Curhat Aiptu Yanto, Dari Hobi Menari Hingga Dipaksa Pamannya Jadi Polisi

Luhung SaptoLuhung Sapto - Selasa, 24 Mei 2016
Curhat Aiptu Yanto, Dari Hobi Menari Hingga Dipaksa Pamannya Jadi Polisi

Aiptu Yanto Marindi di Polsek Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Selasa (24/5). (Foto MerahPutih/Muchamad Yani)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Nasional - Seni tari bagi Aiptu Yanto Marindi sudah mendarah daging. Pria kelahiran Solo, 13 Februari 1962 menjalani profesi ganda, yakni sebagai anggota polisi dan guru tari.  

Pria yang berdinas di Polsek Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat ini mengajar tari tradisional di sanggar seni tari yang didirikannya sejak 1994, Trisna Manggala. Yanto, yang empat tahun lagi akan memasuki masa pensiun ini mengaku jiwa seni sudah tertanam di dalam dirinya sejak kecil. 

Awalnya, Yanto tidak ingin menjadi polisi. Setamat SMA, Yanto melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta karena kecintaannya di dunia seni khususnya tari. 

"Awalnya dari orang tua, dulu dia pemain wayang. Lama-lama sering ngikutin jadi senang akhirnya saya pilih sekolah tari di STSI," kata Yanto saat ditemui merahputih.com di Polsek Pancoran Mas, Depok, Selasa (24/5).

Menurut Yanto banyak nilai-nilai positif yang ada di dalam tari tradisional. Dalam tari seseorang diajarkan tentang kelembutan bersikap. 

"Tari itu kan lemah lebut, membuat hati kita ini berprilaku lemah lembut enggak selalu keras. Menahan emosi juga ada di tari," ujarnya. 

Namun, pamannya yang seorang polisi memaksa Yanto untuk masuk akademi kepolisian. Setelah lolos, Yanto ditempatkan di bagian intel. 

"Saya kan enggak seneng polisi tapi om saya kan polisi dipaksa 'udah kamu masuk polisi, cowok kok jadi penari kaya cewek aja'. Karena dipaksa saya daftar dan ternyata diterima," kata Yanto menirukan ucapan pamannya.

Meski sudah menjadi anggota polisi, jiwa seni Yanto tak berkurang sedikitpun. Malahan dia mendirikan sanggar seni tari.  

"Tahun 90 kan saya di Intel dulu jadi waktu banyak. Nah saya punya teman, dia bilang 'Pak Yanto dari pada kegiatannya kosong mending buat sanggar apalagi Pak Yanto suka seni'," ucap Yanto menirukan kata-kata seorang temannya. 

"Pertama kali saya mengajar menari menggunakan kantor RW. Waktu itu muridnya sepuluh orang, pindah lagi ke kantor kelurahan terus bikin izin, lama-lama berkembang sampai sekarang," tutur Yanto.

Pada 1994, akhirnya Yanto mendirikan sanggar seni tari Trisna Manggala dan membuka pendaftaran untuk kelas tari tradisional. Kini, cabangnya sudah ada di beberapa daerah. 

"Pusatnya di Pasar Minggu, cabangnya di Depok Kantor Kecamatan Sawangan, di Bojong Gede Kantor UPT, Pondok Gede Kantor Kecamatan, Cilangkap Kantor Kelurahan, Bekasi di GOR," ujar Yanto. (Yni)

BACA JUGA:

  1. Setelah Bripka Seladi, Ada Polisi Jadi Guru Tari di Depok
  2. Bripka Seladi Pernah Diusir Sesama Pemulung
  3. Bripka Seladi Akan Tetap Memulung Sampai Pensiun
  4. Ini Alasan Bripka Seladi Memilih Menjadi Pemulung
  5. Kata Kapolri Soal Polisi Pengepul Sampah, Bripka Seladi
#Pancoran Mas Depok #Polisi Penari #Aiptu Yanto Marindi
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak

Berita Terkait

Bagikan