Film 40 Years of Silence: An Indonesian Tragedy, Berbicara Perspektif Korban Peristiwa 1965


Mini, Budi, dan Mudakir narasumber film 40 Years of Silence, An Indonesian Tragedy. (facebook: 40 Years of Silence, An Indonesian Tragedy)
FILM dokumenter 40 Years of Silence: An Indonesian Tragedy arahan seorang antropologis, Robert Lemelson ini memotret dampak pada individu akibat kejadian di tahun 1965. Pengambilan gambar dilakukan selama rentang waktu 2002-2006 di wilayah Jawa dan Bali sebagai daerah paling terdampak.
Film yang mengambil perspektif korban dalam pembantaian, diperkirakan menelan 500.000 hingga jutaan nyawa ini, tayang pertama kali pada 2009 di Amerikan Serikat, dan sangat terbatas untuk bisa tayang di Indonesia.
Diperkirakan 500.000 orang tewas dalam pembersihan komunis di seluruh Indonesia, dan menjadi salah satu pembunuhan massal terbesar di abad ke-20.
Film ini menampilkan tiga sejarawan; Romo Baskara Wardaya, Geoffrey Robinson, John Roosa, dan antropolog Robert Lemelson sebagai perawi, memberikan latar sejarah untuk cerita keluarga.
Penjelasan historis kemudian saling terkait dengan narasi masing-masing karakter tentang pengalaman mereka mengenai pembunuhan dan akibatnya.
Seiring cerita terungkap, film lantas menampaan peristiwa politik, ekonomi, dan budaya secara signifikan sebagai landasan pembantaian orang-orang PKI.
Film ini menggambarkan aspek bagaimana pembunuhan di luar hukum diundangkan, dan kehidupan di bawah rezim Orde Baru, banyak di antaranya mengalami stigmatisasi sebagai anggota partai komunis dan keluarga PKI.
Dag Yngvesson, mengurus sinematografi film garapan rumah produksi Elemental. Komponis asal Inggris, Malcolm Cross, berkolaborasi dengan musisi Bali, Nyoman Wenten menangangi urusan musik.
Pada proses editing, Lemelson menggandeng Pietro Scalia sebagai konsultan. Scalia merupakan peraih penghargaan sebagai editor terbaik pada film Black Hawk Down dan JFK.
Lemelson, profesor antropologi di UCLA, mengambil empat tokoh; Budi (anak tapol di Jawa); Degung (anak tapol dari Bali); Kereta (saksi pembunuhan massal di Bali); Lanny (saksi pembunuhan massal di Jawa). Film berdurasi 86 menit ini mulai rilis pada 2009.(*) Achmad Sentot