Kegilaan Pocel, Murka Bagi Kirman

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Selasa, 10 Januari 2017
Kegilaan Pocel, Murka Bagi Kirman
Ilustrasi wanita panggilan. (Foto: Istimewa)

Errare humanum est. Perseverare diabolicum adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang memiliki artinya, "Berbuat kesalahan adalah suatu hal manusiawi. Mengulangi kesalahan adalah perbuatan iblis."

Mungkin kalimat itu tepat jika disandangkan untuk Pocel, lelaki durjana yang telah menenggalamkan masa depan Sulastri. Kegilaan Pocel yang sudah melumat habis keindahan tubuh indah Sulastri dan membawanya ke jurang lembah kenistaan, ternyata membuat dirinya larut dalam kubangan nista tersebut.

Kirman yang menjadi penguasa di sebuah panti pijat, di mana Sulastri bekerja, tak ayal membuat Pocel kebanjiran pundi-pundi keuntungan yang tiada terkira. Bahkan, penghasilan manusia laknat itu melebihi apa yang dihasilkan Sulastri sebagai pelayan panti pijat ilegal tersebut.

Kepercayaan Kirman terus membesar sehingga menjadikan Pocel sebagai tim pemburu wanita polos seperti halnya Sulastri.

"Cel," ucap Kirman di ruang kerjanya. "Mulai sekarang, kamu aku percaya untuk mencari bibit seperti Sulastri. Kali ini, kamu saya angkat sebagai orang kepercayaanku dalam urusan ini."

Gayung pun bersambut. Pocel yang semakin besar kepala justru semakin liar dalam berburu wanita muda nan cantik untuk dijadikan sasaran tembak selanjutnya. Dengan nada bangga, ia pun tak segan untuk meminta bayaran yang besar akan jasanya itu.

Dan ironinya, Kirman menyetujui apa yang diminta lelaki jalang itu. "Apa pun dan seberapa pun besar uang yang kamu minta akan aku sanggupi. Dengan catatan, cari wanita seperti Sulastri.

***

Perburuan pun dimulai. Pocel dengan gaya parlentenya datangi beberapa desa terbelakang yang notabene memiliki perekonomian jauh dari kata layak. Dengan siasatnya yang begitu indah, Pocel menyusun pola dengan menanamkan beberapa intel untuk mencari wanita sasarannya itu.

"Ada, Mas. Di desa Paruk, ada wanita muda dan cantik pula. Keluarganya sangat susah. Mungkin jenengan bisa memanfaatkan situasi itu," ucap Suryono, salah satu intel Pocel.

Tanpa mengulur waktu banyak, dirinya pun bergegas menuju desa Paruk dengan mobil Mustang GT500. Manusia mana yang saat itu tidak tergoda akan penampilan parlente Pocel dengan mobilnya itu.

Mobil yang berbalut cat berwarna biru berhenti persis di depan rumah Kirani, wanita sasaran Pocel selanjutnya. Gaharnya knalpot mobil itu, tak ayal membuat heran keluarga Kirani. Ayah dan ibunya yang hanya seorang petani, heran. Penasaran terhadap sosok pria yang mengendarai mobil mewah itu berhenti persis di depan rumahnya.

Dengan langkah gagah, Pocel bersama Suryono maju menuju bibir pintu rumah Kirani. Dan namanya orang desa, melihat mobil dan penampilan yang begitu meyakinkan tak ayal menyambut Pocel bak presiden yang berkunjung ke rumah rakyat jelata.

"Kulo nuwon," ucap Pocel.

"Enggih, Mas. Silakan masuk," balas Padiman, orang tua Kirani.

Sesampainya di ruang tamu yang tidak terlalu besar, Suryono yang menjadi juru bicara Pocel langsung membicarakan maksud dan tujuannya meminta izin Padiman untuk membawa Kirani ke kota guna dipekerjakan di tempat Kirman yang tak lain adalah panti pijat esek-esek.

"Mencari kerja di zaman sekarang susah, Pak. Apalagi untuk gadis desa seperti Kirani. Namun, dengan rupanya yang menarik, di kota Kirani akan mudah mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lumayan besar," ucap Pocel.

Meski agak syak dan sedikit keheranan, pada awalnya, tapi ketika Pocel sudah membuka omongan masalah uang, Padiman pun tak berpikir panjang.

Ia pun memanggil Kirani yang saat itu masih berada di kamarnya yang hanya tertutup sehelai bahan. "Ndok, sini," ucap Padiman.

Kirani pun keluar dengan pakaian kebaya lusuhnya dan kain jarik yang membalut pinggul sampai kakinya. Rambut Kirani panjang terurai berwarna hitam. Wajahnya yang putih dengan pipi merah merona, tak ayal membuat Pocel terkesiap. Selain itu, lagi, birahi sang bajingan ini pun membuncah.

"Wah, ini lebih cantik dari Sulastri. Masih muda pula," ucap Pocel dalam hati.

"Enggih, Pak'e. Ada apa?" ucap Kirani yang kemudian duduk di depan persis Pocel.

Padiman pun menceritakan apa yang telah Pocel sampaikan kepada putri semata wayangnya tercinta. Dan karena Kirani anak yang berbakti, ia pun segera menyetujui apa yang diingikan oleh ayahnya itu tanpa memikirkan permasalahan yang akan dihadapinya nanti.

"Kalau memang Dik Kirani sudah siap sekarang, ayo kita langsung ke kota," jelas Pocel.

Namanya juga, maaf, orang kampung, hanya diimingi dengan uang sudah tergoda. Padahal, di balik itu semua, sama seperti kejadian Sulastri, ada konspirasi jahat yang akan dihadapinya nanti.

***

Di sepanjang perjalanan dari desa Paruk menuju kota, kurang lebih membutuhkan waktu sekira 8 jam. Dalam perjalanan itu, Pocel terus membubuhi pikiran Kirani hanya uang dan uang. Dan nahasnya, Kirani pun mulai terkena hasutan itu.

Kalau istilah kerennya, brainstorming yang dilakukan Pocel berhasil. Paha putihnya yang mulus pun sedikit terlihat di antara belahan kain yang membalut pinggang sampai kaki Kirani.

"Dengan penghasilan yang besar, tentu kamu mau melakukan apa pun, tho?" tanya Pocel.

"Ya, Mas. Yang penting, aku bisa bantu bapak dan ibu di kampung," jawab Kirani.

Pocel mendeham. Untuk menghilangkan rasa groginya, ia pun langsung membakar sebatang cerutunya. Dan tanpa basa-basi disertai kegilaannya, Pocel langsung menjelaskan pekerjaan yang akan dilakukan Kirani. Akan tetapi, sebelum mengutarakan itu semua, Pocel yang boleh dikatakan tidak waras itu menanyakan kepada Kirani perihal hubungan intim. "Kamu sudah pernah melakukan.... anuan, Dik?" tanya Pocel.

Kirani yang gadis polos itu pun sedikit heran dengan maksud ucapan Pocel. "Maksud Mas, apa?"

"Hubungan intim layaknya suami-istri di ranjang," ungkap Pocel.

Kirani kaget. Ia pun terdiam. Takut sudah pasti menyelimuti pikiran gadis polos itu. Namun, lagi-lagi, karena kelihaian Pocel berkata, akhirnya Kirani pun menjawab belum pernah dan justru menanyakan lebih dalam keuntungan daripada hubungan intim itu kepada Pocel.

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Pocel justru mengumbar kenikmatan yang didapat dari hubungan itu. Dan celakanya, Pocel pun sudah langsung membicarakan uang yang akan didapat Kirani.

"Nanti, kamu akan aku ajari dulu agar tidak kaget," ucap Pocel yang kiranya sudah berhasil menipu Kirani.

***

Sesampainya di kota, Pocel tidak langsung membawa Kirani ke tempat Kirman, melainkan ke rumah Pocel yang akan menjadi saksi 'pembantaian' tubuh Kirani yang masih perawan itu.

"Anggaplah seperti rumahmu sendiri. Di sini ada banyak makanan dan minuman yang bisa kamu icip-icip," kata Pocel yang kemudian menuju lemari es untuk mengambil sebotol Smirnoff untuk Kirani.

Kirani, aduh.. Sayangnya di desanya tidak mengenal apa itu minuman keras. Minuman Smirnoff yang dituangkan Pocel ke dalam gelas, ditenggak habis oleh Kirani yang sebenarnya sudah merasa gugup dan juga takut. Setelah merasa pusing, Kirani bersandar di sofa panjang Pocel. Pahanya yang mulus pun semakin nampak terlihat. Belum lagi dengan buah dadanya yang sedikit membesar, membuat hasrat Pocel semakin membesar.

Dalam keadaan setengah sadar, Kirani pun dibopong Pocel menuju kamarnya yang hanya diterangi cahaya lampu remang. Di sudut kamarnya, gramaphone tua dengan beberapa lembar piringan hitam pun dipasang Pocel untuk menambah suasana menjadi nikmat. Alunan tembang Louis Amstrong menggema di sudut kamar Pocel. Dan Pocel pun perlahan melucuti pakaian Kirani yang saat itu sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya, terjadilah sesuatu yang sangat memilukan.

Tubuh indah Kirani habis digerayangi lelaki bejat Pocel. Selama dua hari, Kirani berada di rumah Pocel. Selama itu pula, Kirani yang sudah merasakan nikmatnya hubungan suami-istri semakin terbiasa melayani nafsu bejat Pocel. Setelah dua hari berada dalam kurungan Pocel, celakanya Pocel tidak juga membawa Kirani ke pangkuan Kirman untuk dijual kembali di panti pijatnya.

Bahkan, secara tiba-tiba, Pocel pun susah dihubungi Kirman.

Menanggapi ihwal demikian, Kirman yang awalnya sangat memercayai Pocel, tak urung kepercayaannya itu berubah menjadi murka. Padahal, Suryono sudah memberitahukan Kirani kepada Kirman beberapa hari yang lalu.

"Cari Pocel dan bawa dia baik dalam keadaan hidup ataupun mati," ucap Kirman kepada dua algojonya yang memang nampak sangar.

Setelah seminggu berlalu, Pocel pun tak ditemukan. Kirman merasa dipermainkan oleh Pocel. Dan akhirnya, Kirman membuat sayembara besar-besaran untuk Pocel.

Dalam sayembaranya itu, Kirman menulis, "Barangsiapa yang menemukan Pocel baik dalam keadaan hidup atau mati, akan diberi upah sebesar 275 perak dan beberapa bonus lainnya."

#Kisah Cinta #Cerpen Merah Putih
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan