Di Balik Panggung Proklamasi

Menyibak Kisah Pelik Mendur Bersaudara Memotret Pelaksanaan Proklamasi

Zaimul Haq Elfan HabibZaimul Haq Elfan Habib - Jumat, 17 Agustus 2018
Menyibak Kisah Pelik Mendur Bersaudara Memotret Pelaksanaan Proklamasi

Fito Sukarno saat membacakan teks proklamasi. (Dokumen Frans Mundur)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KABAR pelaksanaan proklamasi di kediaman Bung Karno santer terdengar di pelosok Jakarta. Tentara Jepang, wartawan, dan segelintir masyarakat sudah mengetahuinya rencana tersebut.

Frans Sumarto Mendur, seorang fotografer dari media Asia Raya beranjak menuju kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56.

Di tempat berbeda, Alexius Impurung Mendur saudara Frans juga seorang fotografer, ikut pula bergerak ke rumah Sukarno melalui jalan berbeda. Alex bekerja sebagai majalah kantor berita Domei, di bawah asuhan Jepang saat itu.

Para pendiri IPPHOS (kiri-kanan): Frans "Nyong" Umbas, Alex Mendur, Justus Umbas, dan Alex Mamusung.  (IPPHOS).
Para pendiri IPPHOS (kiri-kanan): Frans "Nyong" Umbas, Alex Mendur, Justus Umbas, dan Alex Mamusung. (IPPHOS).

Kakak beradik tersebut sampai di halaman rumah Bung Karno pagi buta. Setelah menunggu beberapa waktu, Mendur bersaudara beraksi. Keduanya memotret beberapa momen penting pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Acara rampung, gambar-gambar pelaksanaan proklamasi sukses mereka rekam ke dalam negatif film. Mendur bersaudara senang bukan kepalang.

Kesenangan itu tak berlangsung lama. Mendur bersaudara terancam kehilangan foto bersejarah miiknya lantaran penggeledahan tentara Jepang.

Seusai memotret proklamasi, sang fotografer tertangkap tangan tentara Jepang. Negatif film milik Alex Mendur disita. Sementara Frans Mendur berhasil membuat negatif film di kantor tempatnya bekerja.

Terdapat dua cerita berbeda tentang peristiwa tersebut.

Cerita Berbeda

Mendur bersaudara, menurut buku Alexius Impurung Mendur (Alex Mendur), datang dengan cara mengendap-endap. Kamera bermerek Leica pun dibawa secara sembunyi-sembunyi agar tak dicurigai tentara Jepang.

Alex ternyata lebih banyak menangkap citra ketimbang sang adik. "Sebenarnya Alex Mundur banyak memotret kejadian-kejadian saat proklamasi. Sampai ia menghabiskan satu gulungan film penuh berisi 36," kata anak Alex, Lexi dalam buku Alexius Impurung Mendur.

Setelah pemotretan rampung, Alex diceritakan langsung beranjak menuju kantornya. Di sana ia langsung memproses karyanya. Namun, saat proses pengeringan justru beberapa karya hilang dicuri.

"Fotonya tidak dirampas Jepang. Melainkan dicuri oleh orang yang tidak diketahuinya saat proses pengeringan," kata Hendi Jo, Jurnalis Sejarah, saat dihubungi merahputih.com.

Tak mau larut dalam kesedihan, Alex langsung mengabari Frans dan bertanya tentang hasil karya adiknya itu. Ternyata Frans punya strategi jitu untuk menghindari razia tentara Jepang. Ia mengubur filmnya di halaman belakang.

Selama beberapa waktu, berita tentang proklamasi di surat kabar tak satu pun memuat foto peristiwa bersejarah di rumah Bung Karno tersebut.

Foto karya Frans baru bisa dinikmati 6 bulan setelahnya, tepatnya saat Indonesia merayakan setengah tahun kemerdekaan. Karyanya dimuat pada harian Merdeka melalui khusus "Nomor Peringatan Enam Bulan Republik" pada 17 Februari 1946. ( * )

#Lapsus Proklamasi #Hari Proklamasi #Jejak Proklamasi
Bagikan
Ditulis Oleh

Zaimul Haq Elfan Habib

Low Profile

Berita Terkait

Bagikan