Kisah Gelar 'Sir' untuk Azyumardi Azra


Azyumardi Azra, Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sekaligus Ketua Dewan Pers, menuju peristirahatan terakhirnya di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. (Foto: YouTube/MetroTV)
PETI mati itu berselimutkan bendera merah putih. Enam orang tentara mengusungnya. Mereka berjalan serentak diiringi tetabuhan drum dari seorang tentara di depannya. Dua tentara memberikan tembakan salvo ketika peti mati itu melewati mereka.
Azyumardi Azra, Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sekaligus Ketua Dewan Pers, menuju peristirahatan terakhirnya di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta (20/9/22). Ratusan pelayat tampak hadir. Tokoh-tokoh terkenal dari bidang politik, kampus, sampai pejabat negara.
Azyumardi Azra kesohor sebagai cendekiawan yang menggali sejarah dan peradaban gemilang Islam di Nusantara. Bukunya, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII&XVIII : Akar Pembaruan Islam di Indonesia, telah menjadi rujukan banyak peneliti dan penulis.
Melalui buku tersebut, Azra dianggap telah memberikan contoh "sejarah terbentuknya moderasi dan inklusivitas Islam di Indonesia." Demikian menurut Prof M. Bambang Pranowo, Guru Besar UIN Jakarta, dalam "Sir Azra dan Islam Indonesia" termuat di newsokezone.com.
Baca juga:
Beda Sehari, Sir Pertama Asal Indonesia 'Susul' Ratu Inggris ke Peristirahatan Terakhir

Bambang menyebut, model Islam seperti itu dikagumi oleh Ratu Elizabeth II. Selama ini, dunia Barat hanya melihat Islam sebagai sesuatu yang berkembang di Timur Tengah. Melalui karya Azra, mata dunia Barat menjadi terbuka. Bahwa ada model Islam yang unik dan khas berkembang di belahan bumi lain.
"Bahwa rujukan Islam itu tidak hanya ada di Timur Tengah dan Asia Selatan, tapi juga Indonesia yang merupakan negeri Muslim terbesar di dunia," lanjut Bambang Pranowo.
Azra tak hanya menjadi cendekia yang bergiat di belakang meja kerja, dia juga turun langsung mempromosikan nilai-nilai Islam yang toleran, damai, dan terbuka. Dia juga menjelaskan ke orang-orang di negeri Barat bagaimana Indonesia menempatkan Islam di kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Kita memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia, tetapi kita tidak membentuk negara berdasarkan agama. Namun, agama dan ketuhanan mendapatkan tempat utama," ungkap Azra seperti dikutip Bambang Pranowo.
Sepak terjang Azra dalam dunia cendekia keislaman telah menarik minat Ratu Elizabeth II. Ratu mengagumi penjabaran Azra tentang Islam di Nusantara. Inilah yang membuat Ratu menganugerahkan gelar 'Sir' atau Commander of the Order of British Empire (CBE) kepada Azra.
Gelar 'Sir' dibuat oleh Raja George V sebagai penghargaan selama Perang Dunia Pertama (1914-1919). Gelar ini bertujuan menghargai jasa para warga sipil di rumah. Gelar ini terdiri atas tiga tingkatan, dari paling tinggi ke paling rendah : Commander (CBE), Officer (OBE), dan Member (MBE).
Azra adalah penerima gelar pertama CBE dari negara-negara di luar Persemakmuran (Commonwealth Nations). Dia menerimanya pada Oktober 2010 di kediaman Martin Haltfull, Duta Besar Inggris untuk Indonesia.
Baca juga:
Royal Vault, Ruang Pemakaman Anggota Kerajaan Inggris

Dengan gelar tersebut, Azra memperoleh hak-hak istimewa seperti bolak-balik ke Inggris tanpa visa dan berhak dimakamkan di Inggris bila mau. Ketika gelar tersebut diberikan, Azra telah aktif dalam organisasi kerja sama bilateral, UK-Indonesia Islamic Advisory Group.
Gelar CBE Azra lebih tinggi daripada gelar yang diterima oleh pemain sepakbola David Beckham (OBE), yang juga dikagumi oleh Azra. "Setiap tahunnya, Yang Mulia Ratu Elizabeth II memberikan penghargaan kehormatan kepada semua orang dari berbagai latar belakang di seluruh dunia yang telah memberikan perubahan berarti bagi komunitas mereka," kata Martin Haltfull, seperti dikutip antaranews.com.
Haltfull melanjutkan, gelar itu merupakan sesuatu yang tidak biasa dan langka. Dia berpendapat kontribusi Azra sebagai sesuatu yang penting bukan hanya bagi hubungan Indonesia dan Inggris, tetapi juga masyarakat internasional.
Azra juga dinilai telah berkontribusi untuk mengikis kesalahpahaman Barat terhadap Islam yang dianggap ekstrim. Dia mengaku tersanjung dengan penghargaan tersebut.
"Bagi saya penghargaan ini sangat tinggi, apalagi merupakan yang pertama kali di Indonesia," kata Azra kepada wartawan, seperti dikutip antaranews.com.
Bagi Azra, penghargaan itu bukan hanya pengakuan untuk kontribusi dirinya, tetapi juga pengakuan terhadap peran umat Islam di Indonesia dalam membangun hubungan antar agama dan budaya yang lebih baik.
Tapi pemberian gelar tersebut tak lantas berarti tugas-tugas membangun jembatan itu telah selesai. Azra melihat justru masih banyak tugas lain belum selesai.
Arkian Azra mencurahkan waktu dan pikirannya untuk menyebarkan pemahaman Islam dan hubungan antar agama yang lebih baik melalui jalan intelektual hingga akhir hayatnya.
Azra wafat pada 18 September 2022. Dia meninggalkan warisan kecendekiaan yang melimpah untuk generasi sekarang dan masa depan. Tak mengherankan bila dia dimakamkan di TMP Kalibata pada 20 September 2022. Sehari setelah Ratu Elizabeth II, pemberi gelar 'Sir' untuknya, dimakamkan di Permakaman Royal Vault Inggris. (dru)
Baca juga:
Alunan Bagpipe untuk Menutup Upacara Pemakaman Ratu Elizabeth II
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Azyumardi Azra Sangat Berjasa dalam Upaya Pencegahan Terorisme di Tanah Air

Kisah Gelar 'Sir' untuk Azyumardi Azra

Menko Muhadjir Kenang Kebersamaan dengan Azyumardi Azra

Menko PMK Pimpin Pemakaman Azyumardi Azra di TMP Kalibata

Pemakaman Azyumardi Azra Digelar Secara Militer

JK, Kapolri dan Berbagai Tokoh Hadiri Pemakaman Azyumardi Azra

Jenazah Azyumardi Azra Diberangkatkan ke TMP Kalibata

Azyumardi Azra Disebut Sosok Cendekiawan Berintegritas

Menko PMK jadi Inspektur Upacara Pemakaman Azyumardi Azra

Hari Ini Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra Dimakamkan di TMP Kalibata
