Kisah Heroik Pilot Perempuan Pertama Indonesia di Atas Langit Sabah

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Senin, 09 April 2018
Kisah Heroik Pilot Perempuan Pertama Indonesia di Atas Langit Sabah

Ukuran:
14
Audio:

TUBUHNYA mungil hanya 151 sentimeter. Wajahnya cantik berparas manis dengan kulit putih bersih. Namun bicara soal nyali, pilot perempuan itu tak kalah dalam mengarungi bahaya menjalan misi tempur bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Itulah sosok Letnan Satu Lulu Lugiyati (23) yang tercatat sebagai dua perempuan pilot pertama TNI AU bersama Lettu Herdini Suryanto (26) saat menjalankan misi propaganda menentang pembentukan Malaysia pada 1964 silam.

Kala itu, langit gelap pekat di atas Jesselton, kini kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Lulu dan Herdini menggunakan pesawat C-130 Hercules Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara terbang malam dan menjatuhkan ribuan selebaran. Dalam misi rahasia itu, kedua perempuan berseragam penerbang menebar selebaran di atas wilayah koloni Inggris yang kelak menjadi Negara Bagian Sabah, Malaysia.

Pilot dan dunia penerbangan selama ini dianggap sebagai dunia laki-laki. Sejarah membuktikan, para srikandi Indonesia mampu mematahkan mitos itu salah adanya. Misi yang diemban Lulu dan Herdini saat berbahaya karena harus terbang melintasi wilayah negara asing. Bahkan, saking rahasia misi milter ini sampai tidak memiliki nama resmi saat dirancang.

Nama misipun baru ditentukan ketika keduanya hendak lepas landas dari wilayah NKRI. Lulu sempat mengisahkan betapa uniknya hingga akhirnya misi itu diberi nama sesuai namanya sendiri.

"Saya diajak Pak Leo Wattimena. Ada penerbang dan kopilot. Saya menjadi kru tambahan dalam operasi tersebut. Seusai operasi, saya membuat laporan dan bertanya kepada Pak Leo Wattimena, 'Apa sandi operasinya?' Dijawab, 'Kasih nama kamu.' Jadilah operasi itu disebut Operasi Lulu," kata Lulu Lugiyati sambil terkekeh mengenang peristiwa 52 tahun silam, dilansir dari nationalgeographic.co.id.

Lulu dan Herdini adalah dua dari 30 anggota Wanita Angkatan Udara (Wara) TNI AU angkatan pertama yang diterima tahun 1963. Mereka juga perempuan pilot pertama Indonesia sejak merdeka tahun 1945. "Kalau bukan angkatan pertama, belum tentu saya berminat," kenang Lulu, yang lahir di Kuningan, Jawa Barat, 25 November 1941, serta sempat menjadi mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung itu.

Jejak Sang Penerus di Helikopter Militer

Kiprah Lulu dan Herdini menjadi pilot pesawat tempur perempuan Indonesia juga berlanjut hingga sekarang diteruskan sosok Kapten Penerbang Fariana Dewi Djakaria Putri. Dia adalah perempuan pertama yang menjadi penerbang helikopter di TNI AU.

Lahir pada 1 April 1982, putri dari Lilies Yenny Haryani dan Doko Djakaria Koerdi itu semasa kecil tak pernah membayangkan dirinya akan menjadi seorang penerbang. Sebaliknya, seperti keinginan banyak orang, Ana, sapaan akrabnya sedari kecil, malah berniat menjadi dokter, pramugari ataupun polwan.

Kapten Penerbang Fariana Dewi Djakaria Putri. (kaskus)

Siswi lulusan SMA 8 Bandung ini sempat tercatat sebagai mahasiswi jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung (Unpad). Namun, Ana memutuskan berhenti kuliah 2 tahun kemudian dan 'berbelok' ke dunia militer.

Karier gemilang Ana dimulai pada tahun 2003, saat dilantik menjadi Wanita Angkatan Udara (Wara TNI-AU). Ana ditarik ke bagian staf keuangan Markas Komando Pasukan Khas (Makopaskhas) selama dua tahun. Tak berlama-lama ditempat itu, selanjutnya dia mengikuti tes seleksi penerbang. Dari 14 Wara, hanya Ana dan Sekti Ambarwaty yang lolos.

Berdasarkan hasil tes, keinginan dan potensi dan bakat Ana lebih condong pada helikopter dibandingkan Fix Wing, pesawat biasa. Padahal. untuk menjadi penerbang helikopter tidaklah mudah karena sistem dan caranya berbeda dibanding menerbangkan pesawat biasa. Lantas kenapa Ana memilih menjadi penerbang helikopter?

"Kalo perempuan yang menjadi penerbang pesawat sudah biasa. Semua senior perempuan di AU semuanya penerbang Fix Wing. Penerbang helikopter belum pernah ada. Saya tertantang untuk mencoba apa yang orang lain belum pernah coba," papar gadis yang bertugas di Pangkalan TNI AU Pekanbaru selama satu bulan ini.

Meski memiliki jiwa kompetitif tinggi, Ana mengaku hingga kini masih sulit melepas stigma pilot pesawat tempur adalah dunia laki-laki. "Risiko, menyikapi di dunia pria. Masuk ke militer itu dunia cowok, kaum lelaki. dan perempuan jadi minoritas di situ," kata dia. dikutip dari liputan6.com.

"Saya ini hidup di dunia laki-laki. Militer identik dengan laki-laki. Dan saya harus berjuang untuk membuktikan diri saya," imbuh dara berwajah manis itu menegaskan sikap pantang menyerahnya.

Perempuan Pencetak Rekor

Tak hanya di dunia militer, perempuan Indonesia mampu membuktikan diri sebagai pilot yang tangguh tidak kalah dengan kaum pria di dunia penerbangan komersial. Sosok Ida Fiqriah merupakan Kapten Pilot perempuan pertama di Garuda Indonesia pada pesawat tipe Boeing B737-800 NG (narrow body aircraft) setelah berhasil mencapai 10.585 jam terbang.

Penyematan “Bar Captain” rpenyematan “Bar Captain” rating Boeing B737-800 NG kepada Ida Fiqriah dilakukan sendiri oleh Direktur Operasi Garuda Indonesia, Capt. Novianto Herupratomosendiri oleh Direktur Operasi Garuda Indonesia, Capt. Novianto Herupratomo (Garuda Indonesia)

Keberhasilan Ida itu resmi dikukuhkan pada Maret tahun lalu langsung oleh Direktur Operasi Garuda Indonesia, Capt. Novianto Herupratomo. “Bukanlah suatu yang kebetulan jika pengukuhan ini bertepatan dengan akan diperingatinya Hari Kartini di seluruh Indonesia," kata Novianto, saat menyematkan “Bar Captain” rating Boeing B737-800 NG kepada Ida Fiqriah, dilansir dari laman garudaindonesia.com.

Perempuan berusia 42 tahun ini mengawali karirnya sebagai penerbang sejak masih menempuh studi di PLP Curug, kini menjadi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) yang terletak di Tangerang, Banten.

Sosok Ida Fiqriah merupakan Kapten Pilot perempuan pertama di Garuda Indonesia pada pesawat tipe Boeing B737-800 NG (narrow body aircraft) setelah berhasil mencapai 10.585 jam terbang. (Garuda Indonesia)

Pada tahun 2008, setelah lulus di PLP Curug, Ida mencoba melamar sebagai penerbang di Garuda Indonesia. Karirnya di maspakai yang tergabung dalam sky team tersebut dimulai sejak tahun 1999 sebagai FO (First Officer atau Co-pilot).

Saat itu pesawat pertama yang diterbangkan di Garuda mulai dari Boeing B737-300/400/500, dan wide body Airbus A330-300/200. Kini Ida sudah menjalani karier sebagai pilot di Garuda Indonesia selama 18 tahun lebih.

Kesuksesan Ida sebagai pilot perempuan pertama Garuda telah membuka jalan bagi kaum hawa lainnya berkarier sebagai kusir kuda besi terbang di angkasa. Tercatat hingga saat ini telah ada 30 pilot perempuan yang berkarya di Garuda Indonesia.

#Pilot Perempuan #Pilot Cantik
Bagikan
Ditulis Oleh

Wisnu Cipto

Berita Terkait

Bagikan