Festival Blora: Se-abad Pramoedya Ananta Toer, Dari Blora untuk Dunia


Festival Blora Seabad Pramoedya Ananta Toer merayakan warisan sastrawan besar yang mengangkat Blora ke panggung sastra dunia. (Foto: YouTube/Dikominfo Blora)
MerahPutih.com - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, meresmikan Festival Blora Seabad Pramoedya Ananta Toer.
Festival ini untuk merayakan sastrawan besar yang telah mengangkat nama Kabupaten Blora ke panggung sastra dunia.
"Di Kabupaten Blora banyak sekali tokoh-tokoh dalam karya Pramoedya Ananta Toer, seperti Tirto Adhi Soerjo dan lainnya," kata Fadli Zon saat membuka festival tersebut di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora, Kamis (7/2).
Zon mengungkapkan semua orang hingga saat ini masih bisa membaca, mempelajari, hasil karya dan pemikiran Pramoedya Ananta Toer, yang merupakan sastrawan besar.
Baca juga:
Pramoedya Ananta Toer, atau yang akrab disapa Pram, dikenal dengan karya-karyanya yang menggugah rasa kemanusiaan, memperjuangkan kaum tertindas, dan menggali sejarah Indonesia dengan pandangan yang jernih.
Tetralogi Buru yang terdiri dari empat judul novel (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca) menjadi karya besarnya yang dikenal dunia, telah diterjemahkan ke 36 bahasa, dan mendapat penghargaan internasional dari lembaga prestisius.
Pramoedya menulis Tetralogi Buru di Pulau Buru, tempat dia ditahan selama 14 tahun (1965-1979) tanpa pengadilan dan atas tuduhan yang tak pernah terbukti.
Sebermula Pramoedya menulisnya dengan pulpen di atas kertas semen bekas. Lalu pada 1973, dia mendapat mesin tik, lengkap dengan tinta dan kertasnya dari pemerintah.
Setelah keluar dari penjara, Pramoedya membuat penerbitan bernama Hasta Mitra dan mencoba menerbitkan karyanya dalam bentuk buku. Namun, Kejaksaan Agung melarangnya.
Sepanjang hidupnya, Pramoedya tetap aktif menulis esai dan novel serta mengkritik kesewang-wenangan.
Bupati Blora, Arief Rohman, mengingatkan bahwa tepat seratus tahun yang lalu, Pram lahir. Namun, hingga kini karyanya terus dibaca.
"Ini menjadi bukti bahwa semangat Pram tidak akan pernah padam baik di Indonesia maupun dunia," ujarnya.
Baca juga:
Mengenal Sosok Pramoedya Ananta Toer dalam Pameran 'Namaku Pram: Catatan dan Arsip'
Pram dikenal sebagai sosok pemikir, pejuang literasi, dokumentator, dan saksi sejarah, yang karyanya terus hidup abadi. Dia juga percaya dengan kaum muda yang punya semangat perubahan dan perbaikan.
Arief berharap Indonesia dapat menjadi pusat budaya dunia, dengan Blora sebagai terasnya.
"Ini merupakan kehormatan. Terima kasih kepada para seniman, budayawan, dan seluruh masyarakat atas partisipasi dan dukungannya," tutupnya.
Festival Blora berlangsung selama dua hari, 6-8 Februari 2025.
Beberapa acaranya adalah memorial lecture, diskusi, pameran cetak ulang buku, pameran patung, screening film, pementasan teater, dan konser musik bertajuk “Anak Semua Bangsa” yang menghadirkan musisi nasional. Juga monolog oleh aktris teater Happy Salma.
Ketua Panitia Festival, Dalhar Muhammadun menyatakan, festival Seabad Pramoedya bukanlah perayaan nostalgia belaka. Melainkan penggalian kembali warisan Pramoedya Ananta Toer untuk dunia.
''Ini sebuah perjalanan untuk kembali menelusuri kembali jejak Pram dalam lintasan waktu yang lebih luas,'' ungkap Dalhar. (dru)
Baca juga:
Pramoedya Ananta Toer, Istirahat Nulis hanya untuk Bakar Sampah dan Makan
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Melihat Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad Alih Wahana dari Tetralogi Buru di Jakarta

Mengintip Sesi Latihan Jelang Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad

Festival Blora: Se-abad Pramoedya Ananta Toer, Dari Blora untuk Dunia
