Ini Alasan Inggris Keluar dari Uni Eropa


Foto: MP/john abimanyu
Merahputih Keuangan - Economist, Head of Research Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih megatakan Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa (UE) atau Brexit karena ekonomi mereka cenderung stabil.
"Alasan itu yang mendorong Inggris memutuskan untuk keluar dari UE. Selama ini Jerman lebih banyak membantu EU kalau kita lihat dari komposisi perdagangan. Banyak diuntungkan dari Uni Eropa, kontinental, interaktif dalam aspek melihat komposisinya, 63 persen, ekspor, dan impor inggris itu hanya 30 persen," ujar Lana saat ditemui usia diskusi Perspektif Indonesia dengan topik "Inggris Memilih Mudik Dari Uni Eropa, di Kawasan Jakarta pusat, Sabtu (25/6).
Lana menambahkan tingkat pengangguran di Inggris hanya 10 persen saja. Sementara UE tingkat pegangguran 10 persen.
"ini berarti UE ini kan sedang struggle untuk keluar dari ekonomi yang melambat, dari tenaga kerja, berkat proses perlambatan di UE, mungkin menambah sentimen untuk keluar, dan dari sisi pertumbuhan ekonomi mereka dapat hanya dapat 2 persen," jelasnya.
Menurut Lana, Inggris yang vote untuk exit, karena melihat ekonominya kuat dan mandiri. Oleh karena itu, Inggris keluar dari UE pasti akan mengalami perubahan treatmen.
"Dalam setiap poin perdagangan akan semakin rumit dan ini mungkin belum dipikirkan secara matang, di sebagian besar Uni Eropa. Namun implikasinya kalau Inggris keluar dari UE besar kemungkinan Inggris anti UE," terangnya.
Dampaknya, sambungnya, akan berimbas para turis yang sebagian besar adalah warga dari Uni Eropa. Ditambah lagi para UKM yang selama ini menggantungkan nasib dengan kunjungan turis maka akan berkurang pemasukan bagi para warga Inggris.
"Pendapatan para UKM pun berkurang kalau Inggris keluar dari Uni Eropa. Implikasinya nanti bisa ada pemangkasan pegawai, mungkin mereka semua, Undang-Undang Imigrasi, bisa bekerja dimana saja, jadi di negara Uni Eropa," pungkasnya. (Abi)
BACA JUGA: