Erupsi Gunung Agung Tidak Stabil, Ini Penjelasan PVMBG

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Minggu, 08 Juli 2018
Erupsi Gunung Agung Tidak Stabil, Ini Penjelasan PVMBG

Petugas melakukan pengamatan terhadap Gunung Agung di Bali (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.com - Gunung Agung Kabupaten Karangasem, Bali, kembali erupsi pagi tadi. Erupsi susulan Gunung Agung cenderung fluktuatif, mengingat dari data seismograf menunjukkan energi magma tidak begitu besar.

"Erupsi cenderung fluktuatif, dimana Gunung Agung sempat tidak mengalami erupsi selama 36 jam terakhir, namun pagi ini Pukul 05.22 Wita kembali erupsi dengan tinggi kolom abu mencapai 1.500 meter dari atas puncak dengan abu mengarah ke barat," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, Minggu (8/7).

Meski terjadi erupsi yang fluktuatif, berdasarkan data sismograf terlihat energi yang dikeluarkan masih kecil dan melihat pengembungan perut gunung (deformasi) dan kandungan gas di dalamnya potensi erupsi masih terus terjadi.

Fakta ini diperkuat dengan jumlah hembusan asap putih sering terjadi 24 kali sehari dan menandakan erupsi diprediksi terus berlangsung dengan kekuatan yang kecil. "Untuk eksplosifitas erupsi belum terlihat tinggi sekali dan saat ini Gunung Agung masih dalam fase erupsi strombolian," katanya.

Pemandangan di puncak Gunung Agung. (Foto: Merahputih.com/Zulfikar)
Pemandu lokal tengah menikmati pemandangan di puncak Gunung Agung. (Foto: Merahputih.com/Zulfikar)

Devy menerangkan, fase erupsi cukup besar degan strombolian yang cukup besar sempat terjadi pada 2 Juli 2018 dengan letusan sebanyak enam kali per hari dan setelah itu letusan mengalami penurunan drastis yang dihitung rata-rata muncul setiap 12 jam.

"Kemarin Sabtu (7/7) kami mencatat tidak ada letusan atau erupsi sama sekali (kurun waktu 36 jam), sehingga dari data ini kecenderungan adanya penurunan energi magmatik yang dibangun pada 24-25 Juli 2018, sudah dierupsikan secara eksplosif pada 27 Juli 2018 dan pengeluaran gas emisi yang cukup tinggi pada 28-29 Juni 2018," katanya, dilansir Antara.

Akibat terjadinya ini, tekanan magma dalam tubuh Gunung Agung terpantau berkurang dan mudah-mudahan mengalami penurunan dengan frekuensi erupsi yang sedikit. 'Dengan penurunan ini, ketinggian letusan juga berkurang sehingga masyarakat dapat tenang dan bisa kembali ke rumahnya," ujarnya.

PVMBG terus memonitor aktivitas Gunung Agung setiap harinya dan secara umum terpantau hembusan masih terus terjadi. "Hembusan ini menandakan efusi lava atau keluarnya lava kepermukaan, baik itu yang dikeluarkan melalui leleran atau aliran, maupun melalui erupsi secara eksplosif nantinya," tandas Devy.

Hingga saat ini, Gunung Agung berada pada status siaga atau level III sehingga masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas dan pendakian di dalam radius empat kilometer dari puncak Gunung Agung.

#Gunung Agung #Erupsi Gunung Agung
Bagikan
Ditulis Oleh

Wisnu Cipto

Berita Terkait

Indonesia
Cuaca Panas, 75 Ha Hutan di Gunung Agung Bali Terbakar
Ada sebanyak 19 titik api kebakaran yang terdeteksi dalam dua hari terakhir.
Dwi Astarini - Jumat, 01 November 2024
Cuaca Panas, 75 Ha Hutan di Gunung Agung Bali Terbakar
Indonesia
Pendaki Gunung Agung Diminta Waspada Potensi Bahaya Gas Beracun
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali membatasi pendakian di Gunung Agung, termasuk Gunung Batur.
Zulfikar Sy - Selasa, 28 Februari 2023
Pendaki Gunung Agung Diminta Waspada Potensi Bahaya Gas Beracun
Bagikan