung Karno) seperti biasa pada pagi hari datang mengunjungi rumah Bung Karno. Keadaan rumah Sukarno tak dilihatnya seperti biasa, halaman rumahnya dipenuhi orang-orang.

Saat akan bergegas ke kamar Sukarno, Suharto mendadak berpapasan dengan dr. Muwardi. “Ada tidur semua. Semuanya beres," ujar Muwardi.
Dokter Suharto saat itu tidak tahu rangkaian lika-liku perancangan dan pelaksanaan proklamasi. Sang Dokter hanya beroleh informasi Bung Karno baru saja pulang dari kediaman Laksamana Maeda.
Sekira pukul 08.00 WIB, Dokter Suharto memberanikan diri masuk kamar Bung Karno. Melakukan pemeriksaan rutin. Sukarno langsung terbangun.
"Pating Greges," kata Bung Karno setelah membuka mata.
Dokter Suharto lantas memeriksa suhu tubuh Si Bung. Panas tubuhnya begitu tinggi. Sang Dokter kemudian memberi suntikan chinine-urethan intramusculair, kemudian mempersilahkan minum sapu-chinin.
Keterangan tentang kondisi Bung Karno baru didapat Suharto dari Fatmawati. Bu Fat meminta saran kepada Suharto apakah membiarkan suaminya dibiarkan tidur hingga panas tubuhnya reda atau tetap membangunkannya untuk melaksanakan proklamasi.
"Baik Mas, saya sendiri sebetulnya juga capek dari setelah Rengasdengklok dan pembuatan bendera yang akan dikibarkan hari ini," kata Fatma.
Dokter Suharto kemudian kembali ke kamar Bung Karno dan terus menungguinya. Kira-kira pukul 09.30 Bung Karno bangun dan badannya sudah tidak panas lagi. Dokter Suharto kemudian mengatakan kepada Bung Karno bahwa saat itu sudah jam setengah sepuluh.
"Sudah jam setengah sepuluh, mas," kata dokter Suharto. Bung Karno segera turun dari tempat tidurnya. (*)