Deteksi Urine dalam Kolam Renang, Begini Caranya


Urine yang bercampur klorin menghasilkan zat kimia berbahaya. (foto: pixabay/publicdomainpictures)
SAAT berenang di kolam renang umum, kamu pasti pernah penasaran apakah air kolam dalam keadaan bersih. Bukan rahasia lagi bahwa beberapa orang mungkin buang air kecil dalam kolam, terutama anak-anak.
Membayangkan air kolam bercampur urine pasti membuat kamu jijik ya. Namun jangan khawatir, pengelola kolam mengantisipasi hal itu dengan memberikan klorin pada air kolam. Zat klorin yang dihasilkan kaporit merupakan bahan kimia yang bertugas membunuh bakteri sekaligus menjaga kadar pH air.
Meskipun demikian, bukan berarti masalah urine bercampur air kolam selesai lo ya. Kadar urine yang tinggi dalam air kolam bisa amat berbahaya bagi tubuh. Pasalnya, urine yang bercampur kaporit akan menghasilkan senyawa beracun.
Bagaimana mendeteksinya?

Aroma menyengat yang khas di kolam renang mungkin akan kamu salah artikan sebagai aroma klorin. Faktanya, zat kloring enggak bakal bikin air kolam renang berbau menyengat lo. Namun, aroma menyengat akan muncul ketika zat tersebut bercampur keringat, minyak alami tubuh, dan urine. Sebuah reaksi kimia memicu timbulnya aroma menyengat.
Sebuah penelitian pada 2014 di jurnal Environmental Science & Technology menguak bahwa campuran klorin dan urine menghasilkan senyawa bernama cyanogen klorida. Senyawa itu tergolong beracun karena dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, seperti paru-paru, jantung, dan sistem saraf pusat. Yang lebih seram, senyawa beracun tersebut digunakan sebagai salah satu senjata biologis dalam peperangan.
Kadar cyanogen klorida dalam air kolam renang memang tak seberapa. Hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan air kolam renang mengandung cyanogen klorida sebanyak 30 mikrogram per liter. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan cyanogen klorida baru akan mengancam kesehatan manusia dalam kadar 70 mikrogram per liter. Sementara itu, jumlah cyanogen klorida yang bisa menyebabkan kejang, koma, hingga kematian ialah 2.500 mikrogram per liter.
Meskipun kadar senyawa cyanogen klorida hanya sedikit, bukan berarti air kolam renang umum benar-benar aman. Kombinasi berbahaya dari kaporit dan air kencing di kolam renang berisiko menyebabkan iritasi mata dan gangguan pernapasan, apalagi pada orang yang mengidap penyakit asma.
Deteksi untuk mengurangi risiko

Nah, biar enggak kena risiko buruk dari urine dalam kolam renang, kamu bisa melakukan tindakan pencegahan dengan mendeteksi kadar urine dalam air kolam.
Tim ahli dari American Chemical Society menemukan sebuah cara baru untuk mendeteksi kadar air kencing di kolam renang. Berdasarkan penelitian pada 2017, kandungan urine bisa dideteksi dengan cara menilai kadar pemanis buatan di air kolam renang.
Di dalam tubuh manusia, pemanis buatan tidak diserap dan akan keluar lagi melalui urine dengan struktur yang sama. Pemanis buatan hampir bisa ditemukan dalam macam-macam makanan dan minuman kemasan. Sementara itu, hampir semua orang pasti pernah atau bahkan sering mengonsumsi makanan dan minuman kemasan. Jadi kalau ada banyak kadar pemanis buatan yang terdeteksi, artinya banyak orang yang buang air kecil di kolam tersebut.
Sayangnya, memang teknik mendeteksi air kencing di kolam renang ini hanya bisa dilakukan dengan cara membawa sampel air kolam ke laboratorium. Namun, untuk menghindari kolam renang yang sudah terlalu terkontaminasi berbagai zat, perhatikan baunya. Kalau baunya sangat menyengat, berarti airnya sudah tercampur macam-macam senyawa kimia.
Kamu bisa membatalkan niat berenang di sana. Pilihann lainnya, kamu bisa mengurangi risiko tersebut dengan berenang pakai kacamata renang. Bagi kamu penderita asma, sebaiknya berenang di kolam yang airnya tidak terlalu beraroma menyengat. Jika terpaksa, usahakan beristirahat sejenak setelah beberapa saat berenang.(*)