Jangan Bersikap Denial jika Tidak Ingin Merasakan 3 Efek Buruk Ini

Merahputih.com - Memilih menutup mata dan telinga adalah gambaran seorang denial.

Denial merupakan kata yang populer digunakan oleh anak-anak muda. Selain terdengar gaul, kata denial dinilai tidak ketinggalan zaman.

Kata denial menurut Cambridge Dictionary merupakan pernyataan bahwa sesuatu tidak benar atau tidak ada. Namun dalam konteks kehidupan, denial adalah sebuah praktik di mana orang tahu kebenarannya tapi menolaknya.

Laman relationalpsych.group.org mengatakan bahwa orang yang bersikap denial sebagai defense mechanism, yakni untuk melindungi diri dari kecemasan, stres, atau rasa sakit emosional.

Dengan bersikap denial individu mungkin ingin mempertahankan stabilitas saat ini dan menghindari kenyataan.

Bersikap denial memiliki efek buruk. Apa saja?

1. Menarik Diri dari Lingkungan

Seseorang denial kerap tidak merasakan kenyaman dalam lingkungan sekitarnya. Mereka mungkin mengatakan bahwa berada di sekitar orang lain terlalu membebani.

Mungkin mereka berpikir orang lain tidak menyukai mereka atau ingin mereka terlibat dalam lingkaran sosial tertentu.

Situasi ini bisa menimbulkan masalah seperti kesepian, kemarahan, kesalahpahaman, dan pemikiran yang menyimpang.

2. Melakukan Penindasan

Seorang denial besar kemungkinan berpotensi menggunakan ancaman, kekerasan, atau ejekan untuk menunjukkan kekuasaan atas orang lain.

3. Menyakiti Diri sendiri.

Emosi yang terkumpul, memicu stres. Apalagi harus menghadapi fakta-fakta yang terasa pahit.

Ketika pikiran merasa sakit, ada dorongan untuk membuat tubuh merasakan respons sakit yang sama.

Perilaku menyakiti diri dipercaya orang denial sebagai cara meredakan intensitas emosi. Padahal, justru menjadi pemicu untuk secara berulang melakukannya lagi dan lagi. (Tka)