Kisah Getir Orang Tersisihkan Dalam Lagu Depok Ik Hou van Jou


Wenri Wanhar budayawan Depok yang mengamati perkembangan Duabelas Marga Depok (Foto: MP/Noer Ardiansyah)
MerahPutih Budaya - Lagu Depok Ik Hou van Jou, selain memiliki nilai historis bagi masyarakat keturunan Duabelas Marga Kota Depok, pun untaian kata demi kata mengisyaratkan kegetiran yang mendalam.
Hal tersebut dikatakan oleh pemerhati sejarah dan budaya Sulaiman Harahap saat merahputih.com temui di Universitas Indonesia, Depok.
"Meski kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya, Aku Cinta Kamu. Namun, lagu tersebut penuh dengan kegetiran. Masygul," kata Sulaiman di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok, Rabu (11/5).
Adapun rangkaian lirik tersebut adalah, Ada kisah Sinyo dan Noni Depok yang terbuang jauh di tanah orang. Kami ini anak Indonesia. Jangan kira kami ini siapa. Biar Holland spreeken maar ik m'layu tulen. Bacas, Laurens, Jonathans, Samuel, Soedira, Leander, Tholense, Loen, Isakh, Jacob, dan Joseph, nama-nama moyang kami di sana. Di Depok tanah tumpah darahku. Depok yang indah, yang ike cinta. Biar kau jauh di mata tapi dekat di hati. Depok yang indah, kota kenangan. Ik hou van jou, ik hou van jou sampai mati. Sampai kini ku selalu terbayang kenangan yang manis di kota itu. Bersama mami, papi, saudara menikmati lekker dodolmu. Oh Depok, selalu kurindu.
Mengenai nilai historis, sejarawan Kota Depok Wenri Wanhar pun mengatakan bahwa lagu tersebut mulai menggema pasca-Gedoran Depok pada 11 Oktober 1945.
Wenri menjelaskan, saat pergolakan itu terjadi, masyarakat Depok yang merupakan keturunan dari Duabelas Marga (sekarang tersisa 11; Bacas, Laurens, Jonathans, Samuel, Soedira, Leander, Tholense, Loen, Isakh, Jacob, dan Joseph) diberikan pilihan oleh pemerintah Belanda. "Pilihannya, kalau mau tinggal di Belanda, mereka (keturunan Duabelas Marga) akan diberikan hak istimewa. Setara dengan rakyat Belanda," jelas Wenri di tempat berbeda.
Berikut cuplikan lagu Depok Ik Hou van Jou:
Dari situlah, tambah Wenri, mereka yang memilih tinggal di sana menciptakan lagu sedemikian dalam karena rindu kampung halaman. "Ya, sangat getir memang. Perang itu (Gedoran Depok) merupakan perang saudara," pungkasnya. (Ard)
BACA JUGA: