Film Menyemai Terang Dalam Kelam, Menjernihkan Sangkaan Buruk Tapol 1965

MANTAN Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Sarwo Edhie Wibowo mengajak Ilham Aidit, putra Ketua CC PKI DN Aidit, untuk berbicara empat mata pada sekira tahun 1983.

“Ilham, ketika itu, itu adalah tugas buat saya. Ketika itu saya merasa bahwa yang saya lakukan adalah benar. Tapi lama kemudian, berpuluh tahun kemudian, saya sadar, mungkin yang saya lakukan itu keliru. Apakah kamu bisa memahami itu semua?,” kata Sarwo Edhie Wibowo \sebagaimana dituturkan Ilham Aidit dalam film dokumenter Menyemai Terang Dalam Kelam karya sutradara I.G.P. Wiranegara.

Film produksi Lembaga Kreatifitas Kemanusiaan (LKK) pimpinan Putu Oka Sukanta, rilis pada tahun 2006.

Film Menyemai Terang Dalam Kelam, menurut Putu Oka, bertujuan untuk ‘menjernihkan fitnah-fitnah keji’ terhadap orang-orang komunis. Film-film produksi LKK merepresentasikan, memproduksi makna baru, tentang para korban dan penyintas tragedi 1965.

Komentar seorang penonton film tersebut memperlihatkan bahwa usaha Putu Oka Sukanta untuk ‘menjernihkan fitnah keji tentang kekejaman komunis’ cukup berhasil.

Proses produksi film pertama LKK, Menyemai Terang Dalam Kelam, mendapat bantuan pula dari individu-individu di luar komunitas korban 1965.

Dalam kenyataannya, mereka para pendukung dan pihak-pihak terlibat pada produksi film dokumenter garapan LKK, tidak mendapatkan honor.

Tak ada satu pun dari sutradara, periset, penulis naskah, kameramen, editor, dan kru produksi mendapatkan honor seperti umumnya berlaku pada prodduksi film.

Dana hibah dari lembaga funding Belanda, Netherlands Organization for International Assistance (Novib), dipergunakan untuk menyewa atau membeli peralatan produksi seperti kamera, cakram dvd, baterai, komputer, serta membiayai transportasi dan akomodasi selama pembuatan film.(*) Achmad Sentot