Saatnya Indonesia Belajar Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034


PSSI (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
MerahPutih.com - Tahun 2018 baru berjalan beberapa hari. Tahun ini, Indonesia bakal menjadi pusat perhatian para pencinta olahraga di Asia dan khususnya pecinta sepak bola di ASEAN. Indonesia setidaknya menggelar sepuluh kegiatan olah raga. Selain Asian Games dan Asian Para Games, Indonesia menjadi tuan rumah tujuh turnamen Piala AFF: mulai dari Piala Futsal AFF, AFF Futsal Club Championship, Piala AFF U-15, Piala AFF-U-18, AFF Women Championship (U-15 dan senior), dan AFF Beach Soccer. Lalu Indonesia jadi tuan rumah Piala AFC U-19.
Pertama, Indonesia menggelar Piala AFF Futsal Klub pada 1-10 Mei. Kedua, Piala AFF U-16 Wanita pada bulan Juni. Ketiga, Piala AFF Wanita pada tanggal 21 Juni-4 Juli. Keempat, Piala AFF U-18 pada 2-14 Juli.
Kelima, Piala AFF U-15 pada 29 Juli-11 Agustus. Keenam, Piala AFF Futsal pada 6-15 September. Ketujuh, Piala AFC U-19 pada 18 Oktober-4November. Kedepelapan, ada Piala AFF Sepak Bola Pantai dengan waktu tentatif antara Oktober atau November 2018.
Belum lagi, ada Asian Games pada 18 Agustus-2 September. Di mana Indonesia, bakal diwakili Timnas U-23 pada ajang tersebut dalam cabang olah raga sepak bola. Lalu ada Asian Para Games pada 8-16 Oktober.
Tentu jadwal yang padat tersebut, tidak membuat Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) merasa kewalahan. Justru, PSSI sudah mempersiapkan segalanya, termasuk mengakomodir waktu penyelenggaraan.
"Ada tujuh event dari AFF yang dikonfirmasi dari komite kompetisi AFF dan akan berlangsung di Indonesia pada 2018. Kami sudah pertimbangkan itu dan sesuaikan jadwalnya," kata Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, beberapa waktu yang lalu.
Belajar Jadi Tuan Rumah Piala Dunia

Makna yang terpendam dalam penyelenggaraan pesta sepak bola tahun 2018 di Indonesia adalah sebuah pembelajaran. Belajar bagaimana Indonesia menjadi tuan rumah yang baik untuk gol menyelenggarakan Piala Dunia 2034.
Seperti diketahui, Indonesia sudah mendapatkan restu dari konfederasi sepak bola Asia Tenggara (AFF) buat maju sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034. Bidding Piala Dunia 2034 menjadikan Indonesia bersama Thailand maju untuk jadi tuan rumah. Proses formal bidding baru bisa diterima FIFA pada 2026.
Tentu saja penyelenggaraan event-event sepak bola di tahun 2018 harus dimanfaatkan betul dalam bidang football development, tidak hanya dari segi teknis melainkan hingga Sumber Daya Alam (SDA), dan tentu saja mendapat dukungan Pemerintah.
"Kami memaksimalkan seluruh pencinta sepak bola. Kami ingin momentum itu kami pergunakan dengan sebaik-baiknya. Kami ingin sepak bola di Indonesia juga bisa menjadi event memajukan industri dan ini menjadi tantangan bagi PSSI," kata Joko Driyono.
Kata dia, penyelenggaraan Piala Dunia bukan hanya pekerjaan federasi, tapi juga pekerjaan negara. Oleh karenanya, penting untuk mendapatkan endorsement dari negara. "Dalam hal ini Mensesneg (Menteri Sekretaris Negara). Ini starting point untuk jalan panjang," imbuhnya
Sepak bola, khususnya Piala Dunia tidak hanya sekadar pertandingan. Itu merupakan masalah infrastruktur, sumber daya manusia, daya dukung kota. Selain itu, handling media, performance tim, semua hal yang mengenai perpajakan imigrasi dan lain-lainnya juga sangat berperan. Ini karena menyangkut ribuan orang yang datang dari seluruh penjuru dunia.
Manfaat yang Didapat dari Bidang Ekonomi

Penyelenggaran sebuah event olah raga, termasuk turnamen sepak bola mendapat manfaat yang banyak, mulai dari peningkatan ekonomi rakyat hingga devisa negara dari kedatangan dan kunjungan Warga Negara Asing (WNA).
Dalam bidang ekonomi, contoh bisa dilihat dari negera Afrika Selatan yang menyelenggarakan Piala Dunia 2010. Data dari African-union.org, GDP (Gross Domestic Product) Afrika Selatan meningkat menjadi USD 354 miliar dari angka USD 289 miliar di tahun 2009.
GDP adalah total nilai produksi barang dan jasa di dalam suatu negara selama satu tahun. Artinya, pergerakan barang dan jasa yang dibeli masyarakat dalam waktu setahun. Meingkatnya GDP tentu lahir dari penjualan tiket pertandingan dan transportasi, jasa transportasi, makanan serta minuman, dan masih banyak lagi.
Kemudian dalam bidang devisa negara, kedatangan wisatawan untuk menyaksikan negaranya bertanding atau sekedar berkunjung di event olah raga membuat devisa negara meningkat, yang lahir dari pajak hingga visa.
Dengan begitu, event-event olah raga yang digelar di Indonesia tahun 2018 tentu diharapkan dapat menimbulkan manfaat yag signifikan, mulai dari GDP meningkat, devisa negara, hingga ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan meliputi Usaha Kecil Menengah (UKM) percetakan spanduk, penjualan pernak-pernik berkaitan dengan event olah raga, serta tentu saja penjualan jersey Timnas Indonesia.
Pemerintah-PSSI Harus Bersinergi

Dengan manfaat yang bisa dicapai, apalagi dalam sektor ekonomi. Pemerintah dengan PSSI harus bersinergi.
Pendapatan suatu negara dari seluruh event olah raga di tahun 2018, harus dijadikan modal awal pembangunan infrastruktur olah raga yang menunjang. Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora), Dewan Perwakilan Kerakyatan (DPR), dan tentu saja Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, tidak boleh lagi berlama-lama menentukan pembangunan infrastruktur olah raga.
Di satu sisi, PSSI harus menyiapkan segala teknis dalam. Induk Sepak Bola Indonesia itu harus segera lebih gencar menerapkan Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia) ke seluruh pelosok Tanah Air.
Tentu saja, di samping itu, kompetisi harus terus ditingkatkan lagi kualitasnya. Adakan kompetisi jenjang di bawah umur mulai dari U-12 hingga U-19. Karena, kompetisi adalah tempat para pemain untuk mengasah skill dan mental.
Asosiasi Provinsi (Asprov), Asosiasi Kota (Askot), dan Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI saling bersinergi membantu PSSI menerapkan kompetisi jenjang umur di wilayah masing-masing, dan menerapkan Filanesia.
Dengan gerak cepat dan teliti, tanpa campur tangan politik, mimpi menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 menjadi kenyataan. Indonesia siap menggelar Piala Dunia 2034 dengan segala infrastruktur yang ada, dan di satu sisi Timnas Indonesia sudah memiliki kekuatan besar untuk tampil. (*/Tengku Sufiyanto/BolaSkor)
Bagikan
Thomas Kukuh
Berita Terkait
Erick Thohir Siap Mundur dari Ketua Umum PSSI jika Diminta FIFA Setelah Menjadi Menpora

Jadi Menpora, Erick Thohir Pastikan Tidak ‘Berat’ ke Salah Satu Cabor

Erick Thohir Jadi Menpora, Kontribusi Pemerintah untuk Sepak Bola Diyakini Semakin Besar

Jadi Menpora, Erick Thohir Koordinasi ke FIFA soal Statusnya sebagai Ketua Umum PSSI

Umar Husein Jadi Ketua Komite Disiplin PSSI yang Baru, Erick Thohir Tidak Lagi Pimpin Komite Wasit

PSSI Antisipasi Gangguan Tersembunyi terhadap Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Putaran Keempat

Protes Penunjukan Wasit Kuwait Pimpin Laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Putaran 4, PSSI Surati AFC dan FIFA

Pelatih Timnas Indonesia di SEA Games 2025 Masih Menjadi Teka-teki, Erick Thohir Belum Beri Kepastian

Timnas U-23 Gagal ke Piala Asia U-23 2026, Erick Thohir Tugaskan Alexander Zwiers Lakukan Evaluasi Total

Timnas Indonesia Sudah Miliki Kedalaman Skuad, Erick Thohir Pastikan Tidak Ada Penambahan Pemain untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026
