Fernita Darwis: Perempuan Indonesia Harus Berdiri Sejajar dan Bermartabat

Adinda NurrizkiAdinda Nurrizki - Selasa, 23 Desember 2014
Fernita Darwis: Perempuan Indonesia Harus Berdiri Sejajar dan Bermartabat

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Nasional- Wakil Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Fernita Darwis, berharap momentum Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember lalu dapat dijadikan tonggak bagi kebangkitan perempuan dalam proses pembangunan yang tengah melaju cepat di tanah air.

Untuk mewujudkan hal tersebut peran serta dan kebijakan pemerintah yang pro terhadap kemajuan perempuan amat diperlukan. Kebijakan yang dikeluarkan harus konsisten dan berpihak kepada perempuan.

"Political will para Pemimpin Bangsa menjadi harapan yang amat menentukan bagi perubahan nasib perempuan Indonesia agar Indonesia dapat sejajar dan bermartabat di mata dunia Internasional, karena separuh dari jumlah masyarakatnya (yang berjenis kelamin perempuan) bisa menikmati perubahan kehidupan yang bertujuan mencapai Kesejahteraan Bangsa Indonesia," ujar politisi PPP, Fernita Darwis dalam merefleksikan Hari Ibu, Jakarta, Selasa (23/12).

Mantan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PPP Menambahkan Kebijakan tersebut,sebagai pijakan dan payung untuk mendorong kesetaraan dalam pembangunan sumber daya manusia.

"Kebijakan itu dimulai dari norma-norma dan aturan hukum yang berpihak pada upaya kesetaraan gender dalam pembangunan manusia seutuhnya," terangnya.

Untuk itu, kata Fernita, peran dan andil perjuangan perempuan sangat penting dan strategis untuk mengisi pembangunan di Indonesia khususnya dan kancah internasional pada umumnya.

"Bagi para perempuan Indonesia jangan berhenti berjuang lanjutkan perjuangan para pahlawan perempuan yang terdahulu untuk masa depan yang lebih baik serta perubahan hidup yang mendasar menuju cita-cita mulia mewujudkan Kesejahteraan Bangsa Indonesia yg adil dan merata," jelasnya.

Lebih jauh dia mengingatkan kembali pentingnya sejarah perjuangan perempuan. Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adi Sucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera.

Berbagai isu yang dipikirkan digarap oleh para pejuang perempuan saat itu adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya.

Tanpa diwarnai gembar-gembor "Kesetaraan Gender" para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

"Kini genap 86 sejak peristiwa bersejarah itu yang setiap tahunnya kita peringati sebagai Hari Ibu, namun sejalan dengan lamanya waktu yang berjalan dari peristiwa tersebut, semakin deras pula informasi melalui teknologi hebat ternyata semakin ter-degradasi pula makna Hakiki hari ibu," demikian Fernita. (MP/BHD)

#AOA
Bagikan
Ditulis Oleh

Adinda Nurrizki

Berita Terkait

Bagikan