Jurus Jitu Hadapi Penderita Gangguan Psikologis Mythomania

MAHASISWA program doktoral di Technische Universiteit Delft Belanda, Dwi Hartanto, kini tengah ramai menjadi pemberitaan. Ia diduga menderita mythomania lantaran kebohongan terstruktur yang dilakukannya. Bahkan, dia pernah mengaku tengah meneliti teknologi roket untuk militer di bidang pertahanan dan keamanan.

Dalam kehidupan sehari-hari, Anda pun pasti sering menjumpai teman atau anak-anak yang gemar berbohong demi mendapatkan pengakuan seperti Dwi. Mirisnya, seoran pembohong patologis tak hanya mengelabui orang lain. Dia sebenarnya tengah membohongi dirinya sendiri hingga percaya kebohongan itu benar. Membual juga telah menjadi candu baginya.

Celakanya, saking seringnya ia berbohong, orang kerap jadi sulit membedakan kebohongan dan kebenaran. Memang, tidak mudah mengenali gangguan psikologis mtyhomania. Apalagi psikolog Ratih Zulhaqqi menyebutkan pembohong patologis dapat dengan lihai menutupi "lubang" pada ceritanya dengan memberikan fakta lain untuk menyamarkan kebohongannya.

"Kadang kita tidak tahu kalau dia bohong karena dia pintar menutupi situasi itu," terang Ratih seperti dikutip dari ANTARA.

Lantaran sering ketahuan berbohong, pembohong patologis akan kehilangan kepercayaan dari orang lain. Ratih menyarankan Anda sebaiknya mengabaikan ucapan seorang pembohong patologis. "Abaikan saja. Jadinya kan trust issue," terangnya.

Namun, ia mengatakan, akan lebih baik bila Anda bersedia membantunya mencari pertolongan agar gangguan psikologisnya dapat diredakan. Mythomania bukan penyakit, tetapi gangguan psikologis yang sulit disembuhkan. Meski begitu, gejalanya dapat dikurangi. (*)

Simak juga berita Dibilang Pembohong Oleh Stuart Collin Risty Tagor Geram.