Sepak Bola

Kisah Tragis Nii Lamptey, Si Pele yang Gagal

Andika PratamaAndika Pratama - Kamis, 18 Oktober 2018
Kisah Tragis Nii Lamptey, Si Pele yang Gagal

Nii Odartey Lamptey. Foto: These Football Times

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Sosok Edson Arantes do Nascimento atau lebih dikenal sebagai Pele merupakan legenda hidup sepak bola Brasil. Banyak pesepakbola muda yang dianggap jelmaan sang peraih tiga trofi Piala Dunia ini.

Salah satunya adalah Nii Odartey Lamptey. Pemuda asal Ghana tersebut pernah disebut-sebut sebagai "penerus alamiahnya". Bakat Lamptey sudah terendus saat di Piala Dunia U-17 pada tahun 1991 di Italia.

Saat itu, Lamptey mampu meraih semua gelar di turnamen kategori umu dengan mengalahkan nama-nama besar seperti Alessandro Del Piero, Juan Sebastián Verón, Demetrio Albertini, dan Josep Guardiola yang ikut bermain di ajang tersebut.

Nii Lemptey

Melihat penampilan Lamptey yang fenomenal membuat dirinya mendapatkan perhatian dari klub-klub Eropa. Namun, Asosiasi sepak bola Ghana (GFA) tidak diizinkan untuk bermain di luar negeri. Bahkan, paspor milik Lamptey disita.

Karena tekadnya sudah bulat untuk berkarier di benua biru, Lamptey nekat pergi ke Nigeria dengan menumpang sebuah mobil. Sesampainya di Nigeria, ia bertemu dengan Stephen Keshi yang merupakan kapten timnas Nigeria.

Berkat Keshi, Lamptey bertolak ke Belgia dengan memakai paspor palsu. Tiba di Brussels, Lamptey langsung mendapatkan kontrak dari RSC Anderlecht.

Kedatangan Lamptey menjadi catatan bagi sepak bola Belgia, di mana untuk pertama kalinya klub diperbolehkan mengontrak pemain di bawah umur 16 tahun. Ketika itu, ia masih berumur 15 tahun.

Berada ditangan pelatih Aad de Mos, Lamptey mencetak sembilan gol dari 30 kali penampilannya. Kemudian, Lamptey pindah ke PSV Eindhoven. Ia sukses mengoleksi 10 gol dari 22 pertandingan dan menjadi pencetak gol terbanyak bagi klub tersebut.

Karier Meredup

Nii Lamptey. Foto: Goal

Setelah tampil bagus di Belanda, Lamptey kerap dilirik sejumlah klub. Pilihan Lamptey jatuh ke Aston Villa. Sayangnya, karier pemain yang lahir di Tema ini meredup. Bukan karena cedera melainkan akibat ulah sang agen bernama Antonio Caliendo.

Pria asal Italia itu disebut sebagai agen yang rakus dan hanya mengambil keuntungan dari Lamptey. Caliendo mencari klub yang mau membeli kliennya dengan harga tinggi dengan harapan mendapatkan 25 % dari nilai transfer.

Keegoisan agennya tidak terlepas dari ketidaktahuan, ketidakmengertian Lamptey memahami isi kontrak. Sebab, Lamptey tidak mengencam pendidikan yang baik saat masih berada di Ghana.

Selain itu, karier Lamptey juga naik turun bersama Aston Villa. Ia hanya mampu mencetak tiga gol sepanjang musim. Belum lagi, pelatih yang membawa ke Premier League Ron Atkinson dipecat.

Lamptey mengikuti Ron Atkinson ke Coventry City. Tetapi, lagi-lagi ia gagal bersinar. Lamptey hanya bermain enam kali dan mencetak dua gol. Ron Atkinson dipecat Coventry dan dicap gagal.

Usai berkarier di Coventry, Lamptey hijrah ke Italia dan bergabung dengan Venezia. Lalu, ia pindah ke Argentina dengan memperkuat Boca Juniors dan berharap tuah dari Diego Maradona.

Namun, aturan pemain yang rumit membuat dirinya dipinjamkan ke Union de Santa Fe. Saat kariernya membaik, ia harus kehilangan anaknya Diego karena penyakit langka. Lamptey tidak diizinkan menguburkan jenazah anaknya di Ghana.

Tak ingin berduka lebih lama, Lamptey memutuskan hengkang ke Turki untuk bergabung bersama Ankaragucu. Tak lama, ia menyebrang ke Portugal dengan bermain di Uniao de Leira di sepanjang 1998-1999.

Nii Lamptey

Setelah berpisah dengan Caliendo, Lamptey mendapatkan agen baru yang membawa ke Greuther Fürth yang berkompetisi di Bundesliga 2. Nahas, di Jerman, ia dan keluargnya mendapatkan perlakuan rasisme. Lamptey juga kembali berduka setelah meninggalnya anak keduanya.

Merasa kariernya tak membaik, Lamptey terbang jauh ke Asia Timur untuk bergabung dengan klub Cina Shandong Luneng Thai Shan pada tahun 2001-2002. Di sinilah ia kembali merasakan asyiknya bermain sepak bola karena fans sangat mencintainya.

Setahun kemudian, Lamptey pindah ke Al-Nassr Arab Saudi. Kemudian, Lamptey memutuskan pulang kampung ke Ghana dengan bermain di Asante Kotoko. Sebelum pensiun, Lamptey berkarier di Afrika Selatan bersama Jomo Cosmos.

Sepanjang kariernya, Lamptey sudah bermain di 13 klub berbeda dalam 16 tahun. (*/These Football Times)

#Pele #Nii Odartey Lamptey
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Berita Terkait

Fun
Pele dan Karya Musiknya
Selain sepakbola, hal lain yang disukai Pele adalah musik.
Febrian Adi - Sabtu, 31 Desember 2022
Pele dan Karya Musiknya
Olahraga
Cerita Pele Kunjungi Indonesia, Lebih Mengesankan di Luar Lapangan
Keterampilannya mengolah si 'kulit bundar' dianggap jauh dari 'spektakuler'.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 31 Desember 2022
Cerita Pele Kunjungi Indonesia, Lebih Mengesankan di Luar Lapangan
Olahraga
Momen Pele Pertama Kali Mencuri Perhatian Dunia
Legenda sepak bola dunia Pele menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Albert Einstein, Sao Paulo, Jumat (30/12) dini hari WIB.
Zulfikar Sy - Sabtu, 31 Desember 2022
Momen Pele Pertama Kali Mencuri Perhatian Dunia
Olahraga
IOC Mengenang Pele, Dunia Kehilangan Ikon Olahraga yang Hebat
"Dengan meninggalnya Pele, dunia telah kehilangan ikon olahraga yang hebat," tulis Presiden IOC, Thomas Bach di akun Twitternya.
Andika Pratama - Jumat, 30 Desember 2022
IOC Mengenang Pele, Dunia Kehilangan Ikon Olahraga yang Hebat
Olahraga
Kisah Hidup Legenda Sepakbola Pele, Dari Jelata Jadi Raja Sepakbola
Orangtuanya bahkan tak bisa membelikan bola sepak dan sepatu untuknya.
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 30 Desember 2022
Kisah Hidup Legenda Sepakbola Pele, Dari Jelata Jadi Raja Sepakbola
Olahraga
Pele Meninggal Dunia
Pele beberapa bulan terakhir menjalani kemoterapi untuk tindak lanjut setelah operasi pengangkatan tumor ususnya pada September 2021.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 30 Desember 2022
Pele Meninggal Dunia
Olahraga
Tanggapi Tragedi Kanjuruhan, Pele: Olahraga Seharusnya Menjadi Wujud Cinta
“Kekerasan tak punya tempat dalam olahraga. Tidak ada kekecewaan dari kekalahan yang dapat membenarkan kita kehilangan cinta kasih kepada sesama manusia. Olahraga seharusnya menjadi wujud cinta," sambung Pele.
Andika Pratama - Rabu, 05 Oktober 2022
Tanggapi Tragedi Kanjuruhan, Pele: Olahraga Seharusnya Menjadi Wujud Cinta
Bagikan