Kisah Mbah Cemplung, dari Semanggi Mendirikan Usaha Ayam Goreng

Ana Amalia - Minggu, 20 November 2016

Kisah Mbah Cemplung, dari Semanggi Mendirikan Usaha Ayam Goreng

Ayam Goreng Jawa Mbah Cemplung/MP/Fredywansyah

Ukuran text:

Dengarkan Berita:

MerahPutih Kuliner - Ayam goreng Mbah Cemplung dikenal sebagai kuliner ayam goreng primadona di Bantul. Tak sedikit para pengunjung rela datang jauh-jauh dari luar Bantul, luar Yogyakarta, hingga luar Pulah Jawa mengunjungi Bantul demi menikmati ayam goreng khas ini.

Peracik kuliner ini ternyata datang dari seorang nenek yang hidup sebatang kara. Awalnya bermula dari Mbah Cemplung keluar dari desanya, Desa Cemplung, untuk mencari nafkah. Ia pergi ke daerah Kasongan, Bantul. Di situlah Mbah Cemplung mulai menjadi pedagang.

"Di sini kan ada pemandian orang ziarah. Zaman dulu kan rame itu. Terus si mbah itu jualan di situ. Jualannya cuma minuman gitu, peyek, terus ada menu ayam juga," papar Sadiyo, pemilik Warung Ayam Goreng Jawa Mbah Cemplung,msaat berbincang dengan merahputih.com, Jumat (18/11) sore, di Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta.

Waktu itu Mbah Cemplung terkenal di lingkungan sekitar tempat berdagangnya. Ia dikenal karena kegigihannya berdagang meski telah berusia 70-an. Di tahun 70-an, Mbah Cemplung pun mulai membuka warung berupa gubuk nan sederhana.

Di sanalah ia memulai jualan ayam goreng Jawa. Namun, Mbah Cemplung mulai tak mampu berdagang lagi. Usahanya kemudian diteruskan Sadiyo, keluarga dari Mbah Cemplung. Namun, Sadiyo bukanlah pewaris usaha, melainkan membuka usaha serupa dengan meneruskan resep ayam goreng Mbah Cemplung.

"Di sini baru buka tahun 2001. Terus sekitar tahun 2005 Mbah Cemplung gak ada. Terus itu benar-benar diteruskan sama kami. Kami meneruskan bumbu yang dibuat si Mbah aja," ujarnya. (fre)