Di Balik Panggung Proklamasi

Drama Para Pemuda Kontra Sukarno-Hatta Jelang Proklamasi

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Kamis, 16 Agustus 2018
Drama Para Pemuda Kontra Sukarno-Hatta Jelang Proklamasi

Bung Karno dan Bung Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok. (Sumber: dictio.id)

Ukuran:
14
Audio:

SELASA, 14 Agustus 1945, para pemuda radikal di masa Pendudukan Jepang berkumpul di gedung bekas Hotel Schomper I, Jalan Menteng 31. Di sana tampak Sutan Sjahrir, Chairul Saleh, Sukarni, dan Suhud berdiskusi keras merespons kekosongan kekuasaan setelah Jepang takluk di tangan Sekutu.

Para Pemuda Menteng 31 sepakat mendesak Bung Karno agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Di sisi lain, golongan tua semisal Bung Hatta, Dr Samsi, dan Buntaran segendang sepenarian. Mereka ingin segera merdeka. "Hanya saja mengenai cara melaksanakan proklamasi itu terdapat perbedaan pendapat," tulis Marwati Djoened Poesponegoro dalam Sejarah Nasional Indonesia V.

Golonga tua, tulis Djoened, menginginkan agar kemerdekaan dilakukan lewat revolusi secara terorganisasi. Bung Karno dan Hatta pun bersikukuh membicarakan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Dengan cara itu, menurut golongan tua, pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan tidak menyimpang dari ketentuan pemerintah Jepang. "Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda. Mereka menganggap bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang." tulis Djoened.

Mendesak Sukarno-Hatta

Keesokan harinya, Rabu, 15 Agustus 1945, golongan muda kembali menyambangi rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta. Di hadapan Bung Karno, Sutan Sjahrir dan para pemuda lainnya bersikeras agar kedua tokoh tersebut segera memproklamasikan kemerdekaan.

"Saya berharap Bung tidak akan mengadakan rapat dengan anggota PPKI, karena yang saya takutkan nanti Jepang malah mengetahui rencana ini, Bung. Kita tahu PPKI memang dibentuk oleh Jepang," kata Sjahrir seperti ditulis Cindy Adams dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Meski terus didesak, Bung Karno tetap bergeming. Ia enggan mengamini permintaan para pemuda. "Kita tidak bisa begitu saja memproklamasikan kemerdekaan," kata Bung Karno.

Keadaan semakin tegang. Para pemuda diwakili Sutan Sjahrir berdebat keras dengan Dwi Tunggal, Sukarno-Hatta.

Bung Karno Luluh

Setelah berulang kali didesak para pemuda, Bung Karno akhirnya luluh. Ia meminta waktu untuk sekadar berunding dengan para tokoh lainnya. Sjahrir dkk mempersilakan golongan tua berunding.

Sukarno pun berunding dengan Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro. Tak lama berselang, gantian Bung Hatta menghampiri para pemuda.

Di hadapan mereka, Hatta menyampaikan hasil pertemuan tokoh-tokoh senior yang secara tegas menolak usul para pemuda dengan alasan kurang perhitungan dan kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta.

Mendengar penjelasan tersebut, para pemuda tampak tidak puas.

Meski begitu, mereka tak ingin harapan tinggal kenangan. Sebuah siasat pun dirancang: menculik Sukarno-Hatta. (*)

#Lapsus Proklamasi #Lapsus Hari Kemerdekaan #Peristiwa Rengasdengklok
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Bagikan