Kereta Api Merdeka Ataoe Mati dan Poliklinik, Kereta Perjuangan Indonesia


Kereta Api Merdeka Ataoe Mati merupakan kereta perjuangan bangsa Indonesia. (Foto: Arie Majorca)
MerahPutih Nasional- Pada masa perjuangan, alat transportasi yang dapat diandalkan adalah Kereta Api. Transportasi ini bukan hanya untuk kepentingan laskar perjuangan, melainkan transportasi ini dipergunakan untuk logistik militer. Tak hanya itu, kepentingan Kereta Api di zaman perjuangan tersebut juga dipergunakan untuk penunjang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945. Yakni, alat transportasi pada saat pemindahan pejabat pemerintahan dimasa perjuangan.
Kereta Api yang menjadi saksi bisu perjuangan terlihat di museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Terdapat dua kereta yang sangat bersejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan yaitu Kereta Poliklinik dan Kereta Merdeka Ataoe Mati.
Kereta Poliklinik merupakan kereta yang digunakan untuk mengobati para korban perang pada masa kemerdekaan. Dengan ditarik oleh lokomotif uap, kereta poliklinik ini tugasnya mengobati korban perang mulai dari medan pertempuran hingga menuju rumah sakit di daerah pedalaman Republik Indonesia. (Baca: Kereta Api Luar Biasa, Kereta Api Pertama Bung Karno)
Kereta Poliklinik ini juga melayani pengobatan secara gratis untuk rakyat di daerah pedalaman. Setelah perang kemerdekaan usai, kereta api semacam ini secara berkala tetap dipergunakan untuk melayani pengobatan bagi warga yang tinggal dipelosok terpencil.
Sedangkan, Kereta Merdeka Ataoe Mati merupakan kereta penumpang kayu berbangku panjang kelas III seri CL5329 yang berjasa saat perang kemerdekaan tahun 1945. Kereta perjuangan tahun 1930 ini berfungsi untuk membawa para pejuang serta korban pertempuran ke daerah aman di pedalaman Republik Indonesia, serta sebagai sarana untuk menyelundupkan senjata dari daerah musuh ke pedalaman.
Kata merdeka atau mati di badan kereta adalah salah satu slogan yang bertujuan untuk kobarkan semangat perjuangan rakyat dalam menghadapi teror yang dilakukan oleh militer Belanda. Slogan-slogan ini banyak ditemukan diberbagai tempat seperti di tembok-tembok, gedung-gedung, stasiun kereta api dan di badan kereta penumpang yang akan memasuki wilayah Jakarta. (cpy)