Kids Zaman Now, Kalian Harus Tahu, Ternyata Kerajaan Majapahit Berakhir Bukan 1400 Saka!

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Selasa, 07 November 2017
Kids Zaman Now, Kalian Harus Tahu, Ternyata Kerajaan Majapahit Berakhir Bukan 1400 Saka!

Mandala Majapahit. (UGM)

Ukuran:
14
Audio:

SETIAP muncul pertanyaan di berbagai latihan soal pelajaran sejarah tingkat SMA mengenai kapan keruntuhan Kerjaan Majapahit, hampir pasti disambut siswa dengan jawaban 1400 Saka dengan sengkalan Sirna Ilang Kertaning Bhumi.


Enggak aneh. Pengetahuan tersebut telah terwarisi secara turun-temurun melalui buku paket, Lembar Kerja Soal (LKS), penjelasan guru maupun pengajar bimbingan belajar. Bahkan, jawaban Ujian Nasional dan ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri, selalu membenarkannya.


Lalu, sebenarnya mulai kapan jawaban 1400 Saka muncul?


Bila menengok ke masa lampau, maka publikasi kali pertama dan begitu luas persebarannya karena berkali-kali dicetak ulang, tentang tahun 1400 Saka sebagai keruntuhan Majapahit, dimulai saat Thomas Stanford Raffles, Letnan Gubernur Jendral Jawa, menerbitkan karya monumental The History of Java, di London pada 1817.


Raffles, dengan menggunakan sumber historiografi Jawa berupa Serat Kandha, memiliki kesimpulan kerajaan Majapahit berakhir karena diserbu tentara Demak pada 1400 Saka. Prabu Brawijaya, Raja Majapahit beserta pengiringnya mengungsi ke daerah Sengguruh. Pasukan Demak kembali menyerbu Sengguruh. Brawijaya menolak tawaran Demak untuk masuk Islam, lalu melarikan diri ke Bali.


Selain Raffles, historiografi tradisional Jawa berupa manuskrip seperti Babad Tanah Jawi, juga kesenian tradisional selaik kethoprak pun merekam tahun 1400 Saka sebagai masa runtuhnya Majapahit. Informasi tersebut kemudian melembaga pada buku-buku pelajaran sekolah dan menjadi pengetahuan umum.


Tapi, apakah benar Majapahit berakhir pada 1400 Saka?


Arkeolog Hasan Djafar pada buku Masa Akhir Majapahit, Girindrawarddhana dan Masalahnya, menampik informasi mengenai keruntuhan Majapahit terjadi pada 1400 Saka. Menurutnya, Majapahit jelas masih berdiri sesudah tahun tersebut, terbukti dari berbagai data arkeologi, seperti data epigrafi berangka tahun 1408 Saka atau 1486 Masehi secara jelas menyebut Raja Girindrawarddhana bergelar 'Sri Maharaja Sri Wilwatika', sebagai penguasa Majapahit.


Selain itu, kegiatan pembangunan tempat-tempat suci keagamaan bercorak Hindu di Gunung Penanggungan pun masih terjadi di bawah pemerintahan Girindrawarddhana antara tahun 1408-1433 Saka. Bahkan, lanjut Djafar, sebuah prasasti tembaga berangka tahun 1541 M, Prasasti Pabanyolan menyebut tempat penulisan prasasti itu pada sebuah tempat suci di Wilwatikta atau Majapahit.


Sementara itu, berita tradisi keruntuhan Majapahit pada 1400 Saka, menurut Djafar, harus ditafsirkan sebagai peristiwa perebutan kekuasaan takhta Majapahit antara Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya terhadap Bhre Kertabhumi.


Bhre Kertabhumi menjadi penguasa Majapahit setelah merebut takhta Pandansalas. Perebutan kekuasaan itu berdampak pada terpecahnya wilayah Majapahit menjadi dua, Janggala dan Kadiri.


Pandasalas menyingkir ke Daha (Kadiri) meneruskan pemerintahannya sampai wafat dan digantikan putranya, Girindrawarddhana.

Setelah menghimpun kekuatan, Girindrawarddhana kemudian menyerang Majapahit untuk menggulingkan Bhre Kertabhumi pada 1400 Saka. “Penyerangannya ke Majapahit ini dilakukan dalam usaha mempersatukan kembali wilayah kekuasaan Majapahit yang terpecah-pecah,” imbuh Djafar.


Jadi, kembalinya Kedaton Majapahit ke tangan Girindrawarddhana pada 1400 Saka justru sebagai peneguhan kembali kekuasaan Majapahit dan bukan sebaliknya.


Lantas, kapan Kerjaan Majapahit runtuh?

Memang enggak gampang menelisik tahun berakhirnya Kerejaan Majapahit. Bahkan, Buku Sekolah Elektronik pelajaran Sejarah kelas X keluaran Kemendikbud pada Bab Majapahit, sama sekali alpa menyebut bagian masa akhir Majapahit.


Setelah Raffles melalui The History of Java, sesungguhnya ada berderet nama sarjana dan orientalis berkebangsaan Belanda memfokuskan diri membahas masa akhir Majapahit, kemudian merumuskan tahun keruntuhannya.


PJ Veth, melalui karya Java: Geographisch, Etnologisch, Historisch berpendapat Majapahit runtuh pada 1410 Saka atau tahun 1488 M. Lalu GP Rouffaer pada karanga bertajuk “Wanneer is Madjapahit Gevallen?” mengungkapkan keruntuhan Majapahit terjadi antara tahun 1516 dan 1521 M. Tak jauh berbeda kisaran, NJ Krom, pada “Het jaar van den val van Madjapahit” berpendapat sampai tahun 1521, Majapahit masih berdiri.


M Yamin menjadi orang Indonesia pertama mengemukakan argumentasi mengenai masa akhir Majapahit, pada buku Tatanegara Majapahit. Dia berpendapat Majapahit runtuh sesudah tahun 1522 M, dan sebelum tahun 1528, atau sekira 1525.


Sementara Hasan Djafar berkesimpulan bahwa antara tahun 1518 dan 1521, atau sekira 1519, Pati Unus, penguasa Demak, telah menguasai Kerajaan Majapahit. Pelancong asal Italia, Atonio Pigaffeta, melaporkan Raja Pati Unus merupakan Raja Majapahit sangat berkuasa ketika masih hidup.


“Dengan dikuasainya Majapahit oleh Pati Unus dari Demak pada 1519, maka Kerajaan Majapahit secara politis sudah kehilangan kedaulatan,” ungkap Djafar. “Akan tetapi, dengan berakhirnya Kerjaan Majapahit ke tangan Demak tidak berarti seluruh bekas kekuasaan Majapahit jatuh ke tangan Demak dan menjadi Islam. Sampai akhir abad XVI, sisa-sisa kekuasaan Hindu ini masih ada, bahkan sampai abad XVII daerah Blambangan masih merupakan sebuah kekuasaan Hindu”. (*)

#Majapahit #Sejarah Majapahit #Sirna Ilang Kertaning Bumi #Majapahit Runtuh 1400
Bagikan

Berita Terkait

Bagikan