Dokumen Rahasia AS Bocor, Prabowo Bilang Sebaiknya Soeharto Lengser Maret 1998
Presiden Soeharto membacakan pidato berhenti sebagai Presiden RI pada 21 mei 1998. Foto: Repro Arsip Nasional
MerahPutih.com - Dokumen Rahasia Amerika Serikat mengungkapkan adanya pertemuan antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang kala itu menjabat Danjen Kopassus membahas tentang pelengseran Presiden Soeharto dengan petinggi negeri Paman Sam pada Maret 1998, atau dua bulan sebelum Presiden RI ke-2 itu berhenti dari jabatan pada 21 Mei 20 tahun silam.
Fakta ini terungkap dalam 34 dokumen rahasia Amerika Serikat tentang rentetan peristiwa di Indonesia sebelum dan sesudah Reformasi Mei 1998 mulai dari periode Agustus 1997 sampai Mei 1999.
Dokumen-dokumen ini diungkap Arsip Keamanan Nasional (NSA) dengan memanfaatkan Undang-Undang Kebebasan Informasi yang mengharuskan arsip rahasia diungkap setelah beberapa tahun.
NSA sendiri merupakan sebuah lembaga yang bermarkas di Universitas George Washington dan didirikan secara swadaya oleh sejumlah akademisi dan jurnalis pada 1985.
Dilansir dari NSA, satu dokumen merupakan telegram berisi percakapan antara Asisten Menteri Luar Negeri AS, Stanley Roth, dengan Komandan Kopassus, Mayor Jenderal Prabowo Subianto. Dalam pertemuan selama satu jam pada 6 November 1997 itu, keduanya membahas situasi Indonesia.
Dokumen rahasia dengan nomor telegram 006622 itu menuliskan, Prabowo mengatakan mertuanya, Presiden Soeharto, tidak pernah mendapat pelatihan di luar negeri dan pendidikan formalnya pun sedikit. Namun, menurutnya, Soeharto sangat pintar dan punya daya ingat tajam.
Masih dalam dokumen itu, Prabowo menambahkan bagaimanapun mertuanya itu tidak selalu bisa memahami persoalan dan tekanan dunia. "Akan lebih baik jika Soeharto mundur pada Maret 1998 dan negara ini bisa melalui proses transisi kekuasaan secara damai," kata Prabowo kepada Stanley Roth, dikutip dari dokumen, Rabu (25/7).
"Apakah itu terjadi pada Maret atau perlu beberapa tahun lagi, era Soeharto akan segera berakhir," tegas Ketum Gerindra itu lagi tertulis dalam dokumen yang sama.
Untuk diketahui, Pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto mulai goyang sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada media 1998. Saat itu, mahasiswa dan rakyat bersatu menggelar aksi unjuk rasa yang berujung tuntutan Soeharto mundur dipicu aksi penembakan mahasiswa Trisakti dan kerusuhan di sejumlah kota kala itu.
Desakan ini akhirnya memaksa Soeharto melepas jabatannya sebagai presiden setelah berkuasa selama 32 tahun. Pria berjulukan 'Smilling General' itu menyampaikan pidato di Istana Negara pada 21 Mei pukul 09.00 WIB.
"Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis, 21 Mei 1998," ujar Soeharto saat membacakan surat pengunduran dirinya sebagai presiden.
Wakil Presiden B.J. Habibie langsung disumpah sebagai presiden saat itu juga. upacara serah terima jabatan pun berlangsung singkat. Usai berpidato, Soeharto berdiri sejenak menunggu Ketua Mahkamah Agung mengambil sumpah BJ Habibie. Sejak hari ini, Indonesia memasuki era Reformasi. (*)
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Prabowo Janji Kawal Pemulihan Aceh Tamiang, Anak-Anak Harus Cepat Kembali Sekolah
Penanganan Masih Kurang, Prabowo Minta Maaf kepada Korban Banjir Sumatra
Prabowo Angkat Suara soal Bencana Sumatra: Jangan Tebang Pohon Sembarangan dan Jaga Alam Sebaik-baiknya
Pulang dari Rusia, Prabowo Langsung Terbang ke Medan Cek Bencana di Sumatera
Diundang Prabowo ke Indonesia, Presiden Putin: Terima Kasih Saya Akan datang
Bonus Atlet SEA Games 2025 Dipastikan Utuh, Ketum IWbA: Rp 1 Miliar dari Presiden Prabowo Sudah Disiapkan
Pergi Umrah saat Wilayahnya Dilanda Bencana, Mirwan MS Minta Maaf dan Janji Bertanggung Jawab
Prabowo hingga Pejabat Diminta Berkantor Sementara di Sumatra, Komisi XI DPR: Kehadiran Presiden Jadi Faktor Kunci
Pemulihan Infrastruktur Aceh, Prabowo Cek Langsung Pemasangan Jembatan Bailey
Prabowo Gelar Rapat Terbatas di Aceh, Bongkar Taktik Penanganan Banjir Terkini