Hoax Harta Karun Mengacam Prasasti Batutulis

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Kamis, 18 Januari 2018
Hoax Harta Karun Mengacam Prasasti Batutulis

Lukisan Batutulis, Bogor.

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MENTERI Agama Kabinet Gotong Royong (2001-2004), Said Agil Husin Al Munawar, mendatangi Presiden Megawati Soekarnoputri. Berbekal informasi seseorang, sang menteri memberanikan diri membeberkan cerita tentang harta karun Prabu Siliwangi.

Lokasi harta karun, lanjut Menag Said Agil, berada di areal Prasasti Batutulis, Bogor. Menurutnya, sang presiden setuju dan menunjuknya untuk memipin pencarian harta karun tersebut. “Saya terpilih sebagai orang yang diberi amanah untuk bisa mengembalikannya kepada negara,” ujar Said Agil dicuplik Tempo, 3 November 2003.

Kabar keseriusan sang menteri menggali areal Prasasti Batutulis merebak. Orang Sunda geger. Mereka jelas menolak rencana penggalian lantaran bisa merusak situs.

Meski terjadi penolakan, penggalian tetap berlangsung. Ditemani seorang paranormal, Said Agil menyaksikan empat penggali menggaruk tanah sampai menjadi cerukan sedalam satu meter pada 16 Agustus 2002.

Sampai pukul 20.00 WIB, tak nampak secuil pun harta karun. Alih-alih beroleh harta karun, galian tersebut malah membahayakan situs Batutulis. Lantaran semakin deras aksi penolakan, sang menteri kemudian menghentikan penggalian tanpa membawa sekeping pun harta karun.

Prasasti Batutulis sendiri sudah menjadi harta karun bagai bidang keilmuan sejarah tatar Sunda, sejak Sersan VOC, Scipio melakukan ekspedisi dan menemukan batu bertulis pada 1687. Laporan Scipio kemudian menjadi semacam buku panduan bagi ekspedisi lanjutan Kapten Adolf Wingkler pada 1690.

Wingkler mencatat mendapati batu prasasti bertulis setinggi dua hasta berisi informasi penting tentang sejarah Sunda Kuna. Dia mencatat informasi tersebut pada Daghregister 1690. Laporannya mengundang para peneliti untuk masuk menelaah sejarah Sunda.

Beberapa peneliti menggunakan laporan Wingkler sebagai bahan memperbincangkan Prasasti Batutulis sebagai tinggal kerajaan Sunda, seperti Ram & Coops (1701), Abraham van Riebeck (1709), Stier (1712), van Imhoff (1744-1745), Francois Valentijn (1772), dan Radermacher (1777). Thomas Stamford Raffles bahkan melampirkan transkripsi Batutulis pada karya monumentalnya bertajuk The History of Java.

Frederich kemudian menanggapi tulisan Raffles soal Batutulis pada “Verklaring van den Batoe-toelis van Buitenzorg,” dimuat Tijdschrift voor Indische taal, land, en volkenkunde, 1853. Perlahan-lahan Batutulis mulai mendapat tempat sebagai sumber sejarah penting untuk menelusur masa lalu kerajaan Sunda.

Prasasti Batutulis memuat teks dengan sembilan baris susun beraksara Jawa Kuna dan berbahasa Sunda Kuna. Isi teks tersebut, menurut J Noorduyn pada “Batu tulis di Bogor”, dimuat Indonesia 1959, terdapat empat bagian informasi tentang nama-nama raja pendiri Pakuan Pajajaran, nama raja sebelumnya, hasil karyanya, dan tahun pendirian Pakuan Pajajaran.

Sementara, Arkeolog Hasan Djafar, seorang ahli epigrafi, berpendapat Prasasti Batutulis berisi tiga bagian berupa pembuka (manggala) memuat seruan wang na pun merupakan permohonan keselamatan kepada dewa.

Bagian kedua berisi tujuan pembuatan prasasti (sambandha) sebagai sakakala atau tanda peringatan untuk mendingan Sri Baduga Maharaja atas jasanya membuat parit pertahanan keliling ibukota Pakuan-Pajajaran, membuat jaran diurug batu, membuat hutan larangan (samida), dan membuat telaga bernama Telaga Warna Mahajiwa.

Sementara, bagian ketiga memuat candrasengkala bertuli Panca Pandawa Ngemban Bumi atau berangka tahun Saka 1455 atau 1533 Masehi.

Penemuan dan eksistensi Prasasti Batutulis jelas menjadi bagian penting di antara segelintir sumber sejarah penting masa lalu kerajaan Sunda. Tanpa bisa dipungkiri, Prasasti Batutulis itu sendiri merupakan sebuah harta karun. (*)

#Prasasti Batu Tulis #Suku Sunda #Sejarah Bogor
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Jalan Stasiun Batu Tulis Bogor Ambles, BNPB Janjikan Perbaikan Kelar Sebelum Lebaran
Petugas juga telah menutup jalan yang mengarah ke Stasiun Batu Tulis itu.
Wisnu Cipto - Selasa, 04 Maret 2025
Jalan Stasiun Batu Tulis Bogor Ambles, BNPB Janjikan Perbaikan Kelar Sebelum Lebaran
ShowBiz
The Panturas Rilis Single Terbaru 'Lasut Nyanggut', Kisahkan Kegagalan dari Folklor Sunda
Kisah di dalamnya pun diambil dari sebuah folk yang cukup populer di tanah sunda.
Mula Akmal - Minggu, 06 Oktober 2024
The Panturas Rilis Single Terbaru 'Lasut Nyanggut', Kisahkan Kegagalan dari Folklor Sunda
Bagikan