Kineforum, Bioskop Mini di Negeri Aing Hadirkan Film Alternatif


Film-film alternatif memiliki tempat penayangan. (Foto: Unsplash/Jeremy Yap)
SUDAH tahu belum ada bioskop mini menayangkan film-film yang tidak mendapatkan tempat spesial di hati para pengelola bioskop besar? Jadi sebenarnya banyak film-film buatan anak bangsa yang sudah dibuat, namun tidak dapat ditayangkan di bioskop besar.
Namun, berkat adanya bioskop mini ini, banyak film-film Indonesia ditayangkan dan menjadi salah satu pilihan untuk dinikmati para penggemar film. Mengutip dari Cinema Poetica, bioskop mini ini sudah ada sejak 1968 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta. Kineforum, begitu namanya, adalah bioskop mini yang memutar film-film alternatif.
Baca Juga:
Cerita Horor sampai Modus 'Buaya Darat' Ketika Nonton 'Midnight' di Bioskop Negeri Aing
"Film-film yang diputar adalah film-film yang bisa menjadi alternatif tontonan bagi Anda sebagai anggota publik. Mulai dari film klasik maupun kontemporer, film panjang maupun pendek, film luar maupun dalam negeri, film non arus utama maupun arus utama," demikian keterangan pada laman resmi Kineforum.

Sebagai bagian dari program Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada waktu itu, ruang putar alternatif Kineforum merupakan perkembangan lanjut dari Kine Klub DKJ. Klub tersebut berdiri sekitar setahun setelah Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin Meresmikan kompleks Taman Ismail Marzuki pada 10 November 1968.
Selain itu, untuk mengembangkan perfilman di Indonesia, sebulan sekali Kine Klub DKJ rutin mengadakan acara pekan pemutaran film di Teater TIM. Klub film di Cikini itu menjalin kerja sama dengan pusat kebudayaan serta sineas- sineas lokal. Salah satunya pada 1985 diadakan acara Pekan Sinema Alternatif di TMII yang pada saat itu masih banyak berkarya dengan medium 8mm dan video.
Baca Juga:
Berangkat dari acara-acara tersebut, diharapkan perkembangan film Indonesia semakin banyak diminati, karena sebelumnya dunia perfilman Indonesia sempat kurang kehadirannya. Seriring berjalannya waktu perkembangan dunia perfilman Indonesia terus belajar dan berkembang. Salah satunya, pada tahun 1998 perkembangan film Indonesia semakin maju. Terbukti dari film Petualangan Sherina pada 2000 dan Ada Apa Dengan Cinta pada 2002, yang memikat banyak penonton.
Mulai dari situ bertumbuhlah banyak film Indonesia yang berkualitas dan mempunyai banyak penghargaan, namun jarang sekali untuk ditayangkan di layar mainstream. Maka dari situlah hadir bioskop mini sebagai alternatif untuk menampilkan film-film tersebut.
Selain Kineforum, ada juga Cinespace. Berangkat dari keprihatinan Nia Dinata selaku ahli perfilman atau sineas akan minimnya apresiasi terhadap film-film Indonesia berkualitas, Cinespace dibuat untuk menjadi ruang pemutaran alternatif yang nyaman buat para penikmat film.
Tidak hanya menawarkan ruang buat nonton film non komersial saja, Cinespace juga sering mengadakan diskusi dan workshop dan menyediakan Co Working space. Selain Cinespace, juga ada bioskop alternatif seperti Kinosaurus, Subtitle, dan Paviliun28. (jhn)
Baca Juga:
Di Belakang Layar Film Dokumenter Eksperimental Kantata Takwa
Bagikan
Berita Terkait
Song Kang Ho Comeback di 'Gardeners', Kisah Pegawai Negeri yang Terseret Utang

Netflix Siap Hadirkan 'The Rip', Film Thriller Kriminal Dibintangi Matt Damon dan Ben Affleck

Adaptasi Game Thriller 'Exit 8' Hadir di Layar Lebar: Misteri, Anomali, dan Ketegangan di Stasiun Bawah Tanah Tokyo

Sony & Netflix Dikabarkan Memulai Pembicaraan Awal, Bahas Sekuel ‘KPop Demon Hunters’

Kutukan Baru Hadir di 'Siccin 8', Film Horor Turkiye Paling Ditunggu Hadir di Bioskop Indonesia

Lee Byung-hun Terima Tribute Award di TIFF, Pengakuan atas Kontribusinya untuk Perfilman Global

Diadaptasi dari Novel Thriller Stephen King, Film 'The Long Walk' Bakal Uji Adrenalin Penonton

Ketegangan Zombie ala Kimo Stamboel, ‘Abadi Nan Jaya’, Meneror Netflix 23 Oktober

Lightsaber ikonis Darth Vader Terjual Rp 59 Miliar dalam Lelang

Film Ikonis Studio Ghibli 'Howl's Moving Castle' akan Diputar di Bioskop Seluruh Dunia pada September Tahun Ini
