Ini Penyebab Pengembangan Blok Masela Terkatung-Katung

Luhung SaptoLuhung Sapto - Sabtu, 02 Januari 2016
Ini Penyebab Pengembangan Blok Masela Terkatung-Katung

ilustrasi kilang minyak offshore (Foto capture energypress.eu)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Bisnis - Pengembangan ladang gas Blok Masela, Maluku Selatan tak kunjung dilakukan. Padahal, manfaat pengelolaan Blok Masela, yang saat ini dikelola Inpex Corporation, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Mantan Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus (SKK) Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (Migas) Aussie Gautama mengatakan perdebatan sengit mengenai rencana pembangunan kilang di Blok Masela sudah berlangsung sejak lama. Sejak ditemukan pada tahun 2000, terjadi perdebatan sengit apakah pengembangan kilang akan dilakukan di darat (onshore) atau laut (offshore). Akibatnya, pengembangan menjadi tersendat dan masyarakat sekitar tak bisa menikmati manfaat Blok Masela.

"Di tahun 2008-2010 sudah terjadi perdebatan onshore atau offshore yang cukup sengit. Dengan looking back in the history, sangat sengit. Mungkin tidak kalah dengan diskusi yang ada sekarang," ungkap Aussie dalam diskusi "Gaduh Blok Masela" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (2/1).

Saat itu Inpex Corporation selaku operator Blok Masela mengusulkan pengembangan kilang dilakukan dengan sistem onshore atau dibangun di darat dengan kapasitas 4 miliar ton per annum. Namun, hingga saat ini pemerintah belum mengambil keputusan dan akhirnya memilih untuk melakukan studi yang mengikutsertakan pihak ketiga.

"‎Pihak ketiga tersebut seperti UI, ITB, ITS, gamma, dan juga melibatkan konsultan dari luar. Dan rekomendasi dari studi ini adalah floating LNG," terangnya.

Aussie menjelaskan bahwa pemerintah akhirnya memutuskan untuk mendirikan kilang terapung (offshore) dengan kapasitas 2,5 miliar ton per annum pada 2010 lalu. Beberapa tahun kemudian Inpex menyampaikan hasil observasi yang menemukan bahwa akumulasi cadangan gas di ladang gas abadi tersebut jauh lebih ‎besar dari evaluasi yang dilakukan pada 2009. 

"Oleh karena itu, membangun kilang terapung dengan kapasitas 2,5 miliar ton per annum dinilai sangat tidak optimum. Mereka usulkan membuat kilang terapung 7,5 miliar ton per annum. Ini sangat besar dan belum ada di dunia. Kapalnya sudah dibuat dan akan selesai 2018," tuturnya.

‎Aussie mengatakan usulan Inpex yang ingin membangun kilang berkapasitas besar membawa polemik besar bagi pemerintah dan SKK Migas terkait pembangunan kilang onshore atau offshore

"Kementerian ESDM pun akhirnya membuat studi lagi dengan pihak ketiga. Hasilnya kembali floating LNG yang dipilih. Jadi memang berkali-kali konsep pengembangan ini sudah diuji berbagai pihak dan selalu kembali ke floating LNG," pungkasnya. (Abi)

BACA JUGA:

  1. SKK Migas Bayar Konsultan Rp3,8 Miliar untuk Kaji Blok Masela
  2. Kementerian ESDM Belum Putuskan Pengembangan Blok Masela
  3. Kementrian ESDM Galau Tentukan Harga BBM
  4. Kembangkan EBT, Pemerintah Revisi Harga Listrik dari PLTS
  5. Alasan Kemendag Buka Impor Beras Dari Pakistan

 

 

#Blok Masela
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak

Berita Terkait

Bagikan