Inilah Rahasia Masyarakat Sunda Agar Sakit Perut Reda


Naskah Sunda yang dipercaya bisa meredakan sakit perut. (ist)
SENIN pagi biasanya menjadi momok menakutkan pagi para pekerja urban. Mereka kerap merasa berat langkah untuk memulai kerja. Apalagi membayangkan kemacetan, tumpukan pekerjaan, sehingga mudah terserang stress, dengan gejala awal sakit perut.
Bila sakit perut melanda, perut terasa melilit, kaum urban langsung mengambil kemudian meminum obat pereda nyeri. Jika tak ada perbaikan, mereka langsung pergi ke klinik atau rumah sakit.
Berbeda dengan kaum urban, di masa lalu masyarakat tatar Sunda memiliki cara tersendiri untuk meredakan sakit perut, dengan menggunakan mantra.
Mantra tersebut terekam pada naskah-naskah Sunda. Dari sekira 1.432 naskah Sunda, baik tersimpan di dalam dan luar negeri, menurut Edi S Ekadjati dalam Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan, terdapat lebih-kurang 76 naskah khusus berisi mantra dan kumpulan doa bersifat mantra.
Mantra, menurut Yus Rusyana dalam Filologi dan Sastra-Sastra Klasik Indonesia, terbagi menjadi 7 bagian; jampe (jampi), asihan (pekasih), singlar (pengusir), jangjawokan (jampi), rajah (kata pembuka jampi), ajian (jampi kekuatan), dan pelet (guna-guna).
Dari ketujuh bagian, jampe dan jangjawokan merupakan jenis mantra digunakan masyarakat Sunda untuk mengobati sakit perut.
Bila sakit perut menimpa anak kecil atau bayi, maka paraji atau dukun akan merapal mantra pereda sakit perut atau jampe/jangjawokan nyeri beuteung;
Peujit pabeulit, puseur pacangreud, ka luhur pindah ka jantung, salatri pindah ka cai, belekbek belegu... belekbek belegu...
Paraji kemudian meneteskan atau mengoleskan air putih purna jampi tepat di ubun-ubun bayi, “diharapkan agar si sakit cepat sembuh dan dapat buang air besar agar rasa mulasnya segera sirna dan sembuh,” tulis Elis Suryani NS pada “Rahasia Pengobatan yang Tersirat Dalam Naskah Mantra” Jumantara Vol.2 No.2, Oktober 2011.
Selain dengan media air, pengobatan juga dapat dilakukan dengan menggunakan daun cabe rawit. Paraji akan menghaluskan daun cabe rawit sebagai obat oles. Sebelum mengoles, paraji mulai merapal;
Bismillah, Syahadat 3 kali, mules rasa anu mokaha, ulah cicing dina kulit, ulah nyangsang dina badan, hurip ku nabi waras ku Alloh...
Lalu menyebut nama si anak sakit, kemudian mengoles ulekan daun cabe rawit di atas perut si anak. Terdapat pula penggunaan media daun cabe rawit, minyak kayu putih, dan air sembari membaca Surah Maryam, dengan rapalan;
Nini lenjer weteng, aki lenjer weteng, ulah ngalenjer dina kedung suwung, rep sirep ku Pangeranna...
Di samping mantra pereda sakit perut, atau nyeri perut, terdapat pula mantra untuk meredakan perut kembung. Paraji akan mengucap mantra di hadapan si sakit;
Cakakak di leuweung, injuk talina, dihakan dibeuweung, hitut jadina, plong blos plong blong...
Perapalan mantra merupakan bentuk lain harapan atau doa kepada Allah SWT melalui perantara leluhur. “Adapun penyertaan nama nenek moyang di samping Allah SWT, Muhammad SAW, dan nama-nama lainnya ditujukan untuk penghormatan,” tulis Elis Suryani.
Modal utama agar rapalan berhasil, menurut Elis Suryani, tak lain adanya keyakinan penuh dari perapal maupun si sakit, bahwa ada kekuatan gaib dihasilkan di luar kemampuan manusia untuk menyembuhkan penyakit. (yudi anugrah)
Bagikan
Thomas Kukuh
Berita Terkait
The Panturas Rilis Single Terbaru 'Lasut Nyanggut', Kisahkan Kegagalan dari Folklor Sunda
