Keajaiban Vihara Avalokitesvara di Banten


Deskripsi : Suasana Vihara avalokitesvara Banten (Foto: Sucitra)
MerahPutih Budaya - Vihara Avalokitesvara, adalah tempat peribadatan umat Budha yang dibangun pada tahun 1774 dengan latar belakang sejarah yang dipengaruhi hubungan salah satu putri kaisar China Ong Tien dan Sunan Gunung Jati.
Vihara yang berdiri sejak itu hingga hari ini, ternyata memiliki cerita menarik yang berkaitan dengan meletusnya Gunung Krakatau, dan hal itu dituliskan dalam bahasa dan aksara China yang juga diterjemahkan kedalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Cerita itu dipajang di dinding salah satu sudut vihara, berikut terjemah bahasa Indonesianya:
Pada tanggal 27 Agustus th 1883, gunung Krakatau dengan ketinggian kurang lebih 2600 m Pukul 02.56 dini hari mendadak meletus dengan dahsyatnya, suara gemuruh mengagetkan penduduk sekitarnya, hancuran debu dan batu berterbangan mencapai ribuan kilo meter jauhnya.
Langit pun tampak hitam pekat. Walaupun menjulurkan tangan dan kelima jari tak tampak. Asap dan debu membumbung tinggi sampai 30.000 kilometer. Bahkan siang bagaikan malam. Pulau di sekitarnya amblas tertutup lahar bercampur air laut, tingginya lahar sampai 135 meter, ratusan desa musnah menewaskan 3800 orang. Dalam radius ratusan kilometer bagaikan rumah hantu.
Ledakan suara memekak telinga sampai mengeluarkan darah. Kaki tangan gemetaran tak terasa gigi beradu memecah. Bimbang dan ragu berlindung di Vihara, khalayak ramai duka dan resah. Menyembah di lantai memohon pada Sang Budha, saling pandang dengan muka pucat, Dewi Kwan Im menunjukan wibawanya dan mengeluarkan cahaya terang benderang, air bah menggelundung diluar Vihara dengan derasnya menyapu kebun kelapa dan segala benda yang ada. Tapi air dan lahar tidak masuk kedalam Vihara. Bencana pun luput dan selamat dilaluinya.(Sucitra)
BACA JUGA:
- Ribuan Warga Rebutan Gunungan, Keraton Membatasi Pengunjung
- Gunungan, Simbol Ucapan Syukur Manusia Kepada Tuhan
- Puluhan Mesin Jahit Lama dalam Pameran Bentara Budaya
- Pendidikan Seni dan Budaya Masih Termarginalkan
- Kompetensi Guru Seni dan Budaya Sangat Minim