Dilema Perkembangan K-Pop


Blackpink (Foto: Koreaboo)
K-POP semakin melebarkan sayapnya di belantika musik internasional. Selain prestasi historis BTS yang menjadi artis Korea pertama di puncak Billboard Hot 100, semakin banyak idola K-Pop yang berkolaborasi dengan artis mancanegara. Misalnya BLACKPINK dan Selena Gomez lewat lagu Ice Cream baru-baru ini.
Terlepas dari kuatnya eksistensi idola Kpop di dunia, negara tersebut justru menghadapi sebuah dilema. Akhir-akhir ini, outlet media banyak memberitakan pertumbuhan lagu berbahasa Inggris di industri K-Pop. Sebagian warganet juga mulai memikirkan dengan serius apakah fenomena tersebut adalah sesuatu yang perlu ditakuti atau tidak.
Baca juga:
Artis K-Pop seperti BTS, BLACKPINK, MONSTA X, dan SuperM telah mengambil langkah dengan lagu-lagu Anglophone untuk menguasai pasar Amerika. Terlepas dari liriknya, merilis lagu di jam prime time Amerika Serikat, musik yang easy listening hingga koreografi yang kuat juga menjadi taktik baru.
Meskipun kolaborasi internasional seperti Ice Cream BLACKPINK x Selena Gomez, dan lagu-lagu berbahasa Inggris SuperM seperti 100 atau lagu BTS Dynamite dapat menarik perhatian netizen termasuk penggemar K-Pop, banyak yang bertanya-tanya apakah artis tersebut menyimpang dari nilai-nilai tradisional tentang apa yang membuat musik pop Korea menjadi K-Pop.
Penggemar domestik di Korea secara khusus menyuarakan keprihatinan mereka atas marjinalisasi mereka sendiri, karena perusahaan mulai mengarahkan perhatian mereka ke penggemar global.
Baca juga:
Komentar seperti "Kualitas menarik K-Pop kehilangan kemurniannya", "Saya merindukan koreografi dari masa lalu", "Bukankah kata K-Pop itu sendiri seharusnya mencerminkan lirik unik Korea dan karakteristik Korea?" memenuhi linimasa.
Sementara itu, para pendukung globalisasi lagu-lagu Korea berkomentar bahwa pandangan seperti itu reaksioner terhadap perkembangan yang diinginkan para penghibur dari generasi ke generasi. Sejak masa Wonder Girl's Nobody, BoA's Eat You Up, CL's Lifted, dan bahkan Psy yang eksentrik Gangnam Style, penggemar Korea dan penonton internasional tidak terlalu mempermasalahkan masalah lirik bahasa Inggris yang ramah Hollywood.
Beberapa ahli media percaya bahwa pertumbuhan fandom yang tak terduga seperti BTS ARMY-lah yang telah menyebabkan kebutuhan akan lagu-lagu dengan spektrum budaya yang lebih luas bermunculan. (Avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Girl Group Fiksi di ‘KPop Demon Hunters’, HUNTR/X, akan tampil di MTV VMAs

Unggah Video Jimin BTS tanpa Persetujuan, Song Da-eun Bisa Dituntut dengan Ancaman Hukuman hingga 7 Tahun Penjara

BigHit Music Ungkap Hubungan Jimin BTS dan Song Da-eu, Konfirmasi Keduanya Pernah Pacaran

V BTS Sold Out King Sejati, Bikin Penjualan Tiket MLB Naik 5 Kali Lipat saat Ia Melempar untuk LA Dodgers

Sutradara ‘KPop Demon Hunters’ Spill Kemungkinan Sekuel, Nasib Jinu yang belum Jelas Bisa Jadi Kisah Berikutnya

Vince Ngaku Sempat Lupa Mengerjakan Proyek Soundtrack ‘KPop Demon Hunters’, Revisinya Bolak-Balik

Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung Juga Kena Demam ‘KPop Demon Hunters’, Gemas dengan Karakter Harimau Biru Derpy

Laris Manis, ‘KPop Demon Hunters’ Gelar Nobar dan Acara Sing-Along di Amerika Utara

Netflix Buka Peluang Sekuel dan Adaptasi Live-Action 'K-Pop Demon Hunters', Sedang Direncanakan

Kembali Menyapa Penggemar, STAYC Luncurkan 3 Single Spesial
