Kerasnya Kehidupan Anton Medan di Masa Lalu


Kehidupan Anton Medan sangat keras sedari kecil (foto: instagram @frido_sinulingga)
TAN Hok Liang atau Ramdhan Effendi alias Anton Medan, dikabarkan meninggal dunia di usianya yang ke-63 tahunpada Senin (15/3). Mantan Preman tersebut meninggal dunia di kediamannya yang terletak di kawasan Cibinong, Bogor.
Bicara soal Anton Medan, rekam jejaknya sangat luar biasa, hidup Anton Medan terbilang sangat keras. Berawal dari ketika dirinya belum genap satu tahun mengenyam pendidikan. Pria bernama asli Tan Hok Liang harus berhenti dari sekolahnya.
Baca Juga:

Pria yang akrab disapa Anton Medan itu pun lantas merantau demi membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Di usia 12 tahun, Anton kecil pun pergi ke terminal Tebing Tinggi, Sumatera Utara.
Dalam kesehariannya, Anton menghabiskan waktu sebagai seorang calo bus. Setiap hari ia mencarikan penumpang bus yang mangkal pada terminal tersebut.
Hingga suatu ketika Anton Kecil berhasil mengajak para penumpang ke salah satu bus, tapi sayang usahanya tidak dihargai sang sopir. Anton lantas geram.
"Terbayang di mata saya wajah kedua orangtua, adik-adik, serta kakak saya yang senantiasa menunggu kiriman uang dari saya. Saya terlibat perang mulut dengan sopir bus tersebut. Tanpa sadar, saya ambil balok kayu dan saya pukulkan ke kepalanya," kenang Anton dikutip dari AL-IKLHAS: PINTU HIDAYAHKU, halaman 30.
Kejadian tersebut membuat Anton berurusan dengan pihak yang berwajib. Kala itu, dihadapan aparat Kepolisian, Anton tidak mau mengaku bersalah. Justru Anton menuntut hak yang tidak diberikan sopir bus tersebut.
Akhirnya Anton pindah dari Terminal Tebing tinggi ke Terminal Medan. Profesinya kali ini bukan calo bus, melainkan menjadi pencuci bus.
Tapi, lagi-lagi ia harus berurusan dengan pihak berwajib. Karena, uang yang ia tabung untuk keluarganya hilang diambil orang. Anton mengetahui orang yang mengambilnya, tapi Anton berusaha sabar dan tak mencari keributan.
Kala itu Anton hanya memperingatkan. Tapi pencuri tersebut memukuli Anton. Saat itu usianya masih 13 tahun, sementara lawannya orang yang sudah dewasa dan tinggi besar.
Kala itu Anton merasa sakit hati lantaran tidak satupun dari temannya yang berniat untuk membantunya. Karena kesal, Anton membacok pria tersebut hingga tewas.
Akibat ulahnya, Anton dikurung di Penjara Jalan Tiang Listrik, Binjai, selama kurang lebih 4 tahun. Selama di penjara, Anton yang bekerja untuk keluarganya, hanya satu kali saja dijenguk oleh ibunya.
Baca Juga:
Setelah 4 tahun bergulir, Anton menghirup udara segar. Ia lantas bergegas pulang ke rumah. Tapi, baru beberapa jam di rumah, Anton harus pergi jauh, lantaran ibunya malu memiliki anak seorang penjahat.
Kemudian Anton melanjutkan petualangan barunya ke Jakarta, untuk bertemu seorang paman yang dulu menyayanginya.
Selama berbulan-bulan Anton menggelandang di Jakarta, hingga dia bertemu sang paman. Namun, bukan sambutan baik yang didapat, Anton justru tidak diterima dan diusir oleh pamannya.
"Tak ada orang yang membantu saya hidup secara wajar," kenang Anton.
Karena merasa kecewa, Anton mulai melakukan tindak kejahatan kecil-kecilan. Dirinya terinspirasi pada seorang penodong, yang dengan mudah mendapat banyak uang dan dihukum ringan.
Adapun kejahatan pertama yang dia lakukan yakni menjabret tas dan perhiasan nenek-nenek yang akan melakukan sembahyang di klenteng.

Karena mendapat banyak hasil dari menjambret, Anton mulai ketagihan kemudian menekuni profesi barunya itu. Karena dinilai menggiurkan, tingkat kriminalnya bertambah. Anton yang mulanya seorang tukang jambret beralih menjadi perampok.
Bahkan Anton mengaku sempat menjadi bandar judi di kalijodo. "Saat-saat itulah saya mengalami kejayaan. Masyarakat Jakarta menjuluki saya 'Si Anton Medan', penjahat kaliber kakap, penjahat kambuhan yang hobi keluar masuk penjara," kenangnya.
Namun seiring berjalannya waktu, dari mulanya dikenal sebagai salah satu Preman yang paling ditakuti di Jakarta, Anton Medan memilih untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Kehidupan Anton berubah 360 derajat, ia memutuskan untuk meninggalkan dunia hitam, dan memilih untuk mendalami ilmu agama. Ia bertekad untuk berbuat kebaikan bagi khalayak ramai. (Ryn)
Baca Juga: