Detik-Detik RPKAD Merebut Kembali Gedung RRI Dari Kelompok G30S

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Sabtu, 30 September 2017
Detik-Detik RPKAD Merebut Kembali Gedung RRI Dari Kelompok G30S

Penampakan Gedung RRI.

Ukuran:
14
Font:
Audio:

Konspirator Gerakan 30 September telah berpikir untuk menguasai Gedung Telekomunikasi dan gedung Radio Republik Indonesia (RRI). Tugas mengamankan kedua objek vital diserahkan kepada kelompok pasukan bernama Bima Sakti, dipimpin Kapten Suradi, Kepala Seksi 1/Intelejen Brigif 1/Jaya Sakti.


Kedua gedung berhasil diduduki. Pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, pihak-pihak di balik penculikan dan pembunuhan jendral, melalui corong RRI mengumumkan diri sebagai pasukan loyalis Soekarno. Letkol Untung, Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Cakrabirawa, tulis John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, disiarkan sebagai pemimpin Gerakan 30 September (G30S), dengan tujuan melindungi presiden dari kudeta komplotan jendral kanan.

Sejak pagi hingga sore hari, kedua gedung tersebut dijaga pasukan Batalyon 454 Banteng Raiders dari Jawa Tengah dan Batalyon 530 Raiders dari Jawa Timur. Saat petang, kedua batalyon menarik diri menuju pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma.

Penjagaan kemudian beralih kepada kelompok kecil Pemuda Rakyat, organ di bawah PKI.

“Petang hari itu menurut laporan intelejen, gedung RRI Pusat hanya dijaga 10 orang Pemuda Rakyat. Sebab pada pukul 16.30, kedua batalyon telah menarik pasukannya menuju Halim Perdanakusumah,” ujar Sintong Panjaitan kepada Hendro Subroto dalam bukunya Perjalanan Seorang Prajurut Para Komando.

Perintah merebut RRI pun turun dari Kolonel Sarwo Edhie Wibowo kepada Mayor C.I Santosa lalu bersambung kepada Lettu Feisal Tanjung, dan terakhir kepada Sintong Panjaitan.

“Tong, kamu rebut RRI. Tutup mulut mereka yang berteriak-teriak mendukung Dewan Revolusi. Kuasai secepatnya dan segera laporkan saya di Makostrad,” ujar Feisal Tanjung kepada Sintong Pandjaitan.

Kala itu, jam malam mulai diberlakukan di ibukota Jakarta. Silang Monas nampak sepi. Sintong Pandjaitan bersama peletonnya menyeberang Monas menuju gedung RRI. Saat mendekati gedung RRI, salahsatu anggotanya memuntahkan peluru dari senapan AK-47. Tembakan itu mengakibatkan orang-orang berseragam hijau lari masuk gedung.

Satu persatu pasukan Sintong masuk gedung RRI. Tak beberapa lama, RPKAD berhasil menguasai RRI. Sintong pun berkirim kabar melalui radio ke Makostrad. Tapi, justru kena marah Sarwo Edhie.

“Apa? RRI sudah diduduki? Coba kamu periksa semua ruangan dulu. Itu aktivitas mereka masih di dalam! Kamu jangan buru-buru lapor. Kamu tangkap dulu itu semua orang di dalam situ!,” ujar Sarwo.

Sintong melongo. Dia merasa semua ruangan sudah kosong. Tapi untuk memastikan, dia kembali berjalan menyisir ruang. Hingga di sebuah ruangan, dirinya melihat sebuah pita tape recorder besar sedang berputar.

“Jangan-jangan ini yang menjadi masalah. Kalo begitu Pak Sarwo menyangka masih ada aktivitas anggota G30S/PKI,” ujar Sintong dalam hati.

Dia pun sontak akan merusak pemutar pita itu dengan popor senapan, namun seorang petugas RRI mencegah dan memberitahu cara mematikannya dengan menekan tombol switched-off. RRI pun dikuasasi kembali.(*) Achmad Sentot

#Peristiwa G30S 1965 #Tragedi 1965 #Sejarah Peristiwa 1965 #Radio Republik Indonesia #RPKAD
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Hari Radio, Mengenal Perjuangan RRI dari Piringan Hitam hingga Era Digital
Sebelas September diperingati sebagai Hari Radio Nasional ke-77. Hal ini juga sebagai peringatan berdirinya stasiun Radio Republik Indonesia (RRI).
Mula Akmal - Minggu, 11 September 2022
Hari Radio, Mengenal Perjuangan RRI dari Piringan Hitam hingga Era Digital
Bagikan