Diabetes, Cegah Sejak Dini


Batasi makanan yang manis untuk menghindari dari risiko diabetes. (Foto: Pixabay/CarlottaSilvestrini)
DIABETES melitus (DM), biasa disebut diabetes saja atau penyakit kencing manis. Diabetes adalah penyakit menahun akibat gangguan metabolik di dalam tubuh. Sebenarnya, seberapa parahkah penyakit ini jika menyerang? Bagaimana cara pencegahannya yang tepat? Untuk menjawabnya, simak penjelasan lengkap dari Go Dok mengenai diabetes.
Mengenal Diabetes
Diabetes melitus (DM) disebut diabetes atau penyakit kencing manis, merupakan penyakit menahun akibat gangguan metabolik di dalam tubuh. Hal ini disebabkan tubuh tidak dapat menggunakan produksi insulinnya secara efektif atau akibat pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin. Akibatnya terjadilah peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah yang disebut hiperglikemia. Sebenarnya glukosa dibutuhkan untuk tubuh sebagai sumber energi dan juga sebagai bahan bakar untuk otak. Namun, jika kadarnya berlebih, hal ini justru mengganggu kesehatan tubuh.
Di Indonesia, berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, diperkirakan jumlah penduduk yang menderita penyakit ini kurang lebih 12 juta penduduk. Angka ini didapatkan baik dari penduduk perkotaan maupun pedesaan.

Penyebab
Diabetes terbagi menjadi 2 tipe, yakni diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Tak peduli tipe berapapun yang seseorang derita, tetap saja menderita penyakit ini berarti jumlah glukosa dalam darah lebih dari batas normalnya.
Diabetes tipe 1, penyebabnya memang belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa penelitian menemukan bahwa kondisi autoimun adalah penyebabnya. Yakni sel yang biasanya melawan bakteri atau virus, justru berbalik menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas.
Sementara itu diabetes tipe 2, adalah sel-sel pelawan virus dan bakteri tersebut menjadi resisten terhadap insulin dan pankreas. Kemudian tidak mampu membuat insulin untuk mengatasi resistensi (penolakan) ini.
Kedua tipe diabetes tersebut juga diyakini terkait erat dengan faktor genetik dan faktor lingkungan (gaya hidup) seseorang.
Selain kedua tipenya di atas, terdapat pula tipe lain yang bernama diabetes gestasional. Tipe ini hanya terjadi pada masa kehamilan seorang wanita. Pada tipe ini, hormon yang dihasilkan oleh plasenta untuk menunjang kehamilan membuat sel-sel pelawan virus dan bakteri menjadi lebih resisten terhadap insulin. Biasanya, pankreas akan merespons dengan memproduksi insulin “ekstra” untuk mengatasi resistensi ini. Namun, terkadang pankreas pun “gagal” dalam mengatasinya.
Saat prankeas gagal, glukosa yang masuk ke dalam sel akan berjumlah sedikit dan sedangkan yang bertahan di dalam darah justru banyak sehingga mengakibatkan penyakit ini.
Faktor Risiko
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang dalam menderitanya :
Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit ini.
Obesitas.
Tidak pernah berolahraga.
Memiliki penyakit penyerta diabetes, seperti hipertensi.

Gejala
Berbagai keluhan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit ini seperti:
Keluhan klasik (umum):
Poliuria; intensitas buang air kecil menjadi sering dan berulang-ulang,
Polidipsia; yaitu tingginya rasa haus,
Polifagia;yaitu tingginya rasa lapar, dan
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain:
Badan terasa lemah.
Kesemutan.
Pandangan kabur.
Terjadi disfungsi ereksi pada pria.
Muncul rasagatal di daerah sekitar vulva pada wanita.
Diagnosis
Menurut konsensus PERKENI tahun 2015, seseorang dapat dikatakan positif terdiagnosa diabetes atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis tersebut adalah pemeriksaan melalui pengambilan darah vena.
Secara medis, kriteria pemeriksaannya adalah :
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl (puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam). ATAU
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. ATAU
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik. ATAU
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
Catatan : Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standar NGSP, perlu berhati-hati dalam membuat interpretasi terhadap pemeriksaan HbA1c.
Apabila hasil pemeriksaan glukosa plasma di waktu pemeriksaan berkisar antara 100-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa berkisar antara 100-125 mg/dl dapat digolongkan menjadi kategori belum pasti diabetes.

Penanganan
Secara umum, penanganan penyakit ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan pengendalian kadar glukosa darah dan pengelolaan pasien secara komprehensif.
Penanganan yang utama adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, yaitu melakukan olahraga dan rajin mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang. Untuk itu harus selalu mengonsumsi buah, sayur, dan gandum utuh. Batasi pula konsumsi makanan yang mengandung gula dan makanan olahan hewani. Tak hanya itu perlu rutin berolahraga guna membantu dalam menurunkan glukosa darah dengan cara membakarnya menjadi energi.
Di samping itu, penderita penyakit ini diharapkan rutin mengecek kadar glukosa; dengan menerapkan ini diharapkan target penurunan/pengontrolan glukosa tercapai. Penanganan diabetes juga tidak terlepas dari obat-obatan oral, biasa disebut Obat Antihiperglikemia Oral.
Berdasarkan cara kerjanya, obat ini dibagi menjadi beberapa golongan, dengan beberapa di antaranya adalah sulfonilurea, glinid, metformin, tiazolidindion, dan obat-obat lainnya yang diresepkan oleh dokter.
Komplikasi
Bila tidak ditangani secara serius, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi atau penyakit bawaan, seperti :
Gangguan kardiovaskular
Penyakit ini terjadi karena dinding pembuluh darah kapiler “terluka” akibat jumlah glukosa yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan sensasi kesemutan, mati rasa, terbakar atau nyeri yang biasanya dimulai pada ujung jari kaki dan secara bertahap menyebar.
Nefropati
Penyakit ini dapat merusak sistem penyaringan tubuh kamu, dalam hal ini adalah ginjal. Kerusakan parah dapat menyebabkan gagal ginjal, yang mungkin saja memerlukan dialisis, cuci darah atau transplantasi ginjal.
Penyakit ini dapat merusak pembuluh darah pada retina dan berpotensi untuk menyebabkan kebutaan.
Nah, itu dia serba-serbi penyakit diabetes, beserta langkah pencegahan serta penanganannya. Ayo mulai hidup sehat dengan mengontrol kadar gula darah sejak dini. (psr)