Indonesia Alami Gelombang Panas 40 Derajat, Simak Penjelasan BMKG
Ilustrasi gelombang pans. Foto: istimewa
MerahPutih.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan Indonesia tidak sedang mengalami gelombang panas sebagaimana informasi tersebut tersebar melalui media sosial dengan suhu siang hari mencapai 40 derajat Celcius.
BMKG melalui pernyataan tertulis kepada wartawan di Jakarta, Minggu (15/11), menyebut berita yang beredar tersebut tidak tepat karena kondisi suhu panas dan terik saat ini tidak tergolong sebagai gelombang panas.
Dalam ilmu klimatologi, gelombang panas adalah periode cuaca atau suhu panas yang tidak wajar dan biasa berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih yang disertai kelembapan udara tinggi.
Baca Juga
Suatu kawasan dianggap terkena gelombang panas jika mencatatkan suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik seperti melonjak lima derajat Celcius dibanding normal dan berlangsung selama lima hari atau lebih secara berturut-turut.
Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikatakan sebagai gelombang panas. Gelombang panas umumnya terjadi berkaitan dengan berkembanganya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area secara menetap dalam beberapa hari.
Berdasarkan pantauan BMKG terhadap suhu maksimum di wilayah Indonesia, suhu tertinggi siang hari mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir. Tercatat suhu lebih dari 36 derajat Celcius di Bima, Sabu dan Sumbawa pada 12 November 2020.
Suhu tertinggi pada hari itu tercatat di Bandara Sultan Muhammad Salahudin, Bima yaitu 37,2 derajat Celcius. Namun, catatan suhu itu bukan merupakan penyimpangan besar dari rata-rata iklim suhu maksimum pada wilayah tersebut dan masih dalam ambang batas wajar.
Adapun sebab suhu tinggi beberapa waktu terakhir karena ada kedudukan semu gerak matahari yang tepat di atas Pulau Jawa dalam perjalannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator.
Posisi semu itu membuat paparan cahaya matahari memicu peningkatan suhu. Posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi dua kali yaitu pada November dan April.
Baca Juga
Salah satu dampak dari kedudukan semu itu adalah kawasan Jawa dan NTT mengalami peningkata suhu tetapi tidak tergolong terkena gelombang panas. (Knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Hujan Ringan Guyur Mayoritas Kota Besar Indonesia, Rabu (24/12)
Prakiraan BMKG Rabu 24 Desember: Jakarta Hingga Papua Diprediksi Hujan, Ada Bibit Siklon 93S Mengintai
Waspada! Minggu ke-3 Bulan Desember Sampai Awal Januari 2026 Curah Hujan Kembali Meningkat
Peningkatan Curah Hujan Jelang Natal dan Tahun Baru, BMKG Imbau Masyarakat Waspada
Prakiraan BMKG 2026: Sumatera Hingga Jawa Bagian Utara Bakal Berasa 'di Atas Kompor'
BMKG Ramal Iklim 2026 Lebih Adem dan Kalem: La Nina Lemah Pamit di Bulan Maret, Iklim Global Kembali Waras?
BMKG Prediksi Perayaan Natal 2025 akan Diwarnai Hujan Deras di Jabodetabek dan Wilayah Lain
Prakiraan Cuaca Jakarta Selasa 23 Desember: Hujan Ringan Merata di Seluruh Wilayah
Mayoritas Kota di Indonesia Bakal Diguyur Hujan Ringan pada Selasa 22 Desember 2025
Hujan Turun di Mayoritas Wilayah Indonesia, Senin (22/12)