Gelar Festival Pathok Negoro, Ponpes Kaliopak Gelar Lampah Ratri


Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X (kelima kiri) berdialog dengan Mendagri Tjahjo Kumolo (kedua kiri), di Komplek Puro Pakualaman, Yogyakarta, Minggu (22/11). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
MerahPutih Budaya - Memperingati 500 Tahun Sunan Kalijaga, Pondok Pesantren Kaliopak gelar Lampah Ratri bertajuk "Memetri Pelataran Sunan Kali", besok, Rabu (9/12), dengan rute perjalanan dari Pondok Kaliopak, singgah di Masjid Wotgaleh, dan berakhir di Masjid Babadan. Prosesi lampah ratri merupakan penopang dari keseluruhan rangkaian acara Festival Pathok Negoro yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta dan dilaksanakan oleh Forum Langgar Dhuwur Yogyakarta.
Pengurus Ponpes Kaliopak, M Jadul Maula, menyampaikan, penyelenggaraan prosesi Lampah Ratri ialah untuk mengingat, mensyukuri, dan menapak jejak perjalanan dakwah Sunan Kalijaga, di dalam meletakkan dasar-dasar keislaman yang berwajah budaya, harmoni dengan alam dan berperikemanusiaan.
"Karakter itulah yang sebenarnya membentuk karakter arif dan bijaksana dari Islam Nusantara, yang bernilai tinggi di mata dunia," papar Jadul saat jumpa pers di Dinasi Kebudayan DI Yogyakarta, Yogyakarta, Selasa (8/12).
Jadul mengungkapkan, beberapa tahun ini masyarakat dibuat bingung dengan kemunculan paham Islam kontemporer yang anti tradisi, budaya, dan cenderung kepada kekerasan. Islam yang telah bersinergi dan terintegrasi dengan kebudayaan setempat menjadi terpinggirkan.
"Kondisi ini menyiratkan adanya krisis identitas yang ditengarai penting untuk ditindaklanjuti. Menjadi penting pada akhirnya untuk mengingat dan menjadikan nilai-nilai adiluhung Sunan Kalijaga sebagai orientasi masyarakat dalam membina hubungan antar umat, warga Negara dan lingkungan alam," jelasnya.
Cendekiawan dan budayawan muslim ini menjelaskan, Lampah Ratri adalah perjalanan di malam hari untuk menguatkan pikiran dan memanjatkan doa kepada Tuhan. Selama proses perjalanan, peserta akan diiringi kendi yang berisikan air dari mata air warisan Sunan Kalijaga, yakni: Mata Air Banyu Urip, Tuk Sibedug, dan Sendang Kasihan. Selain itu, peserta juga akan diiringi tembang karya Sunan Kalijaga berjudul Suluk Linglung. (fre)
BACA JUGA:
Bagikan
Widi Hatmoko
Berita Terkait
Indonesia Lobi Inggris Pulangkan Rampasan Manuskrip Keraton Jogja Zaman Raflles

Menilik Konser Yogyakarta Royal Orchestra di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Pameran 'Sumakala' Ceritakan Masa Temaram Yogyakarta Setelah Peristiwa Geger Sepehi
